Senin, 27 Desember 2010

MENGENAL TOKOH: RAMANUJA

Ramanuja adalah seorang filsuf, teolog Hindu dan pendiri dari sekolah (aliran filsafat) Vasistadvaita-vedanta. Lahir di desa Bhutapuri (di Tamil, Perumbundur). Menikah pada usia 16 tahun dan kemudian menjadi sanyasi. Dia belajar di bawah bimbingan guru-guru antara lain Kancipurna, Mahapurna dan Gosthipurna. Biografi Ramanuja ditulis paling tidak seratus tahun setelah ia meninggal dan mengandung banyak data yang tidak- konsisten.

Mula-mula ia hidup sebagai pertapa di suatu pura, kemudian ia melakukan perjalanan ke seluruh India, melakukan diskusi atau perdebatan khususnya dengan para pengikut Advaitin (Shankara). Akhirnya ia menetap di Srirangam di India Selatan dimana ia meninggal pada tahun 1137. Dia adalah pengikut Waisnawa, yang berusaha memberikan dasar-dasar philsafat dan refleksi bagi jalan bhakti para pengikut Waisnawa. Dia menerima tiga cara untuk memperoleh pengetahuan : pratyaksa (perception); anumana (inference, kesimpulan); dan sabda atau sastra (kesaksian verbal). Dia menerima teks dasar dari philsafat Vedanta, yaitu Upanishad, Brahma-sutra dan Bagawad Gita, tapi ia juga menerima otoritas dari kidung-kidung dari para Alvar (maharesi-penyair dalam tradisi Tamil), yaitu Pancaratra-Agama dan Visnu dan Bhagavata Purana.

Karya-karya utamanya adalah : Sribhasyam, Vedantadipah, dan Vedantasarah (semuanya merupakan komentar atas Vedanta), satu buku komentar atas Bagawad Gita, Vedantasamgrahah (yang merupakan penjelasan atas pandangan filsafatnya), Saranagatigadyam (tentang penyerahan diri kepada Tuhan), Srirangagadyam (devosi dan puji-pujian yang ditimbulkan oleh pura Srirangam), Vaikuntagadyam (mengenai sifat atau hakikat dari moksha), dan Nityagrantah (mengenai pemujaan atau persembahyangan).

Ramanuja setuju dengan Sankara bahwa Brahmanlah yang sesungguhnya ada, tanpa perbedaan (advaita), tapi dia tidak setuju bahwa semuanya selain Brahman adalah tidak nyata atau maya (penampakan belaka), atau hanya proyeksi dari avidya (kebodohan). Dia berpendapat bahwa jiwa individu dan dunia materi (dijelaskannya menurut pengertian Samkhya) adalah nyata, tapi bahwa mereka senantiasa tergantung pada Brahman bagi eksistensi dan fungsi mereka – dari sinilah muncul pandangannya yang disebut sebagai visistaadvaita (advaita bersyarat). Jiwa dan materi adalah alat bagi Brahman seperti hubungan badan dengan jiwa (sarira-sariri-bhava); hubungan ini dijelaskan dalam berbagai istilah, a.l seperti bagian untuk keseluruhan (part to whole), sebagai pendukung dengan yang didukung (supported to supporter).

Ramanuja juga berbeda dengan Sankara yang menganggap Tuhan sebagai tanpa sifat-sifat (nirguna), tapi sebagai Narayana (Visnu) yang memiliki sifat-sifat (saguna), dia memahami Tuhan sebagai penyebab materi (upadana-karana, material cause) dan penyebab efisien (nimita-karana, efficient cause) dari hal-hal yang bergantung kepadaNya (jiwa dan materi). Sekalipun Tuhan mengatasi semua penjelasan, namun banyak kesimpulan dan sifat yang diberikan kepadaNya melalui analogi dari manifestasinya di dunia sebagai Avatara. Karena itu Dia adalah sumber dari anugraha, yang memberi keselama-tan bagi mereka yang berpaling kepadaNya, dalam cara umum melalui wahyu atau sruti (Veda) dan dalam cara khusus kepada para bhaktanya. Ada dua cara untuk mencapai moksha yaitu : (I) bhakti, devosi, yang mensyaratkan (a) kecermatan dalam kesucian makanan, viveka; (b) tanpa-keterikatan, vimoka; (c) meditasi tetap, abhyasa; (d) pelaksanaan kewajiban agama seperti pancayadnya, kriya; (e) pelaksanaan kewajiban moral seperti keterbukaan, kebenaran, kalyana; (f) ketenangan indriya dalam menghadapi kesedihan dan kegembiraan, anudharsa; dan jalan kedua (II) prapatti, yaitu penyerahan diri kepada Tuhan. Moksa dalam pandangan Ramanuja bukanlah persatuan lebur total dengan dengan Brahman seperti pandangan Sankara, tapi jiwa tetap berbeda (sekalipun tetap tergantung pada Tuhan) dan mereka tetap melakukan pelayanan kepada Tuhan (kaimkarya) dalam alam abadi yang disebut Vaikuntha.

(The Oxford Dictionary of World Religion dengan sumber dari J.B Carman, “The Teologi of Ramanuja”; J.A.B van Buitenen, “Ramanuja on the Bhagavad Gita”; E.J. Lott, “God and the Universe in the Vedanta”) .NPP

RAJA YOGA ~ Dasar-dasar Pemahaman dan Petunjuk-petunjuk Praktis bagi para Penekun

Disebutkan bahwasanya penemu dari Yoga klasik adalah Hiranyagarbha Sendiri. Adalah Maharishi Patanjali yang memformulasikan pengetahuan ini dalam suatu sistem pengajaran yang diberi nama Ashtanga Yoga atau Raja Yoga. Ini membentuk salah-satu dari Shad-Darsana, Enam Sistem Filsafat Hindu Klasik. Vyasa telah menjelaskan Yoga Sutra Patanjali dan ini telah berhasil dikembangkan lebih jauh lagi oleh seorang pujangga terpelajar yang cemerlang bernama Vachaspati Mishra, serta melalui tulisan-tulisan yang mengagumkan dari Vijñana Bhikshu.
RAJA YOGA ~ Dasar-dasar Pemahaman dan Petunjuk-petunjuk Praktis bagi para Penekun

Oleh:

SRI SWAMI SIVANANDA SARASVATI
FILOSOFI DARI YOGA.
Disebutkan bahwasanya penemu dari Yoga klasik adalah Hiranyagarbha Sendiri. Adalah Maharishi Patanjali yang memformulasikan pengetahuan ini dalam suatu sistem pengajaran yang diberi nama Ashtanga Yoga atau Raja Yoga. Ini membentuk salah-satu dari Shad-Darsana, Enam Sistem Filsafat Hindu Klasik. Vyasa telah menjelaskan Yoga Sutra Patanjali dan ini telah berhasil dikembangkan lebih jauh lagi oleh seorang pujangga terpelajar yang cemerlang bernama Vachaspati Mishra, serta melalui tulisan-tulisan yang mengagumkan dari Vijñana Bhikshu.Yoga, sepaham dengan Sankhya; mereka memegang pandangan dimana ada suatu prinsip yang bersifat kekal dan hadir dimana-mana, yakni Prakriti disamping suatu prinsip pluralitas dari Kesadaran yang juga ada dimana-mana, yakni Purusha. Yoga juga menerima prinsip ketiga yakni: Ishvara. Kontak antara Purusha dengan Prakriti inilah menimbulkan evolusi lanjut dalam berbagai implikasinya. Purusha —karena Aviveka (tiada berkemampuan untuk membedakan)— menyangka ada suatu individu ketika mengidentifikasi Prakriti beserta berbagai modifikasinya itu.Yoga menitik-beratkan pada metode pembebasan Purusha dari belenggu ini, melalui upaya yang benar. Oleh karena itu, Yoga lebih merupakan metode praktis guna pencapaian, ketimbang suatu paparan filosofis semata. Sebagai suatu sistem filsafat (Darsana), ia merupakan Sa-Ishvara Sankhya, yaitu dengan memasukkan ke-duapuluhlima Tattva dari Sankhya serta menambahkan satu lagi yakni: Ishvara. Dengan demikian, Yoga melengkapi karakteristiknya sebagai suatu sistem Sadhana yang bersifat praktis.Ketika diselubungi oleh tembok penghalang kebodohan (Aviveka), Purusha menyangka bahwa Ia tidak sempurna, tak-lengkap, dan menyangka kalau kelengkapan itu hanya dapat dicapai melalui penggabungannya dengan Prakriti. Purusha lalu —katakanlah demikian—mulai menggapai Prakriti; dan dengan disinari oleh kesadaran-Nya, Prakriti yang tiada berdaya (lembam) mulai mempertunjukkan berbagai objek-objeknya secara kaleidoskopis. Purusha, disebabkan oleh Prakriti-Samyoga—penyamaan-diri dengan Prakriti, tampak ingin merasakan kenikmatan dari objek-objek ini. Ia berbuat seperti yang sudah-sudah; tampak berupaya meraih objek-objek tersebut. Kini belenggu—walaupun sesungguhnya tidak esensial bagi Purusha—menjadi lengkap dan selanjutnya lingkaran visi serupa itu tersimpan terus. Transmigrasi dari masing-masing individu, seperti itu, adalah konsekwensi dari Aviveka beserta segala efek-efeknya. Yoga, melalui proses ilmiahnya, memotong lingkaran ini satu-per-satu dan mengantarkan menuju Kaivalya Moksha, yang merupakan realisasi dari Purusha (sejati), yang bebas dari Prakriti beserta segenap evolusinya.Jauh dalam lubuk hati setiap orang, ada suatu keyakinan yang mendalam akan adanya Makhluk Tertinggi, kepada siapa seorang Sadhaka berpaling untuk memohon bantuan dan bimbingan, perlindungan maupun inspirasi. Namun sang ego tidak mengijinkan ini terjadi. Hanya dengan cara melepaskan Purusha dari penjara sang ego saja, Purusha dapat dilepaskan dari jaring Prakriti. Sang ego memang dengan bersusah-payah bisa ditundukkan melalui analisa subjektif saja; akan tetapi adalah mudah untuk membedakan ego—yang terpisah dari Purusha—bila ia dengan suka-rela menyerahkan-dirinya sebagai suatu persembahan pada altar-persembahan kepada Yang Maha Kuasa; inilah Ishvarapranidhana. Inilah hipotesa dari Yoga, sebagai tambahan dari nasehatnya agar berupaya dengan gigih (Sadhana-Marga).
YOGA SUTRA PATANJALI — Untaian Permata Mulia Spiritual-filosofis.
Raja Yoga adalah raja dari semua Yoga. Ia secara langsung berurusan dengan batin. Dalam Yoga ini tidak ada perjuangan dengan Prana maupun jasmani (Apana). Tidak diperlukan lagi kriya-kriya dari Hatha Yoga. Sang Yogi duduk dengan sederhana, memperhatikan dan mententeramkan gelembung-gelembung pemikirannya. Beliau mengheningkan-cipta, menjinakkan gelombang pikiran dan memasuki kondisi tanpa-pemikiran (thoughtless state) atau Asamprajñata Samãdhi; itulah Raja Yoga.Walaupun Raja Yoga merupakan suatu falsafah dualistika yang mengolah Prakriti dan Purusha, ia membantu siswa Advaitik untuk merealisasikan penunggalannya. Walaupun diingatkan tentang keberadaan Purusha, pada puncaknya Purusha menjadi identik dengan Purusha Tertinggi (Parama Purusha) atau Brahman, seperti yang disebutkan dalam Upanishad-upanishad. Raja Yoga mendorong siswa untuk mencapai tingkatan tertinggi di tangga spritual, yakni Brahman.Sistem Yoga dari Patanjali tertuang dalam bentuk sutra-sutra. Sebuah sutra berupa sebuah sloka pendek yang padat makna. Ia berupa ungkapan-ungkapan aphoristis. Ia mengandung kedalaman makna, serta signifikasi-signifikansi tersembunyi. Para Rshi di jaman dahulukala punya suatu tradisi dalam mengekspresikan ide-ide filosofis maupun realisasinya, hanya dalam bentuk sutra-sutra saja. Amat sulit mengertikan maksud yang terkandung didalam sutra-sutra, tanpa bantuan komentar atau penjelasan seorang pembimbing atau Guru yang telah memahami Yoga dengan baik. Seorang Yogi yang sepenuhnya telah merealisasikan Yoga, akan mampu menjelaskan sutra-sutra dengan indahnya. Secara harfiah, sutra juga berarti sebuah untaian. Layaknya berbagai bunga beraneka warna yang dirangkai secara apik, dan membentuk sebuah rangkaian bunga. Seperti juga mutiara-mutiara yang diuntai menggunakan seutas tali untuk membentuk sebuah kalung, demikian pula halnya ide-ide dari Sang Yogi teruntai cantik dalam sutra-sutra.Yoga Sutra disusun dalam beberapa bab. Bab pertama adalah Samãdhi-pãda. Ia memaparkan beberapa jenis Samãdhi. Ia berisikan 51 Sutra. Hambatan-hambatan dalam meditasi, lima bentuk Vritti (pusaran pikiran) dan cara mengendalikannya, tiga bentuk Vairagya, sifat-sifat dari Ishvara, berbagai metode untuk mencapai Samãdhi serta cara untuk menghadirkan kedamaian hati melalui pengembangan sifat-sifat luhur, juga dipaparkan disini.Bab kedua adalah Sãdhana-pãda. Ia terdiri atas 55 Sutra. Ia memaparkan Kriya Yoga, seperti, Tapa, ajaran penyerahan-diri pada Tuhan, lima Klesha atau noda-noda batin, metode-metode untuk menghancurkan noda-noda yang menghalangi pencapaian Samãdhi ini, Yama dan Niyama beserta hasil-hasilnya, praktek Āsana dan Pranayama beserta manfaat-manfaatnya, Pratyahara serta keuntungan yang diperoleh, dll.Bab ketiga adalah Vibhuti-pãda. Ia terdiri dari 56 Sutra. Ia menyangkut Dharana, Dhyana serta berbagai bentuk Samyama pada objek-objek eksternal, pikiran, chakra-chakra internal serta beberapa objek lain, yang dapat menghadirkan berbagai macam Siddhi.Bab ke-empat adalah Kaivalya-pãda atau bab Kebebasan Sejati, yang tersusun dari 34 Sutra. Ia memaparkan tentang kebebasan yang dicapai oleh seorang Yogi yang telah matang (full-blown Yogi), yang telah dapat membedakan dengan baik mana Prakriti dan mana Purusha, yang telah terpisah dari Tri Guna. Ia juga memaparkan tentang pikiran dan prilakunya. Dharmamegha Samãdhi juga dijelaskan disini.KONDISI-KONDISI BATIN DALAM PRAKTEK RAJA YOGA.Raja Yoga memberikan perhatian khusus terutama pada batin, modifikasi-modifikasinya dan pengendaliannya. Ada lima kondisi batin yakni, Kshipta, Mudha, Vikshipta, Ekagra (Ekagrata) dan Niruddha. Umumnya pikiran—yang adalah proponen batin yang paling aktif—berlarian ke segala arah; sinar-sinarnya terpencar dan kacau. Inilah yang disebut dengan kondisi Kshipta. Terkadang batin lupa diri, ia dipenuhi oleh kedunguan (Mudha). Ketika Anda berlatih berkonsentrasi, pikiran tampak dapat terpusat sejenak, namun cepat terganggu lagi. Kondisi batin inilah yang dinamakan Vikshipta. Akan tetapi bila ia bertahan lebih lama dan telah dilatih secara berulang-ulang, dan dibantu dengan merafalkan Nama Tuhan, ia menjadi terpusat pada satu titik. Keterpusatan inilah yang disebut kondisi Ekagrata. Nantinya, iapun sepenuhnya terkendali—Niruddha. Ia siap untuk tercerap dalam Parama Purusha, ketika Anda memasuki Asamprajñata Samãdhi.Guna mencapai kedamaian batin, Anda harus menyemaikan empat sifat-sifat luhur —Maitri, Karuna, Mudita and Upeksha. Anda harus punya Maitri (rasa persahabatan yang penuh welas asih), Anda memandang semuanya dalam sikap-batin yang setara. Anda harus memiliki sifat Karuna (rasa belas-kasihan) kepada mereka yang sedang dirundung malang. Andapun mesti punya Mudita (rasa empati dan bersimpati) pada mereka yang lebih beruntung dari Anda. Rasa kebercukupan atau belas-kasihan secara pasti menghancurkan kedengkian. Semuanya adalah saudara-saudara kita. Bila seseorang ditempatkan pada posisi yang lebih baik dari Anda, berbahagialah atasnya. Bila sedang lewat di antara orang-orang hina, pandanglah mereka tiada beda dengan kita. Inilah yang dinamakan Upeksha (stabil dalam tiada membeda-bedakan). Dengan jalan ini Anda akan mencapai kedamaian hati.
NODA-NODA BATIN.
Lima Noda batin yang merupakan sumber penderitaan adalah: 1. Avidya — kebodohan batiniah: memandang kekal yang tak-kekal, murni yang tak murni; 2. Asmita — egoisme; 3. Raga —keterikatan atau kecintaan; 4. Dvesha —ke-engganan, penolakan atau kebenciaan; dan 5. Abhinivesha —keterikatan yang kuat pada kehidupan rendah, yang menimbulkan ketakutan yang amat sangat pada kematian. Samãdhi menghancurkan semua ini. Raga dan Dvesha, rasa suka-tak-suka, punya lima kondisi: Udara (termanifestasikan sepenuhnya), Vicchinna (tersembunyi atau terselubung), Tanu (menipis), Prasupta (tidak aktif ) dan Dagdha (terbakar musnah).
• Pada manusia duniawi yang masih terlelap dalam keduniawian, Raga dan Dvesha merupakan Udara Avastha. Mereka ada dalam kondisi yang meluas; maksudnya, Raga dan Dvesha bermain secara penuh dan tanpa tendeng aling-aling lagi.
• Vicchinna Avastha adalah kondisi dimana Raga dan Dvesha tersembunyi. Pasangan suami-istri terkadang bertengkar; saat itu cinta tersembunyi sejenak. Setelah si istri tersenyum kembali, cintapun menampakkan dirinya lagi. Inilah contoh dari Vicchinna Avastha.
• Beberapa orang yang melakukan sedikit Pranayama, Kirtan dan Japa. Pada mereka Raga dan Dvesha mulai menipis; kondisi inilah yang dinamakan Tanu Avastha.
• Terkadang pula, berhubung kondisinya tidak sesuai, mereka dalam kondisi tidak aktif —Prasupta Avastha.
• Namun dalam Samãdhi mereka terbakar musnah —Dagdha.
Raga dan Dvesha memastikan Samsara ini. Pikiran (manas) adalah suatu kekuatan yang tidak memiliki suatu entitas nyata, namun sementara waktu seolah-olah demikian, dan menyelubungi Jiva. Ia mengatasi Prana. Ia juga mengatasi materi. Akan tetapi di atas pikiran ada kemampuan memilih dan memilah-milah (Viveka). Viveka dapat mengendalikan pikiran; kerinduan terhadap Diri-Jati Anda atau Atma-Vichara dapat mengendalikan pikiran. Bilamana Anda telah menghancurkan Raga-Dvesha lewat meditasi dan Samãdhi, pikiran akan sirna (tiada berdaya lagi). Yang mesti Anda upayakan setiap hari adalah melatih konsentrasi ke dalam (dharana), walau hanya lima atau sepuluh menit; Andapun akan mampu mengendalikan pikiran dan memasuki alam Samãdhi.HAMBATAN-HAMBATAN DALAM MEDITASI.Ada beberapa hambatan dalam bermeditasi. Vedanta menguraikan hambatan-hambatan tersebut berupa: kerisauan (laya), pikiran yang cepat berubah (vikshepa), keinginan-keinginan terselubung (kashaya) dan keterjebakkan dalam kebahagiaan yang timbul dalam Samãdhi yang lebih rendah tingkatannya (rasasvada).Patanjali mengutarakan: “Penyakit, kebodohan, keragu-raguan, kecerobohan, kemalasan, keduniawian, ilusi, kehilangan tujuan, ketidak-stabilan mental —semua itu merupakan hambatan-hambatan dalam Yoga.” Duka-cita, kemurungan, gemetaran (tremor), tarikan dan hembusan nafas yang tidak wajar merupakan pembantu-pembantu yang lebih menguatkan hambatan-hambatan utama itu. Anda harus menyingkirkannya terlebih dahulu.Bila Anda dikuasai kantuk tatkala bermeditasi, berdirilah, basuh muka dengan air dingin, lakukan beberapa Āsana dan Pranayama. Kantukpun akan berlalu. Di jaman dahulu, bagi mereka yang memiliki choti (jalinan rambut panjang), ada yang mengikat rambutnya ke paku di dinding ruangan —sehingga bila jatuh tertidur saat bermeditasi, paku seolah-olah menarik rambut dan membangunkannya. Makanlah makanan ringan saja di malam hari.Abhyasa dan Vairagya merupakan dua jalan terbaik untuk menyingkirkan berbagai hambatan. Vairagya (tanpa kegandrungan) bukan berarti lari dari dunia. Vairagya merupakan suatu sikap-batin. Analisalah pemikiran-pemikiran Anda sendiri. Amankanlah motivasi-motivasi luhur Anda. Sedapat mungkin, hindarilah objek-objek yang paling Anda gandrungi. Bilamana kegandrungan pada sesuatu telah lenyap, selanjutnya Anda dapat menggunakan pengalaman tersebut sebagai acuan guna melepaskan kegandrungan-kegandrungan yang lain.TIGA KELAS PENEKUN.Raja Yoga adalah jalan mulia untuk membebaskan diri dari penderitaan. Ia mencakup perlakuan intensif terhadap empat masalah besar manusia: penderitaan, sebab-sebab penderitaan, terbebas dari penderitaan dan jalan pembebasannya. Praktek latihan dari metode-metode yang disajikan dalam Raja Yoga mengantarkan pada pemusnahan segala derita dan pencapaian kebahagiaan sejati. Berlatihlah mulai hari ini! Jangan lewatkan barang seharipun. Ingat, masing-masing hari mengantarkanmu semakin mendekat pada tujuan akhir dari kelahiran kita sebagai manusia di dunia ini. Anda telah menyianyiakan banyak hari, banyak bulan dan banyak tahun selama ini. Anda tak menyadarinya karena Anda telah meminum minuman keras yang bernama Moha. Karena itulah Anda tidak mengerti sebab sesungguhnya dari semua derita hidup duniawi ini.Penyebab utama dari derita ini adalah Avidya. Manakala mentari pemilah-milah (Viveka) telah terbit di dalam, Sang Purusha mulai menyadari kalau Ia berbeda dengan Prakriti, bahwa Ia bebas dan tiada terpengaruhi. Raja Yoga memberi Anda sebuah metode paling praktis yang mengantarkan Anda pada kondisi yang mengagumkan ini.Menurut Raja Yoga, ada tiga tipe penekun —Uttama, Madhyama dan Adhama Adhikari. Bagi masing-masing tipe, disediakan tiga jenis Sadhana.
• Bagi Uttama Adhikari (penekun kelas utama) Raja Yoga menyediakan Abhyasa dan Vairagya. Ia mempraktekkan meditasi kepada Sang Diri-Jati; ia mempraktekkan Chitta-Vritti-Nirodha (penghentian pusaran-pusaran batin) dan dengan cepat memasuki alam Samãdhi. Inilah praktek Abhyasa yang didukung oleh Vairagya.
• Bagi Madhyama Adhikari (penekun kelas menengah) disediakan Kriya Yoga: Tapa, Svadhyaya dan Ishvarapranidhana. Tapa adalah kesederhanaan atau kepolosan. Ketanpa-akuan (egolessness) dan pelayanan tanpa pamerih, merupakan bentuk-bentuk teragung dari Tapa. Kerendahan hati dan tanpa keinginan untuk kepentingan pribadi atau ketulusan, juga merupakan bentuk-bentuk teragung dari Tapa. Praktekanlah mereka melalui pelayanan terus-menerus, tanpa henti dan dengan tanpa pamerih. Praktekkanlah tiga jenis Tapa yang disebutkan dalam Bhagavad Gita. Penerapan disiplin diri seperti upavasa, dll., juga merupakan praktek dari Tapa ini. Svadhyaya adalah mempelajari kitab-kitab ajaran spiritual juga melaksanakan japa (merafalkan secara berulang-ulang) dari Ishta Mantra Anda. Ishvarapranidhana adalah penyerahan-diri sepenuhnya kepada Tuhan dan melaksanakan setiap tugas sebagai Ishvararpana, sebagai persembahan kepada-Nya. Tiga bentuk Sadhana dari para Madhyama Adhikari yang terbenam dalam meditasi yang mendalam, secara cepat akan mengantarkannya mencapai Kaivalya Moksha.
• Bagi Adhama Adhikari, tipe penekun ter-rendah, Raja Yoga menyediakan Ashtanga Yoga atau delapan tahapan Sadhana —Yama, Niyama, Āsana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana dan Samãdhi.
ASHTANGA YOGA.Raja Yoga dari Patanjali umumnya juga disebut Ashtanga Yoga yaitu Yoga dengan delapan lengan (tahapan); melalui pempraktekannya, kebebasan dapat dicapai. Kedelapan lengan tersebut adalah: Yama, Niyama, Āsana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan Samãdhi.Delapan tahap ini telah tersusun sedemikian rupa secara ilmiah. Mereka merupakan langkah-langkah alamiah dalam sebuah tangga yang mengantarkan manusia menuju sifat-sifat kedewataannya yang sejati. Semua jaring-jaring yang melekatkan Purusha pada Prakriti dipotong secara pasti. Pemutusan ini membebaskan Purusha untuk menikmati Kebebasan, Kaivalya Moksha. Inilah tujuan dari Raja Yoga.Yama dan Niyama memurnikan perbuatan seseorang dan menjadikannya lebih Sattvik. Tamas dan Rajas —yang merupakan pilar-pilar kokoh Samsara—diruntuhkan dengan sepuluh kanon dari Yama dan Niyama (Panca Yama dan Panca Niyama Brata); kesucian batinpun meningkat. Sifat-sifat individu menjadi Sattvik.Āsana memberi kemampuan pada individu untuk mengendalikan impuls-impuls Rajasik; dan pada saat yang bersamaan membentuk landasan kuat Antaranga Sadhana, atau proses Yoga di dalam (yang membentuk suatu sikap-batin luhur—pen.).Pranayama mengantarkan penekun bertatap-muka secara langsung dengan Prinsip-Kehidupan (Life-Principle). Kendalikan Prinsip-Kehidupan; ini memberikan suatu pandangan mendalam pada kekuatan yang memotivasinya. Ia dibuat sadar atas fakta bahwasanya keinginan menjaga kekuatan-hidup. Keinginanlah yang menyebabkan terjadinya eksternalisasi pikiran. Keinginanlah tempat peraduan dari Vritti-vritti. Vritti-vritti bersama-sama membentuk pikiran, dan pikiranlah yang menghubungkan Purusha dengan Prakriti.Bila pikiran hancur, maka Vritti-vritti pun terkikis. Bila Vritti-vritti terkikis, maka keinginanpun akan tercabut hingga ke akar-akarnya. Sang Yogi lalu dengan cepat bisa menarik ke dalam semua sinar pikirannya dari tenaga penggeraknya yang ada di luar. Proses inilah yang disebut dengan Pratyahara.Guna menemukan akar dari pikiran, yang merupakan benih-keinginan, ia membutuhkan sinar yang menerangi seluruh pikirannya. Pada saat yang bersamaan, sinar itu memberi kekuatan untuk bertahan terhadap eksternalisasi pikiran dan memutuskan lingkaran setan itu, memutuskan hubungan keinginan untuk memanifestasikan dirinya lagi akibat adanya aktivitas pikiran itu sendiri. Sorotan sinar yang terkonsentrasi ini akan terpancar langsung ke akar dari pikiran itu sendiri; dan pikiran pun terpegang dan terawasi. Inilah yang dinamakan Dharana.Nah....kesadaran yang telah sedemikian lamanya mengalir keluar, kini terkumpul kembali dan mengalir kembali menuju sumbernya, yakni Purusha yang ada di dalam. Inilah proses dalam Dhyana.Hubungan dengan Prakriti kini telah sirna. Purusha mengalami kondisi kebebasan transendental —Kaivalya— dalam Nirvikalpa Samãdhi. Kebodohan pun hancur kini. Purusha kini menyadari bahwa kesadaran-Nyalah yang memberi kekuatan pada Prakriti untuk menyenangkan-Nya, memberi-Nya kenikmatan, menyelubungi-Nya, dan akhirnya membelenggu-Nya. Ia kini menikmati kebahagiaan yang merupakan sifat sejati-Nya, dan tetap tinggal bebas dan penuh kebahagiaan selamanya (Anandam). Semua bentuk-bentuk pemikiran sirna untuk selamanya dalam Nirvikalpa Samãdhi. Benih-benih keinginan dan VĀsana serta Samskara hangus sepenuhnya; inilah yang disebut dengan Nirbija Samãdhi.Sang Yogi yang berada dalam Status Tertinggi ini kehilangan seluruh kesadaran eksternalnya, demikian pula halnya dengan semua kesadaran dualitas atau kebhinekaannya; beliau bahkan kehilangan ide tentang aku-nya (Asmita) dalam Asamprajñata Samãdhi. Inilah Status Tertinggi dimana Sang Purusha berada mantap dalam Svarupa-Nya.TEKUNLAH WAHAI PENEKUN SEJATI!Jangan berkhayal bahwa Anda seorang Uttama Adhikari, dimana Anda cukup duduk bermeditasi dan langsung tercerap dalam Samãdhi. Anda akan mengalami kejatuhan yang mengenaskan. Setelah berlatih bertahun-tahun sekalipun Anda tidak akan memperoleh suatu kemajuan yang berarti, karena jauh di dalam lubuk-hatimu masih bersembunyi keinginan-keinginan dan keserakahan, Vritti-vritti yang berada jauh dari jangkauan Anda.Tekunlah! Lakukanlah analisis yang cermat terhadap hati dan pikiranmu. Walau Anda seorang penekun kelas wahid sekalipun, anggaplah diri hanya sebagai penekun kelas terendah dan latihlah selalu kedelapan tahapan Sadhana, seperti yang diuraikan oleh Raja Yoga. Semakin banyak waktu yang Anda habiskan pada dua langkah pertama, yakni Yama dan Niyama, semakin sedikit nantinya waktu yang akan Anda perlukan untuk mencapai kesempurnaan meditasi. Memang persiapan membutuhkan waktu cukup lama. Tapi jangan menunggu hingga sempurna dalam Yama dan Niyama, sebelum melangkah menuju Āsana, Pranayama dan meditasi.Cobalah meraih kemantapan dalam Yama dan Niyama, dan pada saat yang bersamaan latihlah Āsana, Pranayama dan meditasi sebanyak Anda bisa. Dengan demikian keberhasilan akan lebih cepat tercapai. Andapun akan lebih cepat tercerap ke dalam Nirvikalpa Samãdhi dan mencapai Kaivalya Moksha. Bagaimana kondisi tertinggi tersebut?; tak seorangpun pernah mengutarakannya, karena sesungguhnya terlampau terbatas kata-kata guna mengungkapkannya.
Berlatihlah dengan tekun, wahai penekun sejati, realisasikanlah Sang Diri-Jati. Semoga engkau bersinar laksana seorang Yogi sempurna dalam kehidupan ini! 
Judul asli “RAJA YOGA”; diinterpretasikan dari edisi website The Divine Life Society yang telah di-update pada hari Minggu 14 Juli 1996.

Minggu, 26 Desember 2010

Konsepsi Manusia dalam Perspektif Hindu

Konsep Hindu mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu jasmani dan rohani. Jasmaninya adalah badan, tubuh manusia sedangkan rohani merupakan hakekat Tuhan yang abadi, kekal, yang disebut dengan Atman. Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa. Tubuh manusia merupakan Bhuana Alit atau Bhuana Sarira. Proses terbentuknya pun sama seperti proses terjadinya Bhuana Agung atau alam semesta. Sedangkan Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang disebut Tri Antahkarana terdiri dari manas atau alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk didalamnya intuisi dan Ahamkara atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu ; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa, Gandha membentuk berbagai indra ( Panca Buddhindriya dan Panca Karmendriya). Sedangkan Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya sama seperti paramaatman, kekal abadi.
Manusia secara harpiah, berasal dari kata manu yang artinya mahluk yang berpikir. Jadi manusia merupakan mahluk yang telah dibekali salah satu kelebihan dibandingkan mahluk lainnya. Dalam Hindu terdapat konsep Tri Pramana, yang terdiri dari Bayu, Sabda , Idep. Tumbuhan hanya memiliki bayu atau tenaga untuk tumbuh, sedangkan binatang memiliki bayu dan sabda dimana binatang memiliki tenaga untuk bertumbuh, berkembang dan mengeluarkan suara, sedangkan manusia memiliki ketiganya. Pikiran hanya dimiliki oleh manusia yang telah dibekali sejak dilahirkan. Dengan memiliki pikiran maka diharapkan manusia mempunyai wiweka mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Pikiran dipakai berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. Manusia juga dengan pikirannya diharapkan mengetahui asal, tujuan dan tugas serta kewajibannya. Dengan mengetahui hal ini maka pola hidup serta cara pandangnya terhadap kehidupan akan mampu mengilhami setiap tindakannya sehingga tetap berada pada jalur yang benar, sesuai etika dan ajaran-ajaran dharma yang telah diungkapkan dalam ajaran agama. Namun manusia juga termasuk makhluk yang lemah, karena tidak seperti binatang yang lahir begitu saja langsung bisa berdiri, terbang, berjalan tanpa memerlukan bantuan dari yang lain. Maka hendaknya ini dipahami terlebih dahulu untuk mengetahui dan dapat memisahkan esensi dari raga ini yang terpisah dengan atman yang sejati.

2.2. EKSISTENSI DAN MARTABAT MANUSIA
Kata eksistensi diambil dari bahasa latin existere, yang artinya berdiri keluar atau muncul sendiri. Yang menjadi masalah bagi eksistensi manusia karena manusia tidak sempurna sebagai bagian dari alam atau lingkungannya. Manusia tidak seperti hewan, yang hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Manusia yang memiliki pikiran, manah jarang sekali merasa cukup dan utuh sebagai bagian dari lingkungan alamnya, selalu gelisah berupaya untuk memaknai dunia dan dirinya sendiri. Dengan demikian, manusia adalah mahluk yang unik, yang secara konstan segera mentransendensikan tempat dan waktu dimana dia hidup melampaui unsur fisik dan kodratinya.
Konsepsi ini dikonkretkan dalam relasi dialektis antara eksistensi manusia dan pengharapannya, yang merupakan transendensi dari eksistensinya. Dengan begitu, manusia bisa dilihat dari dua dimensi. Yang pertama adalah dimensi eksistensinya didunia ini. Yang kedua, manusia adalah mahluk yang mentransendensikan eksistensinya itu. Dengan kata lain, manusia mampu ‘melampaui’ kediriannya. Pelampauan itulah yang disebut sebagai pengharapan. Manusia adalah tegangan antara kediriannya dengan pengharapannya. Permasalahan tentang manusia adalah peristiwa (tegangan) dirinya akan cita-cita dan harapannya dengan eksistensinya, antara apa seharusnya dia menjadi atau apa yang diinginkannya terjadi dengan apa yang sesungguhnya dia menjadi, atau apa yang menjadi realitasnya.
Eksistensi manusia mendahului esensinya. Hal yang menjadi titik tolak utama bagi eksistensialisme adalah, subyektifitas, yang berarti bertanggung jawab penuh pada diri sendiri atas keputusan-keputusan yang telah dibuatnya, yang nantinya juga akan memberikan pengaruh pada orang lain. Manusia adalah mahluk yang sepenuhnya terlibat dalam proses penciptaan dirinya sendiri dan dunianya. Proses penciptaan itu dilakukan dengan membuat pilihan-pilihan dalam tindakan nyata yang kita hadapi sebagai manusia. Proses membuat pilihan tersebut mengandaikan juga adanya proses pemberian nilai pada tindakan dan pilihannya tersebut. Di titik inilah bisa dikatakan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki dimensi transendensi dalam dirinya. Manusia adalah mahluk yang ada bagi dirinya sendiri karena pengaruh Suksma Sarira. Nilai manusia terletak pada usahanya untuk memberi tegangan pada paham yang memandang manusia semata-mata sebagai apa yang telah dicapainya dalam konteks kepemilikan, atau kekayaan. Konsep manusianya mau menegaskan bahwa setiap manusia, baik itu yang lemah secara fisik maupun ekonomis, memiliki nilai pada dirinya sendiri yang harus dihargai, di luar dimensi kekayaannya. Nilai ini berkembang seiring eksistensinya sebagai manusia dapat ditrasformasikan dalam setiap tindakan. Pemahaman manusia yang selalu melihat dan memandang manusia sebagai apa yang dia miliki sehingga citra nya akan terbentuk oleh apa yang dimilikinya. Sebenarnya manusia memiliki dimensi intrinsik dalam dirinya melampaui apa yang dia miliki dan punyai, statusnya, kekayaannya, kemampuannya, dan sebagainya. Dimensi intrinsik itulah yang disebut sebagai martabat manusia.
Manusia merupakan sebagai salah satu komponen penggerak roda kehidupan. Di tangan manusia dunia ini bisa menjadi aman, seimbang, ataupun rusak. Manusia seiring perkembangan maka pola pikiran manusia juga berubah. Juga semakin bertambahnya jumlah manusia telah menimbulkan persaingan. Disamping mengorbankan alam untuk dieksplorasi sampai habis-habisan, tidak menutup kemungkinan juga sampai mengorbankan sesama. Ini telah terjadi dan sepanjang sejarah terjadi beberapa kali. Sejak dulu sampai tahun 2000 saja telah terjadi kurang lebih 3000 kali perang yang menelan korban. Sampai sekarangpun secara tidak langsung akibat persaingan ini masih terjadi pergolakan dan peperangan di beberapa negara, baik dengan alasan keamanan, perebutan wilayah, serta berbagai masalah lainnya. Ego manusia yang selalu ingin mempertahankan apa yang merasa menjadi haknya telah membutakan mata hati manusia untuk terus mengejar kesenangan diri atau ingin melampaui apa yang menjadi bagiannya. Nilai diri yang berlebihan akan membawa dampak penghancuran yang besar bagi eksistensi manusia itu sendiri.

2.3. TUJUAN HIDUP MANUSIA
Setiap kelahiran jika dipahami sesungguhnya manusia membawa perannya masing-masing. Manusia yang telah melakukan perenungan secara mendalam dengan pikiran yang jernih akan bertanya, apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidupnya. Ada 2 macam tujuan hidup manusia yaitu tujuan duniawi dan spiritual. Tujuan duniawi berupa keinginan untuk mengejar harta, kekayaan dan keinginan. Sedangkan tujuan spiritual yaitu keinginan untuk bersatu kepada yang hakekat dan asal yang sesungguhnya. Dalam Hindu, tujuan hidup manusia terdapat dalam Catur Purusartha. Yang terdiri dari 4 bagian yaitu : Dharma, Artha, Kama Moksa. Dharma merupakan ajaran kebenaran, sebagai pandangan hidup, tuntunan hidup manusia. Artha yaitu Kekayaan yang berupa materi. Kama merupakan keinginan dan Moksa yaitu bersatunya sang diri atau jiwatman dengan yang lebih tinggi atau paramaatman. Jadi jelas dalam hidup manusia selalu mengejar artha, kama dan moksa. Namun dalam mengejar artha dan kama harus berdasarkan dharma, berdasarkan kebajikan, kebenaran bukan dengan cara-cara yang tidak baik.
Penyatuan kepada yang hakekat merupakan tujuan yang harus dicapai manusia dengan berdasarkan etika keagamaan dan dharma yang telah ditentukan. Pembangkitan kesadaran bahwa kita merupakan salah satu bagian dari pada esensi dunia ini merupakan hal yang harus dicapai agar pikiran dapat terbuka, menyadari hakekat sang diri. Harapan tersebut dapat terwujud dengan mengimplementasikan ajaran dharma. Dalam pustaka suci Hindu telah disebutkan bahwa menjelma menjadi manusia merupakan suatu keberuntungan dan hal yang utama. Dengan manas atau pikiran yang dimiliki, maka manusia dapat menolong dirinya sendiri dari keadaan samsara dengan jalan berkarma yang baik. Kesadaran akan mampu meluruskan pikiran yang selalu hanya mementingkan kehidupan duniawi.
Dalam Sàrsamuccaya 8 disebutkan ;
Mànusyam durlabham pràpya vidyullasita cañcalam,
bhavakûayem atiá kàyà bhavopakaraóesu ca.
artinya ;
Menjelma menjadi manusia itu, sebentar sifatnya, tidak berbeda dengan kerdipan petir, sungguh sulit (didapat), karenanya pergunakanlah penjelmaan itu untuk melaksanakan dharma yang menyebabkan musnahnya penderitaan. Sorgalah pahalanya.
Tentang tujuan hidup manusia, setiap orang tentunya mempunyai pandangan masing-masing, dan berdasarkan pandangannya itu mereka mengusahakan untuk mencarinya. Dalam mewujudkan tujuan hidupnya itu, tidak sedikit orang yang hanya mementingkan diri, egois merasa benar sendiri dan harus selalu menang dan mampu mengalahkan yang lain. Pendidikan yang keliru, misalnya sejak anak-anak telah ditanamkan bahwa orang tuanya berasal dari golongan yang kaya, derajatnya tinggi, bangsawan dan memandang rendah mereka para rakyat jelata, para pekerja, buruh, pembantu rumah tangga dan sebagainya, pada hal belum tentu orang yang dipandang rendah martabatnya, karena lahir dari keluarga yang dianggap rendah tidak memiliki budhi pekerti yang luhur. Dalam kehidupan masyarakat, tidak sedikit kita memperhatikan di lingkungan kita anak-anak yang sejak dini menganggap orang yang karena kelahiran dari keluarga petani, peternak, buruh, nelayan dan pekerja pada umumnya derajat dianggap rendah, mengembangkan sifat yang arogan, egostis, tidak peduli dengan lingkungan dan minta selalu dihormati.
Dalam kehidupan modern dewasa ini, seseorang menghargai orang lain dari penampilannya, sikapnya yang sopan, lemah lembut, tutur katanya manis dan ramah dan memancarkan budhi pekerti yang luhur. Orang-orang yang demikian keadaannya, apalagi sangat giat belajar, giat bekerja, rendah hati dan ramah, serta memiliki keimanan yang tinggi senantiasa akan mendapatkan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, karena pada dirinya memancarkan kasih sayang yang sejati. Ketika seseorang merenung dengan dalam tentang arti dan tujuan hidupnya, maka bagi mereka yang mendalami ajaran agama Hindu, tujuan hidup yang pertama adalah mewujudkan Dharma yakni kebajikan, kebaikan, kebenaran, kasih sayang, taat kepada hukum dan taat kepada ajaran agama.

2.4. TUGAS DAN KEWAJIBAN MANUSIA
Kecendrungan manusia yang lupa terhadap tujuannya karena pengaruh kenikmatan duniawi telah merubah prilaku manusia untuk menyimpang dari ajaran kebenaran. Kenikmatan duniawi tiada berkesudahan ini mempengaruhi prilaku manusia sehingga jalan apapun terkadang dihalalkan. Sesuai dengan tujuan yang mesti di capai manusia yaitu suatu penyatuan kepada yang tertinggi, maka ini dibarengi dengan tindakan yang searah dengan tujuan tersebut. Tujuan tersebut mustahil akan tercapai jka arah dan jalan yang ditempuh itu salah. Maka hal pertama yang menjadi tugas manusia adalah menjalankan Dharma. Menjalankan etika dan ajaran-ajaran yang mulai dilupakan maka keseimbangan dunia akan terganggu. Manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga keseimbangan ini. Dengan pikiran yang dimiliki, manusia mampu membuat kehidupan ini baik maupun hancur. Untuk itulah, tugas dan kewajiban utama manusia adalah mengamalkan dan melaksanakan ajaran Dharma kebajikan yang utama. Melaksanakan berbagai yadnya yang diperuntukan untuk menjaga keseimbangan alam semesta.
Dalam Bhagawad Gita telah banyak dijelaskan tentang 4 jalan yang disebut Catur Marga Yoga yaitu 4 jalan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan kebahagiaan lahir bhatin yaitu : Bhakti Yoga, Karma Yoga, Jnana Yoga, dan Raja Yoga. Rahasia kebahagiaan dari ke 4 ajaran Yoga merupakan jalan dari hakekat kehidupan untuk manusia agar dapat bersatu dengan Tuhan. Apapun kesulitan kita, hendaknya kita tetap berpegang teguh pada ajaran dharma tanpa ada keraguan yang akan dapat membuat kita kembali jatuh ke dunia materiil yang penuh dengan kesenangan sementara. Ikatan keluarga hanya ada pada kehidupan ini, namun jika kita sudah mengetahui konsepsi sebagai manusia, maka hal itu tidak akan membuat goyah kesadaran kita. Setiap manusia telah menentukan sendiri jalan hidupnya sehingga itu bukan alasan untuk berpaling dari jalan yang telah diyakini. Seseorang tidak bisa ikut campur tangan atas karma seseorang sehingga kita hendaknya berusaha melepaskan keterikatan tersebut. Kesenangan duniawi hanya memberikan kebahagiaan sementara bagi indra-indra manusia. Namun bukan kebahagiaan yang sejati, karena yang sejati itu tak dapat dilukiskan dengan kata-kata semata.
prije više od godinu dana

Bhagawad Gita

BAB I
Meninjau tentara-tentara di medan perang kuruksetra
Bhagavad-gita 1.1
dhṛtarāṣṭra uvāca
dharma-kṣetre kuru-kṣetre
samavetā yuyutsavaḥ
māmakāḥ pāṇḍavāś caiva
kim akurvata sañjaya
Artinya;
Dhrtarastra berkata; Wahai Sanjaya, sesudah putera-puteraku dan putera pandu berkumpul di tempat suci kuruksetra dengan keinginan untuk bertempur, apa yang dilakukan oleh mereka?
Bhagavad-gita 1.2
sañjaya uvāca
dṛṣṭvā tu pāṇḍavānīkaḿ
vyūḍhaḿ duryodhanas tadā
ācāryam upasańgamya
rājā vacanam abravīt
Artinya;
Sanjaya berkata; wahai Baginda Raja, sesudah meninjau tentara yang telah disusun dalam barisan-barisan oleh para putera pandu, raja Duryodhana mendekati gurunya dan berkata sebagai berikut.
Bhagavad-gita 1.3
paśyaitāḿ pāṇḍu-putrāṇām
ācārya mahatīḿ camūm
vyūḍhāḿ drupada-putreṇa
tava śiṣyeṇa dhīmatā
Artinya;
Wahai Guruku, lihatlah tentara-tentara besar para putera pandu, yang disusun dengan ahli sekali oleh putera Drupada, murid anda yang cerdas.
Bhagavad-gita 1.4
atra śūrā maheṣv-āsā
bhīmārjuna-samā yudhi
yuyudhāno virāṭaś ca
drupadaś ca mahā-rathaḥ
Artinya;
Di sini dalam tentara ini ada banyak pahlawan pemanah yang sehebat Bhisma dan Arjuna dalam pertempuran; kesatria-kesatria yang hebat seperti Yuyudhana, virata dan Drupada.
Bhagavad-gita 1.5
dhṛṣṭaketuś cekitānaḥ
kāśirājaś ca vīryavān
purujit kuntibhojaś ca
śaibyaś ca nara-puńgavaḥ
Artinya;
Ada juga kesatria-kesatria yang hebat, perkasa dan memiliki sifat kepahlawanan seperti Dhrstaketu, Cekitana, Kasiraja, Purujit, Kunti-bhoja dan Saibya.
Bhagavad-gita 1.6
yudhāmanyuś ca vikrānta
uttamaujāś ca vīryavān
saubhadro draupadeyāś ca
sarva eva mahā-rathāḥ
Artinya;
Ada Yudhamanyu yang agung, Uttamauja yang perkasa sekali, putera Subhadra dan putera-putera Draupadi. Semua kesatria itu hebat sekali bertempur dengan menggunakan kereta.
Bhagavad-gita 1.7
asmākaḿ tu viśiṣṭā ye
tān nibodha dvijottama
nāyakā mama sainyasya
saḿjñārthaḿ tān bravīmi te
Artinya;
Tetapi perkenankanlah saya menyampaikan keterangan kepada anda tentang komandan-komandan yang mempunyai kwalifikasi luar biasa untuk memimpin bala tentara saya, wahai brahmana yang paling baik.
Bhagavad-gita 1.8
bhavān bhīṣmaś ca karṇaś ca
kṛpaś ca samitiḿ-jayaḥ
aśvatthāmā vikarṇaś ca
saumadattis tathaiva ca
Artinya;
Ada tokoh-tokoh seperti Prabhu sendiri, Bhisma, Karna, Krpa, Asvatthama, Vikarna, dan putera Somadatta bernama Bhurisrava, yang selalu menang dalam perang.
Bhagavad-gita 1.9
anye ca bahavaḥ śūrā
mad-arthe tyakta-jīvitāḥ
nānā-śastra-praharaṇāḥ
sarve yuddha-viśāradāḥ
Artinya;
Ada banyak pahlawan lain yang bersedia mengorbankan nyawanya demi kepentingan saya. Semuanya dilengkapi dengan berbagai jenis senjata, dan berpengalaman di bidang ilmu militer.
Bhagavad-gita 1.10
aparyāptaḿ tad asmākaḿ
balaḿ bhīṣmābhirakṣitam
paryāptaḿ tv idam eteṣāḿ
balaḿ bhīmābhirakṣitam
Artinya;
Kekuatan kita tidak dapat diukur, dan kita dilindungi secara sempurna oleh kakek Bhisma, sedangkan para pandava, yang dilindungi dengan teliti oleh Bhisma, hanya mempunyai kekuatan yang terbatas.
Bhagavad-gita 1.11
ayaneṣu ca sarveṣu
yathā-bhāgam avasthitāḥ
bhīṣmam evābhirakṣantu
bhavantaḥ sarva eva hi
Artinya;
Sekarang anda semua harus memberi dukungan sepenuhnya kepada kakek Bhisma, sambil berdiri di ujung-ujung strategis masing-masing di gerbang-gerbang barisan tentara.
Bhagavad-gita 1.12
tasya sañjanayan harṣaḿ
kuru-vṛddhaḥ pitāmahaḥ
siḿha-nādaḿ vinadyoccaiḥ
śańkhaḿ dadhmau pratāpavān
Artinya;
Kemudian Bhisma, leluhur agung dinasti kuru yang gagah berani, kakek para ksatria, meniup kerangnya dengan keras sekali bagaikan suara singa sehingga Duryodhana merasa riang.
Bhagavad-gita 1.13
tataḥ śańkhāś ca bheryaś ca
paṇavānaka-gomukhāḥ
sahasaivābhyahanyanta
sa śabdas tumulo ‘bhavat
Artinya;
Sesudah itu, kerang-kerang, gendang-gendang, bedug, dan berbagai jenis terompet semuanya dibunyikan seketika, sehingga paduan suaranya menggemparkan.
Bhagavad-gita 1.14
tataḥ śvetair hayair yukte
mahati syandane sthitau
mādhavaḥ pāṇḍavaś caiva
divyau śańkhau pradadhmatuḥ
Artinya;
Di pihak lawan, Sri Krsna bersama Arjuna yang mengendarai kereta megah yang ditarik oleh kuda-kuda berwarna putih juga membunyikan kerang-kerang rohani mereka.
Bhagavad-gita 1.15
pāñcajanyaḿ hṛṣīkeśo
devadattaḿ dhanañjayaḥ
pauṇḍraḿ dadhmau mahā-śańkhaḿ
bhīma-karmā vṛkodaraḥ
Artinya;
Kemudian Sri Krsna meniup kerang-Nya bernama Devadatta; dan Bhisma, pelahap dan pelaksana tugas-tugas yang berat sekali, meniup kerangnya yang mengerikan bernama Paundra.
Bhagavad-gita 1.16-18
anantavijayaḿ rājā
kuntī-putro yudhiṣṭhiraḥ
nakulaḥ sahadevaś ca
sughoṣa-maṇipuṣpakau
kāśyaś ca parameṣv-āsaḥ
śikhaṇḍī ca mahā-rathaḥ
dhṛṣṭadyumno virāṭaś ca
sātyakiś cāparājitaḥ
drupado draupadeyāś ca
sarvaśaḥ pṛthivī-pate
saubhadraś ca mahā-bāhuḥ
śańkhān dadhmuḥ pṛthak pṛthak
Artinya;
Raja Yudhistira, putera kunti, meniup kerangnya yang bernama Anantavijaya, Nakula dan Sahadeva meniup kerangnya bernama Sugosha dan Manipuspaka. Pemanah yang perkasa raja Kasi, ksatria hebat yang bernama Sikandi, Dhrstadyumna, virata, dan Satyaki yang tidak pernah dikalahkan, Drupada, para putera Draupadi, dan lain-lain, seperti putera Subhadra, yang berlengan perkasa, semua meniup kerang-kerangnya masing-masing; wahai Baginda Raja.
Bhagavad-gita 1.19
sa ghoṣo dhārtarāṣṭrāṇāḿ
hṛdayāni vyadārayat
nabhaś ca pṛthivīḿ caiva
tumulo ‘bhyanunādayan
Artinya;
Berbagai jenis kerang tersebut ditiup hingga menggemparkan. Suara kerang-kerang bergema baik di langit maupun di bumi, hingga mematahkan hati para putera Dhrtarastra.
Bhagavad-gita 1.20
atha vyavasthitān dṛṣṭvā
dhārtarāṣṭrān kapi-dhvajaḥ
pravṛtte śastra-sampāte
dhanur udyamya pāṇḍavaḥ
hṛṣīkeśaḿ tadā vākyam
idam āha mahī-pate
Artinya;
Pada waktu itu, Arjuna, putera pandu, yang sedang duduk di atas kereta, yang benderanya berlambang hanuman, mengangkat busurnya dan bersiap-siap untuk melepaskan anak panahnya. Wahai paduka Raja, sesudah memandang putera-putera Dhrstaratra, lalu Arjuna berkata kepada Hrsikesa [krsna] sebagai berikut.
Bhagavad-gita 1.21-22
arjuna uvāca
senayor ubhayor madhye
rathaḿ sthāpaya me ‘cyuta
yāvad etān nirīkṣe ‘haḿ
yoddhu-kāmān avasthitān
kair mayā saha yoddhavyam
asmin raṇa-samudyame
Artinya;
Arjuna berkata; wahai Krsna yang tidak pernah gagal, mohon membawa kereta saya di tengah-tengah antara kedua tentara agar saya dapat melihat siapa yang ingin bertempur di sini dan siapa yang harus saya hadapi dalam usaha perang yang besar ini.
Bhagavad-gita 1.23
yotsyamānān avekṣe ‘haḿ
ya ete ‘tra samāgatāḥ
dhārtarāṣṭrasya durbuddher
yuddhe priya-cikīrṣavaḥ
Artinya;
Perkenankanlah saya melihat mereka yang datang ke sini untuk bertempur karena keinginan mereka untuk menyenangkan hati putera Dhrtarastra yang berpikir jahat.
Bhagavad-gita 1.24
sañjaya uvāca
evam ukto hṛṣīkeśo
guḍākeśena bhārata
senayor ubhayor madhye
sthāpayitvā rathottamam
Artinya;
Sanjaya berkata; wahai putera keluarga Bharata, setelah disapa oleh Arjuna, Sri Krsna membawa kereta yang bagus itu ke tengah-tengah antara tentara-tentara kedua belah pihak.
Bhagavad-gita 1.25
bhīṣma-droṇa-pramukhataḥ
sarveṣāḿ ca mahī-kṣitām
uvāca pārtha paśyaitān
samavetān kurūn iti
Artinya;
Di hadapan Bhisma, Drona dan semua pemimpin dunia lainnya, Sri Krsna bersabda, wahai partha, lihatlah para kuru yang sudah berkumpul di sini.
Bhagavad-gita 1.26
tatrāpaśyat sthitān pārthaḥ
pitṝn atha pitāmahān
ācāryān mātulān bhrātṝn
putrān pautrān sakhīḿs tathā
śvaśurān suhṛdaś caiva
senayor ubhayor api
Artinya;
Di sana di tengah-tengah tentara-tentara kedua belah pihak Arjuna dapat melihat para ayah, kakek, guru, paman dari keluarga ibu, saudara, putera, cucu, kawan, mertua, dan orang-orang yang mengharapkan kesejahteraannya semua hadir di sana.
Bhagavad-gita 1.27
tān samīkṣya sa kaunteyaḥ
sarvān bandhūn avasthitān
kṛpayā parayāviṣṭo
viṣīdann idam abravīt
Artinya;
Ketika Arjuna, putera kunti , melihat berbagai kawan dan sanak keluarganya ini, hatinya tergugah rasa kasih sayang dan dia berkata sebagai berikut.
Bhagavad-gita 1.28
arjuna uvāca
dṛṣṭvemaḿ sva-janaḿ kṛṣṇa
yuyutsuḿ samupasthitam
sīdanti mama gātrāṇi
mukhaḿ ca pariśuṣyati
Artinya;
Arjuna berkata; Krsna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota badan-badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering.
Bhagavad-gita 1.29
vepathuś ca śarīre me
roma-harṣaś ca jāyate
gāṇḍīvaḿ sraḿsate hastāt
tvak caiva paridahyate
Artinya;
Seluruh badan saya gemetar, dan bulu roma berdiri. Busur Gandiva terlepas dari tangan saya, dan kulit saya terasa terbakar.
Bhagavad-gita 1.30
na ca śaknomy avasthātuḿ
bhramatīva ca me manaḥ
nimittāni ca paśyāmi
viparītāni keśava
Artinya;
Saya tidak tahan lagi berdiri di sini, saya lupa akan diri, dan pikiran saya kacau. O Krsna, saya hanya dapat melihat sebab-sebab malapetaka saja, wahai pembunuh raksasa bernama Kesi.
Bhagavad-gita 1.31
na ca śreyo ‘nupaśyāmi
hatvā sva-janam āhave
na kāńkṣe vijayaḿ kṛṣṇa
na ca rājyaḿ sukhāni ca
Artinya;
Saya tidak dapat melihat bagaimana hal-hal yang baik dapat diperoleh kalau saya membunuh sanak keluarga sendiri dalam perang ini. Krsna yang baik hati, saya juga tidak dapat menginginkan kejayaan, kerajaan, maupun kebahagiaan sebagai akibat perbuatan seperti itu
Bhagavad-gita 1.32-35
. kiḿ no rājyena govinda
kiḿ bhogair jīvitena vā
yeṣām arthe kāńkṣitaḿ no
rājyaḿ bhogāḥ sukhāni ca
ta ime ‘vasthitā yuddhe
prāṇāḿs tyaktvā dhanāni ca
ācāryāḥ pitaraḥ putrās
tathaiva ca pitāmahāḥ
mātulāḥ śvaśurāḥ pautrāḥ
śyālāḥ sambandhinas tathā
etān na hantum icchāmi
ghnato ‘pi madhusūdana
api trailokya-rājyasya
hetoḥ kiḿ nu mahī-kṛte
nihatya dhārtarāṣṭrān naḥ
kā prītiḥ syāj janārdana
Artinya;
O Govinda, barang kali kita menginginkan kerajaan, kebahagiaan, ataupun kehidupan untuk orang tertentu, tetapi apa gunanya kerajaan, kebahagiaan ataupun kehidupan bagi kita kalau mereka sekarang tersusun pada medan perang ini? O Madhusudana, apabila para guru, ayah, putera, kakek, paman dari keluarga ibu, mertua, cucu, ipar dan semua sanak keluarga bersedia mengorbankan nyawa dan harta bendanya dan sekarang berdiri di hadapan saya, mengapa saya harus berhasrat membunuh mereka, meskipun kalau saya tidak membunuh mereka, mungkin mereka akan membunuh saya? Wahai pemelihara semua makhluk hidup, jangankan untuk bumi ini, untuk imbalan seluruh tiga dunia ini pun saya tidak bersedia bertempur melawan mereka. Kesenangan apa yang akan kita peroleh kalau kita membunuh para putera dhrtarastra?
Bhagavad-gita 1.36
pāpam evāśrayed asmān
hatvaitān ātatāyinaḥ
tasmān nārhā vayaḿ hantuḿ
dhārtarāṣṭrān sa-bāndhavān
sva-janaḿ hi kathaḿ hatvā
sukhinaḥ syāma mādhava
Artinya;
Kita akan dikuasai oleh dosa kalau kita membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putera Dhrtarastra dan kawan-kawan kita. O Krsna, suami dewi keberuntungan, apa untungnya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?
Bhagavad-gita 1.37-38
yady apy ete na paśyanti
lobhopahata-cetasaḥ
kula-kṣaya-kṛtaḿ doṣaḿ
mitra-drohe ca pātakam
kathaḿ na jñeyam asmābhiḥ
pāpād asmān nivartitum
kula-kṣaya-kṛtaḿ doṣaḿ
prapaśyadbhir janārdana
Artinya;
O Janardana, walaupun orang ini yang sudah dikuasai oleh kelobaan tidak melihat kesalahan dalam membunuh keluarga sendiri atau bertengkar dengan kawan-kawan, mengapa kita yang dapat melihat bahwa membinasakan satu keluarga adalah kejahatan harus melakukan perbuatan berdosa seperti itu?
Bhagavad-gita 1.39
kula-kṣaye praṇaśyanti
kula-dharmāḥ sanātanāḥ
dharme naṣṭe kulaḿ kṛtsnam
adharmo ‘bhibhavaty uta
Artinya;
Dengan hancurnya sebuah dinasti, seluruh tradisi keluarga yang kekal dihancurkan, dan dengan demikian sisa keluarga akan terlibat dalam kebiasaan yang bertentangan dengan dharma.
Bhagavad-gita 1.40
adharmābhibhavāt kṛṣṇa
praduṣyanti kula-striyaḥ
strīṣu duṣṭāsu vārṣṇeya
jāyate varṇa-sańkaraḥ
Artinya;
O Krsna, apabila hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela dalam keluarga, kaum wanita dalam keluarga ternoda, dan dengan merosotnya kaum wanita, lahirlah keturunan yang tidak diinginkan, wahai putera keluarga vrsni.
Bhagavad-gita 1.41
sańkaro narakāyaiva
kula-ghnānāḿ kulasya ca
patanti pitaro hy eṣāḿ
lupta-piṇḍodaka-kriyāḥ
Artinya;
Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diinginkan tentu saja menyebabkan keadaan seperti di neraka baik bagi keluarga maupun mereka yang membinasakan tradisi keluarga. Leluhur keluarga-keluarga yang sudah merosot seperti itu jatuh, sebab upacara-upacara untuk mempersembahkan makanan dan air kepada leluhur terhenti sama sekali.
Bhagavad-gita 1.42
doṣair etaiḥ kula-ghnānāḿ
varṇa-sańkara-kārakaiḥ
utsādyante jāti-dharmāḥ
kula-dharmāś ca śāśvatāḥ
Artinya;
Akibat perbuatan jahat para penghancur tradisi keluarga yang menyebabkan lahirnya anak-anak yang tidak diinginkan, segala jenis program masyarakat dan kegiatan demi kesejahteraan keluarga akan binasa.
Bhagavad-gita 1.43
utsanna-kula-dharmāṇāḿ
manuṣyāṇāḿ janārdana
narake niyataḿ vāso
bhavatīty anuśuśruma
Artinya;
O Krsna, pemelihara rakyat, saya sudah mendengar menurut garis perguruan bahwa orang yang membinasakan tradisi-tradisi keluarga selalu tinggal di neraka.
Bhagavad-gita 1.44
aho bata mahat pāpaḿ
kartuḿ vyavasitā vayam
yad rājya-sukha-lobhena
hantuḿ sva-janam udyatāḥ
Artinya;
Aduh, alangkah anehnya bahwa kita sedang bersiap-siap untuk melakukan kegiatan yang sangat berdosa. Didorong oleh keinginan untuk menikmati kesenangan kerajaan, kita sudah bertekad membunuh sanak keluarga sendiri.
Bhagavad-gita 1.45
yadi mām apratīkāram
aśastraḿ śastra-pāṇayaḥ
dhārtarāṣṭrā raṇe hanyus
tan me kṣemataraḿ bhavet
Artinya;
Lebih baik bagi saya kalau para putera Dhrtaratra yang membawa senjata di tangan membunuh saya yang tidak membawa senjata dan tidak melawan di medan perang.
Bhagavad-gita 1.46
sañjaya uvāca
evam uktvārjunaḥ sańkhye
rathopastha upāviśat
visṛjya sa-śaraḿ cāpaḿ
śoka-saḿvigna-mānasaḥ
Artinya;
Sanjaya berkata; setelah berkata demikian di medan perang, Arjuna meletakkan busur dan anak panahnya, lalu duduk dalam kereta. Pikiran Arjuna tergugah oleh rasa sedih
BAB II
RINGKASAN ISI BHAGAVAD-GĪTĀ
Bhagavad-gita 2.1
2.1 Sanjaya berkata; setelah melihat Arjuna tergugah rasa kasih sayang dan murung, matanya penuh air mata, Madhusudana, krisna, bersabda sebagai berikut.
Bhagavad-gita 2.2
2.2 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Arjuna yang baik hati, bagaimana sampai hal-hal yang kotor ini menghinggapi dirimu? Hal-hal ini sama sekali tidak pantas bagi orang yang mengetahui nilai hidup. Hal-hal seperti itu tidak membawa seseorang ke planet-planet yang lebih tinggi. Melainkan menjerumuskan dirinya kedalam penghinaan.
Bhagavad-gita 2.3
2.3 Wahai putera prtha, jangan menyerah pada kelemahan yang hina ini. Itu tidak pantas bagimu. Tinggalkanlah kelemahan hati yang remeh itu dan bangunlah. Wahai yang menghukum musuh.
Bhagavad-gita 2.4
2.4 Arjuna berkata; O Pembunuh musuh, o Pembunuh Madhu, bagaimana saya dapat membalas serangan orang seperti Bhisma dan Drona dengan panah pada medan perang, padahal seharusnya saya menyembah mereka?
Bhagavad-gita 2.5
2.5 Lebih baik saya hidup di dunia ini dengan cara mengemis daripada hidup sesudah mencabut nyawa roh-roh mulia seperti itu, yaitu guru-guru saya. Kendatipun mereka menginginkan keuntungan duniawi, mereka tetap atasan. Kalau mereka terbunuh, segala sesuatu yang kita nikmati akan ternoda dengan darah.
Bhagavad-gita 2.6
2.6 Kita juga tidak mengetahui mana yang lebih baik-mengalahkan mereka atau dikalahkan oleh mereka. Kalau Kita membunuh para putera Dhrtarastra, kita tidak mau hidup. Namun mereka sekarang berdiri di hadapan kita di medan perang.
Bhagavad-gita 2.7
2.7 Sekarang hamba kebingungan tentang kewajiban hamba dan sudah kehilangan segala ketenangan karena kelemahan yang picik. Dalam keadaan ini, hamba mohon agar Anda memberi tahukan dengan pasti apa yang paling baik untuk hamba. Sekarang hamba menjadi murid Anda, dan roh yang sudah menyerahkan diri kepada Anda. Mohon memberi pelajaran kepada hamba.
Bhagavad-gita 2.8
2.8 Hamba tidak dapat menemukan cara untuk menghilangkan rasa sedih ini yang menyebabkan indria-indria hamba menjadi kering. Hamba tidak akan dapat menghilangkan rasa itu, meskipun hamba memenangkan kerajaan yang makmur yang tiada taranya di bumi ini dengan kedaulatan seperti para dewa di surga.
Bhagavad-gita 2.9
2.9 Sanjaya berkata; Setelah berkata demikian, Arjuna, perebut musuh, menyatakan kepada krsna,’’Govinda,hamba tidak akan bertempur,’’lalu diam.
Bhagavad-gita 2.10
2.10 Wahai putera keluarga Bharata, pada waktu itu, krsna, yang tersenyum di tengah-tengah antara tentara-tentara kedua belah pihak, bersabda kepada Arjuna yang sedang tergugah oleh rasa sedih.
Bhagavad-gita 2.11
2.11 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Sambil berbicara dengan cara yang pandai engkau menyesalkan sesuatu yang tidak patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah menyesal, baik untuk yang masih hidup maupun untuk yang sudah meninggal.
Bhagavad-gita 2.12
2.12 Pada masa lampau tidak pernah ada suatu saat pun Aku, engkau maupun semua raja ini tidak ada; dan pada masa yang akan datang tidak satupun di antara kita semua akan lenyap.
Bhagavad-gita 2.13
2.13 Seperti halnya sang roh terkurung di dalam badan terus menerus mengalami perpindahan, di dalam badan ini, dari masa kanak-kanak sampai masa remaja sampai usia tua, begitu juga sang roh masuk ke dalam badan lain pada waktu meninggal. Orang yang tenang tidak bingung karena penggantian itu.
Bhagavad-gita 2.14
2.14 Wahai putera kunti, suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indria, dan seseorang harus belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, Wahai putera keluarga Bharata.
Bhagavad-gita 2.15
2.15 Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), orang yang tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan itu pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 2.16
2.16 Orang yang melihat kebenaran sudah menarik kesimpulan bahwa apa yang tidak ada (badan jasmani) tidak tahan lama dan yang kekal (sang roh ) tidak berubah. Inilah kesimpulan mereka setelah mempelajari sifat kedua-duanya.
Bhagavad-gita 2.17
2.17 Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang ada dalam seluruh badan tidak dapat dimusnahkan. Tidak seorang pun dapat membinasakan sang roh yang tidak dapat dimusnahka itu.
Bhagavad-gita 2.18
2.18 Mahluk hidup yang tidak dapat dimusnahkan atau diukur dan bersifat kekal, memiliki badan jasmani yang pasti akan berakhir. Karena itu, bertempurlah, Wahai putera keluarga Bharata.
Bhagavad-gita 2.19
2.19 Orang yang menganggap bahwa makhluk hidup membunuh ataupun makhluk hidup dibunuh tidak memiliki pengetahuan, sebab sang diri tidak membunuh dan tidak dapat dibunuh.
Bhagavad-gita 2.20
2.20 Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi sang roh pada saat manapun. Dia tidak diciptakan pada masa lampau, ia tidak diciptakan pada masa sekarang, dan dia tidak akan diciptakan pada masa yang akan datang. Dia tidak dilahirkan, berada untuk selamanya dan bersifat abadi. Dia tidak terbunuh apabila badan dibunuh.
Bhagavad-gita 2.21
2.21 Wahai Partha, bagaimana mungkin orang yang mengetahui bahwa sang roh tidak dapat dimusnahkan, bersifat kekal, tidak dilahirkan dan tidak pernah berubah dapat membunuh seseorang atau menyebabkan seseorang membunuh?
Bhagavad-gita 2.22
2.22 Seperti halnya seseorang mengenakan pakaian baru, dan membuka pakaian lama, begitu pula sang roh menerima badan-badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan badan-badan lama yang tidak berguna.
Bhagavad-gita 2.23
2.23 Sang roh tidak pernah dapat dipotong menjadi bagian-bagian oleh senjata manapun, dibakar oleh api, dibasahi oleh air, atau dikeringkan oleh angin.
Bhagavad-gita 2.24
2.24 Roh yang individual ini tidak dapat dipatahkan dan tidak dapat dilarutkan, dibakar ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada di mana-mana, tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap sama untuk selamanya.
Bhagavad-gita 2.25
2.25 Dikatakan bahwa sang roh itu tidak dapat dilihat, tidak dapat dipahami dan tidak dapat diubah. Mengingat kenyataan itu, hendaknya engkau jangan menyesal karena badan.
Bhagavad-gita 2.26
2.26 Akan tetapi, kalau engkau berpikir bahwa sang roh (atau gejala-gejala hidup) senantiasa dilahirkan dan selalu mati, toh engkau masih tidak mempunyai alasan untuk menyesal, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.
Bhagavad-gita 2.27
2.27 Orang yang sudah dilahirkan pasti akan meninggal, dan sesudah kematian, seseorang pasti akan dilahirkan lagi. Karena itu, dalam melaksanakan tugas kewajibanmu yang tidak dapat dihindari, hendaknya engkau jangan menyesal.
Bhagavad-gita 2.28
2.28 Semua makhluk yang diciptakan tidak terwujud pada awalnya, terwujud pada pertengahan, dan sekali lagi tidak terwujud pada waktu dileburkan. Jadi apa yang perlu disesalkan?
Bhagavad-gita 2.29
2.29 Beberapa orang memandang bahwa sang roh sebagai sesuatu yang mengherankan, beberapa orang menguraikan dia sebagai sesuatu yang mengherankan, dan beberapa orang mendengar tentang dia sebagai sesuatu yang mengherankan juga, sedangkan orang lain tidak dapat mengerti sama sekali tentang sang roh, walaupun mereka sudah mendengar tentang dia.
Bhagavad-gita 2.30
2.30 O putera keluarga Bharata, dia yang tinggal dalam badan tidak pernah dapat dibunuh. Karena itu, engkau tidak perlu bersedih hati untuk makhluk manapun.
Bhagavad-gita 2.31
2.31 Mengingat tugas kewajibanmu yang khusus sebagai seorang ksatriya, hendaknya engkau mengetahui bahwa tiada kesibukan yang lebih baik untukmu daripada bertempur berdasarkan prinsip-prinsip dharma; karena itu, engkau tidak perlu ragu-ragu.
Bhagavad-gita 2.32
2.32 Wahai partha, berbahagialah para ksatriya yang mendapatkan kesempatan untuk bertempur seperti itu tanpa mencarinya-kesempatan yang membuka pintu gerbang planet-planet surga bagi mereka.
Bhagavad-gita 2.33
2.33 Akan tetapi, apabila engkau tidak melaksanakan kewajiban dharmamu, yaitu bertempur, engkau pasti menerima dosa akibat melalaikan kewajibanmu, dan dengan demikian kemasyuranmu sebagai kesatria akan hilang.
Bhagavad-gita 2.34
2.34 Orang akan selalu membicarakan engkau sebagai orang yang hina, dan bagi orang yang terhormat; penghinaan lebih buruk daripada kematian.
Bhagavad-gita 2.35
2.35 Jendral-jendral besar yang sangat menghargai nama dan kemasyuranmu akan menganggap engkau meninggalkan medan perang karena rasa takut saja, dan dengan demikian mereka akan meremehkan engkau.
Bhagavad-gita 2.36
2.36 Musuh-musuhmu akan menjuluki engkau dengan banyak kata yang tidak baik dan mengejek kesanggupanmu. Apa yang dapat lebih menyakiti hatimu daripada itu?
Bhagavad-gita 2.37
2.37 Wahai putera kunti, engkau akan terbunuh di medan perang dan mencapai planet-planet surga atau engkau akan menang dan menikmati kerajaan di dunia. Karena itu, bangunlah dan bertempur dengan ketabahan hati.
Bhagavad-gita 2.38
2.38 Bertempurlah demi pertempuran saja, tanpa mempertimbangkan suka atau duka, rugi atau laba, menang atau kalah-dengan demikian, engkau tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa.
Bhagavad-gita 2.39
2.39 Sampai sekarang, Aku sudah menguraikan tentang pengetahuan ini kepadamu melalui pelajaran analisis. Sekarang, dengarlah penjelasanku tentang hal ini menurut cara bekerja tanpa mengharapkan hasil atau pahala. Wahai putera prtha, bila engkau bertindak dengan pengetahuan seperti itu engkau dapat membebaskan diri dari ikatan pekerjaan.
Bhagavad-gita 2.40
2.40 Dalam usaha ini tidak ada kerugian ataupun pengurangan, dan sedikitpun kemajuan dalam menempuh jalan ini dapat melindungi seseorang terhadap rasa takut yang paling berbahaya.
Bhagavad-gita 2.41
2.41 Orang yang menempuh jalan ini bertabah hati dengan mantap, dan tujuan mereka satu saja. Wahai putera kesayangan para kuru, kecerdasan orang yang tidak bertabah hati mempunyai banyak cabang.
Bhagavad-gita 2.42
Bhagavad-gita 2.43
2.42-43 Orang yang kekurangan pengetahuan sangat terikat pada kata-kata kiasan dari weda, yang menganjurkan berbagai kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan pahala agar dapat naik tingkat sampai planet-planet surga, kelahiran yang baik sebagai hasilnya, kekuatan dan sebagainya. Mereka menginginkan kepuasan indria-indria dan kehidupan yang mewah, sehingga mereka mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih tinggi dari ini. Wahai putera prtha.
Bhagavad-gita 2.44
2.44 Ketabahan hati yang mantap untuk ber-bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah ti mbul di dalam pikiran orang yang terlalu terikat pada kenikmatan indria-indria dan kekayaan material.
Bhagavad-gita 2.45
2.45 Veda sebagaian besar menyangkut tiga sifat alam. Wahai Arjuna, lampauilah tiga sifat alam itu. Bebaskanlah dirimu dari segala hal yang relatif dan segala kecemasan untuk keuntungan dan keelamatan dan jadilah mantap dalam sang diri.
Bhagavad-gita 2.46
2.46 Segala tujuan yang dipenuhi oleh sumur kecil dapat segera dipenuhi oleh sumber air yang besar. Begitu pula, segala tujuan veda dapat segera dipenuhi bagi orang yang mengetahui maksud dasar veda itu.
Bhagavad-gita 2.47
2.47 Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu.
Bhagavad-gita 2.48
2.48 Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut yoga.
Bhagavad-gita 2.49
2 .49 Wahai Dhananjaya, jauhilah segala yang menjijikan melalui bhakti dan dengan kesadaran seperti itu serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Mha Esa. Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang pelit.
Bhagavad-gita 2.50
2.50 Orang yang menekuni bhakti membebaskan dirinya dari perbuatan yang baik dan buruk bahkan dalam kehidupan ini pun. Karena itu, berusahalah untuk yoga, ilmu segala pekerjaan.
Bhagavad-gita 2.51
2.51 Dengan menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti itu, resi-resi yang mulia dan penyembah-penyembah membebaskan diri dari hasil pekerjaan di dunia material. Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai keadaan di luar segala kesengsaraan (dengan kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa).
Bhagavad-gita 2.52
2.52 Bila kecerdasanmu sudah keluar dari hutan khayalan yang lebat, engkau akan acuh terhadap segala sesuatu yang sudah didengar dan segala sesuatu yang akan didengar.
Bhagavad-gita 2.53
2.53 Bila pikiranmu tidak goyah lagi karena bahasa kiasan veda , dan pikiran mantap dalam semadi keinsafan diri, maka engkau sudah mencapai kesadaran rohani.
Bhagavad-gita 2.54
2.54 Arjuna berkata; o Krsna, bagaimanakah ciri-ciri orang yang kesadarannya sudah khusuk dalam kerohanian seperti itu? Bagaimana cara bicaranya serta bagaimana bahasanya? Dan bagaimana ia duduk dan bagaimana ia berjalan?.
Bhagavad-gita 2.55
2.55 Kpribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; o partha, bila seseorang meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan indria-indria, yang muncul dari tafsiran pikiran, dan bila pikirannya yang sudah disucikan dengan cara seperti itu hanya puas dalam sang diri, dikatakan ia sudah berada dalam kesadaran rohani yang murni.
Bhagavad-gita 2.56
2.56 Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah tiga jenis kesengsaraan, tidak gembira pada waktu ada kebahagiaan, dan bebas dari ikatan, rasa takut dan marah, disebut resi yang mantap dalam pikirannya.
Bhagavad-gita 2.57
2.57 Di dunia material, orang yang tidak dipengaruhi oleh hal yang baik dan hal yang buruk yang diperolehnya, dan tidak memuji maupun mengejeknya, sudah mantap dengan teguh dalam pengetahuan yang sempurna.
Bhagavad-gita 2.58
2.58 Orang yang dapat menarik indria-indria dari obyek-obyek indria,bagaikan kura-kura yang menarik kakinya ke dalam cangkangnya, mantap dengan teguh dalam kesadaran yang sempurna.
Bhagavad-gita 2.59
2.59 Barangkali kepuasan indria-indria sang roh yang berada dalam badan dibatasi, walaupun keinginan terhadap obyek-obyek indria tetap ada. Tetapi bila ia menghentikan kesibukan seperti itu dengan mengalami rasa yang lebih tinggi, kesadarannya menjadi mantap.
Bhagavad-gita 2.60
2.60 Wahai Arjuna, alangkah kuat dan bergeloranya indria-indria sehingga pikiran orang bijaksana yang sedang berusaha untuk mengendalikan indria-indrianya pun dibawa lari dengan paksa oleh indria-indria itu.
Bhagavad-gita 2.61
2.61 Orang yang mengekang dan mengendalikan indria-indria sepenuhnya dan memusatkan kesadarannya sepenuhnya kepada-ku, dikenal sebagai orang yang mempunyai kecerdasan yang mantap.
Bhagavad-gita 2.62
2.62 Selama seseorang merenungkan obyek-obyek indria-indria, ikatan terhadap obyek-obyek indria itu berkembang. Dari ikatan seperti itu berkembanglah hawa nafsu,dan dari hawa nafsu timbullah amarah.
Bhagavad-gita 2.63
2.63 Dari amarah timbullah khayalan yang lengkap , dari khayalan menyebabkan ingatan bingung. Bila ingatan bingung, kecerdasan hilang, bila kecerdasan hilang, seseorang jatuh lagi ke dalam lautan material.
Bhagavad-gita 2.64
2.64 Tetapi orang yang sudah bebas dari segala ikatan dan rasa tidak suka serta sanggup mengendalikan indria-indria melalui prinsip-prinsip kebebasan yang teratur dapat memperoleh karunia sepenuhnya dari Tuhan.
Bhagavad-gita 2.65
2.65 Tiga jenis kesengsaraan kehidupan material tidak ada lagi pada orang yang puas seperti itu (dalam kesadaran Krisna); dengan kesadaran yang puas seperti itu, kecerdasan seseorang mantap dalam waktu singkat.
Bhagavad-gita 2.66
2.66 Orang yang tidak mempunyai hubungan dengan Yang Maha Kuasa(dalam kesadaran Krisna) tidak mungkin memiliki kecerdasan rohani maupun pikiran yang mantap. Tanpa kecerdasan rohani dan pikiran pikiran yang mantap tidak mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada kebahagiaan?
Bhagavad-gita 2.67
2.67 Seperti perahu yang berada pada permukaan air dibawa lari oleh angin kencang, kecerdasan seseorang dapat dilarikan bahkan oleh satu saja di antara indria-indria yang mengembara dan menjadi titik pusat untuk pikiran.
Bhagavad-gita 2.68
2.68 Karena itu, orang yang indria-indrianya terkekang dari obyek-obyeknya pasti mempunyai kecerdasan yang mantap, wahai yang berlengan perkasa.
Bhagavad-gita 2.69
2.69 Malam hari bagi semua makhluk adalah waktu sadar bagi orang yang mengendalikan diri, dan waktu sadar bagi semua makhluk adalah malam hari bagi resi yang mawas diri.
Bhagavad-gita 2.70
2.70 Hanya orang yang tidak terganggu oleh arus keinginan yang mengalir terus menerus yang masuk bagaikan sungai-sungai ke dalam lautan,yang senantiasa diisi tetapi selalu tetap tenang , dapat mencapai kedamaian. Bukan orang yang berusaha memuaskan keinginan itu yang dapat mencapai kedamaian.
Bhagavad-gita 2.71
2.71 Hanya orang yang sudah meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan indria-indria, hidup bebas dari keinginan, sudah meninggalkan segala rasa ingin memilik sesuatu dan bebas dari keakuan palsu dapat mencapai kedamaian yang sejati
Bhagavad-gita 2.72
2.72 Itulah cara hidup yang suci dan rohani. Sesudah mencapai kehidupan seperti itu, seseorang tidak dibingungkan. Kalau seseorang mantap seperti itu bahkan pada saat kematian sekalipun, ia dapat masuk ke kerajaan Tuhan.
BAB III
KARMA-YOGA
Bhagavad-gita 3.1
3.1 Arjuna berkata; O Janardana, o Kesava, mengapa Anda ingin supaya hamba menjadi sibuk dalam perang yang mengerikan ini, kalau Anda menganggap kecerdasan lebih baik dari pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil?
Bhagavad-gita 3.2
3.2 Kecerdasan hamba dibingungkan oleh pelajaran Anda yang mengandung dua arti. Karena itu, mohon beritahukan kepada hamba dengan pasti mana yang paling bermanfaat untuk hamba.
Bhagavad-gita 3.3
3.3 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; o Arjuna yang tidak berdosa, Aku sudah menjelaskan bahwa ada dua golongan manusia yang berusaha menginsafi sang diri. Beberapa orang berminat mengerti tentang hal itu melalui angan-angan filsafat berdasarkan percobaan, sedangkan orang lain berusaha mengerti tentang hal itu melalui bhakti.
Bhagavad-gita 3.4
3.4 bukan hanya dengan menghindari pekerjaan seseorang dapat mencapai pembebasan dari reaksi, dan bukan hanya dengan melepaskan ikatan saja seseorang dapat mencapai kesempurnaan.
Bhagavad-gita 3.5
3.5 Semua orang dipaksakan bekerja tanpa berdaya menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya dari sifat-sifat alam material; karena itu, tiada seorangpun yang dapat menghindari berbuat sesuatu, bahkan selama sesaatpun.
Bhagavad-gita 3.6
3.6 Orang yang mengekang indria-indria yang bekerja tetapi pikirannya merenungkan obyek-obyek indria pasti menipu dirinya sendiri dan disebut orang yang berpura-pura.
Bhagavad-gita 3.7
3.7 Di pihak lain, kalau orang yang tulus ikhlas berusaha mengendalikan indria-indria yang giat dengan pikiran dan mulai melakukan karma yoga (dalam kesadaran Krisna ) tanpa ikatan, ia jauh lebih maju.
Bhagavad-gita 3.8
3.8 Lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, sebab melakukan hal demikian lebih baik daripada tidak bekerja. Seseorang bahkan tidak dapat memelihara badan jasmani tanpa bekerja.
Bhagavad-gita 3.9
3.9 Pekerjaan yang dilakukan sebagai korban suci untuk visnu harus dilakukan. Kalau tidak, pekerjaan mengakibatkan ikatan di dunia material ini. Karena itu lakukanlah tugas-kewajibanmu yang telah ditetapkan guna memuaskan Beliau, Wahai putera Kunti. Dengan cara demikian, engkau akan selalu tetap bebas dari ikatan.
Bhagavad-gita 3.10
3.10 Pada awal ciptaan, penguasa semua mahluk mengirim generasi-generasi manusia dan dewa, beserta korban- korban suci untuk visnu, dan memberkahi mereka dengan bersabda; Berbahagialah engkau dengan yadna (korban suci) ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan segala sesuatu yang dapat diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 3.11
3.11 Para dewa, sesudah dipuaskan dengan korban-korban suci, juga akan memuaskan engkau. Dengan demikian, melalui kerja sama antara manusia dengan para dewa, kemakmuran akan berkuasa bagi semua.
Bhagavad-gita 3.12
3.12 Para dewa mengurus berbagai kebutuhan hidup. Bila para dewa dipuaskan dengan pelaksanaan yajna (korban suci), mereka akan menyediakan segala kebutuhan untukmu.Tetapi orang yang menikmati berkat-berkat itu tanpa mempersembahkannya kepada para dewa sebagai balasan pasti adalah pencuri.
Bhagavad-gita 3.13
3.13 Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu untuk korban suci. Orang lain, yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.
Bhagavad-gita 3.14
3.14 Semua badan yang bernyawa hidup dengan cara makan biji-bijian, yang dihasilkan dari hujan. Hujan dihasilkan oleh pelaksanaan yajna (korban suci) dan yajna dilahirkan dari tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.
Bhagavad-gita 3.15
3.15 Kegiatan yang teratur dianjurkan di dalam veda dan veda diwujudkan secara langsung dari kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, yang melampaui hal-hal duniawi dan berada di mana-mana untuk selamanya dalam perbuatan korban suci.
Bhagavad-gita 3.16
3.16 Arjuna yang baik hati, orang yang tidak mengikuti sistem korban suci tersebut yang ditetapkan dalam veda pasti hidup dengan cara yang penuh dosa. Sia-sialah kehidupan orang seperti itu yang hanya hidup untuk memuaskan indria-indria.
Bhagavad-gita 3.17
3.17 Tetapi orang yang bersenang hati di dalam sang diri, yang hidup sebagai manusia demi keinsafan diri, dan berpuas hati di dalam sang diri saja, puas sepenuhnya-bagi orang tersebut tidak ada tugas kewajiban.
Bhagavad-gita 3.18
3.18 Orang yang sudah insaf akan dirinya tidak mempunyai maksud untuk dipenuhi dalam pelaksanaan tugas-tugas kewajibannya, dan dia juga tidak mempunyai alasan untuk tidak melaksanakan pekerjaan seperti itu. Dia juga tidak perlu bergantung pada makhluk hidup manapun.
Bhagavad-gita 3.19
3.19 Karena itu hendaknya seseorang bertindak karena kewajiban tanpa terikat terhadap hasil kegiatan, sebab dengan bekerja tanpa ikatan terhadap hasil seseorang sampai kepada Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 3.20
3.20 Raja-raja yang seperti Janaka mencapai kesempurnaan hanya dengan pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan. Karena itu, untuk mendidik rakyat umum, hendaknya engkau melakukan pekerjaanmu.
Bhagavad-gita 3.21
3.21 Perbuatan apapun yang dilakukan orang besar, akan diikuti oleh orang awam. Standar apa pun yang ditetapkan dengan perbuatannya sebagai teladan, diikuti oleh seluruh dunia.
Bhagavad-gita 3.22
3.22 Wahai putera prtha, tidak ada pekerjaan yang ditetapkan bagi-Ku dalam seluruh tiga susunan planet. Aku juga tidak kekurangan apapun dan Aku tidak perlu memperoleh sesuatu, namun Aku sibuk melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan.
Bhagavad-gita 3.23
3.23 Sebab kalau Aku pernah gagal menekuni pelaksanaan tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan dengan teliti, tentu saja semua orang akan mengikuti jalan-Ku, wahai putera Partha.
Bhagavad-gita 3.24
3.24 Kalau Aku tidak melakukan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan, maka semua dunia ini akan hancur. Kalau Aku berbuat demikian, berarti Aku menyebabkan penduduk yang tidak diinginkan diciptakan, dan dengan demikian Aku menghancurkan kedamaian semua makhluk hidup.
Bhagavad-gita 3.25
3.25 Seperti halnya orang bodoh melakukan tugas-tugas kewajibannya dengan ikatan terhadap hasil, begitu pula orang bijaksana dapat bertindak dengan cara yang serupa, tetapi tanpa ikatan, dengan tujuan memimpin rakyat dalam menempuh jalan yang benar.
Bhagavad-gita 3.26
3.26 Agar tidak mengacaukan pikiran orang bodoh yang terikat terhadap hasil atau pahala dari tugas-tugas kewajiban yang telah ditetapkan, hendaknya orang bijaksana jangan menyuruh mereka berhenti bekerja. Melainkan, sebaiknya ia beker ja dengan semangat bhakti dan menjadikan mereka sibuk dalam segala jenis kegiatan (untuk berangsur-angsur mengembangkan kesadaran Krisna)
Bhagavad-gita 3.27
3.27 Sang roh yang dibingungkan oleh pengaruh keakuan palsu menganggap dirinya pelaku kegiatan yang sebenarnya dilakukan oleh tiga sifat alam material.
Bhagavad-gita 3.28
3.28 Orang yang memiliki pengetahuan tentang kebenaran mutlak tidak menjadi sibuk dalam indria-indria dan kepuasan indria-indria, sebab ia mengetahui dengan baik perbedaan antara pekerjaan dalam bhakti dan pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, Wahai yang berlengan perkasa.
Bhagavad-gita 3.29
3.29 Oleh karena orang bodoh dibingungkan oleh sifat-sifat alam material, maka mereka sepenuhnya menekuni kegiatan material hingga menjadi terikat. Tetapi sebaiknya orang bijaksana jangan menggoyahkan mereka, walaupun tugas-tugas tersebut lebih rendah karena yang melakukan tugas-tugas itu kekurangan pengetahuan.
Bhagavad-gita 3.30
3.30 O Arjuna, karena itu, dengan menyerahkan segala pekerjaanmu kepada-Ku, dengan pengetahuan sepenuhnya tentang –Ku, bebas dari keinginan untuk keuntungan, tanpa tuntutan hak milik, dan bebas dari sifat malas, bertempurlah.
Bhagavad-gita 3.31
3.31 Orang yang melakukan tugas-tugas kewajibannya menurut perintah-perintah-Ku dan mengikuti ajaran ini dengan setia, bebas dari rasa iri, dibebaskan dari ikatan perbuatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil.
Bhagavad-gita 3.32
3.32 Tetapi orang yang tidak mengikuti ajaran ini secara teratur karena rasa iri dianggap kehilangan segala pengetahuan, dijadikan bodoh, dan dihancurkan dalam usahanya untuk mencari kesempurnaan.
Bhagavad-gita 3.33
3.33 Orang yang berpengetahuanpun bertindak menurut sifatnya sendiri, sebab semua orang mengikuti sifat yang telah diperolehnya dari tiga sifat alam. Karena itu apa yang dapat dicapai dengan pengekangan?
Bhagavad-gita 3.34
3.34 Ada prinsip-prinsip untuk mengatur ikatan dan rasa tidak suka berhubungan dengan indria-indria dan obyek-obyeknya. Hendaknya seseorang jangan dikuasi oleh ikatan dan rasa tidak suka seperti itu, sebab hal-hai itu merupakan batu-batu rintangan pada jalan menuju keinsafan diri.
Bhagavad-gita 3.35
3.35 Jauh lebih baik melaksanakan tugas-tugas kewajiban yang sudah ditetapkan untuk diri kita. Walaupun kita berbuat kesalahan dalam tugas-tugas itu, daripada melakukan tugas kewajiban orang lain secara sempurna. Kemusnahan sambil melaksanakan tugas kewajiban sendiri lebih baik daripada menekuni tugas kewajiban orang lain, sebab mengikuti jalan orang lain berbahaya.
Bhagavad-gita 3.36
3.36 Arjuna berkata; Apa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan yang berdosa, walaupun dia tidak menginginkan demikian, seolah-olah dia dipaksakan untuk berbuat begitu?
Bhagavad-gita 3.37
3.37 Kepribadiaan Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Wahai Arjuna, hanya hawa nafsu saja; yang dilahirkan dari hubungan dengan sifat nafsu material dan kemudian diubah menjadi amarah, yang menjadi musuh dunia ini. Musuh itu penuh dosa dan menelan segala sesuatu.
Bhagavad-gita 3.38
3.38 Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin ditutupi oleh kandungan, begitu pula mahluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat hawa nafsu ini.
Bhagavad-gita 3.39
3.39 Seperti itulah kesadaran murni mahluk hidup yang bijaksana ditutupi oleh musuhnya yang kekal dalam bentuk nafsu, yang tidak pernah puas dan membakar bagaikan api.
Bhagavad-gita 3.40
3.40 Indria-indria, pikiran dan kecerdasan adalah tempat duduk hawa nafsu tersebut. Melalui indria-indria, pikiran dan kecerdasan hawa nafsu menutupi pengetahuan sejati mahluk hidup dan membingungkannya.
Bhagavad-gita 3.41
3.41 Wahai Arjuna, yang paling baik diantara para Bharata, karena itu, pada awal sekali batasilah lambang dosa yang besar ini ( hawa nafsu ) dengan mengatur indria-indria, dan bunuhlah pembinasa pengetahuan dan keinsafan diri ini.
Bhagavad-gita 3.42
3.42 Indria-indria yang bekerja lebih halus daripada alam yang bersifat mati. Pikiran lebih halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran; dan Dia (sang roh ) lebih halus lagi daripada kecerdasan.
Bhagavad-gita 3.43
3.43 Dengan mengetahui dirinya melampaui indria-indria material, pikiran dan kecerdasan, hendaknya seseorang memantapkan pikiran dengan kecerdasan rohani yang bertabah hati ( kesadaran Krsna ), dan dengan demikian- melalui kekuatan rohani, mengalahkan hawa nafsu, musuh yang tidak pernah puas, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.
BAB IV
PENGETAHUAN ROHANI
Bhagavad-gita 4.1
4.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krsna, bersabda; Aku telah mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini yang tidak dapat dimusnahkan kepada dewa matahari , vivasvan, kemudian vivasvan mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada Manu, ayah manusia, kemudian Manu mengajarkan ilmu pengetahuan itu kepada iksvaku.
Bhagavad-gita 4.2
4.2 Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedemikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian, dan para raja yang suci mengerti ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, garis perguruan itu terputus; karena itu, rupanya ilmu pengetahuan yang asli itu sudah hilang.
Bhagavad-gita 4.3
4.3 Ilmu pengetahuan yang abadi tersebut mengenai hubungan dengan Yang Mahakuasa hari ini Kusampaikan kepadamu, sebab engkau adalah penyembah dan kawan-Ku; karena itulah engkau dapat mengerti rahasia rohani ilmu pengetahuan ini.
Bhagavad-gita 4.4
4.4 Arjuna berkata; vivasvan, dewa matahari, lebih tua daripada Anda menurut kelahiran. Bagaimana hamba dapat mengerti bahwa pada awal Anda mengajarkan ilmu pengetahuan ini kepada beliau?
Bhagavad-gita 4.5
4.5 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Engkau dan Aku sudah dilahirkan berulangkali. Aku dapat ingat segala kelahiran itu, tetapi engkau tidak dapat ingat, Wahai penakluk musuh.
Bhagavad-gita 4.6
4.6 Walaupun Aku tidak dilahirkan dan badan rohani-Ku tidak pernah merosot, dan walaupun Aku penguasa semua makhluk hidup, Aku masih muncul pada setiap jaman dalam bentuk rohani-Ku yang asli.
Bhagavad-gita 4.7
4.7 Kapan pun dan di mana pun pelaksanaan dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma merajalela-pada waktu itulah Aku sendiri menjelma, Wahai putera keluarga Bharata.
Bhagavad-gita 4.8
4.8 Untuk menyelamatkan orang saleh, membinasakan orang jahat dan untuk menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma, Aku sendiri muncul pada setiap jaman.
Bhagavad-gita 4.9
4.9 Orang yang mengenal sifat rohani kelahiran dan kegiatan-Ku tidak dilahirkan lagi di dunia material ini setelah meninggalkan badan, melainkan ia mencapai tempat tinggal-Ku yang kekal, wahai Arjuna.
Bhagavad-gita 4.10
4.10 Banyak orang pada masa lampau disucikan oleh pengetahuan tentang-Ku dengan dibebaskan dari ikatan, rasa takut dan amarah, khusuk sepenuhnya berpikir tentang-Ku dan berlindung kepada-Ku dan dengan demikian mereka semua mencapai cinta-bhakti rohani kepada-Ku.
Bhagavad-gita 4.11
4.11 Sejauh mana semua orang menyerahkan diri kepada-Ku, Aku menganugerahi mereka sesuai dengan penyerahan dirinya itu. Semua orang menempuh jalan-Ku dalam segala hal, wahai putera Prtha.
Bhagavad-gita 4.12
4.12 Orang di dunia ini menginginkan sukses dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil; karena itu, mereka menyembah para dewa. Tentu saja, manusia cepat mendapat hasil dari pekerjaan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil di dunia ini.
Bhagavad-gita 4.13
4.13 Menurut tiga sifat alam dan pekerjaan yang ada hubungannya dengan sifat-sifat itu, empat bagian masyarakat manusia diciptakan oleh-Ku. Walaupun Akulah yang menciptakan sistem ini, hendaknya engkau mengetahui bahwa Aku tetap sebagai yang tidak berbuat, karena Aku tidak dapat diubah.
Bhagavad-gita 4.14
4.14 Tidak ada pekerjaan yang mempengaruhi Diri-Ku; Aku juga tidak bercita-cita mendapat hasil dari perbuatan. Orang yang mengerti kenyataan ini tentang Diri-Ku juga tidak akan terikat dalam reaksi-reaksi hasil pekerjaan.
Bhagavad-gita 4.15
4.15 Semua orang yang sudah mencapai pembebasan pada jaman purbakala bertindak dengan pengertian tersebut tentang sifat rohani-Ku. Karena itu, sebaiknya engkau melaksanakan tugas kewajibanmu dengan mengikuti langkah-langkah mereka.
Bhagavad-gita 4.16
4.16 Orang cerdaspun bingung dalam menentukan apa itu perbuatan dan apa arti tidak melakukan perbuatan. Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu apa arti perbuatan, dan setelah mengetahui tentang hal ini engkau akan dibebaskan dari segala nasib yang malang.
Bhagavad-gita 4.17
4.17 Seluk beluk perbuatan sulit sekali dimengerti. Karena itu, hendaknya seseorang mengetahui dengan sebenarnya apa arti perbuatan, apa arti perbuatan yang terlarang, dan apa arti tidak melakukan perbuatan.
Bhagavad-gita 4.18
4.18 Orang yang melihat keadaan tidak melakukan perbuatan dalam perbuatan, dan perbuatan dalam keadaan tidak melakukan perbuatan, adalah orang cerdas dalam masyarakat manusia. Dia berada dalam kedudukan rohani, walaupun ia sibuk dalam segala jenis kegiatan.
Bhagavad-gita 4.19
419 Dimengerti bahwa seseorang memiliki pengetahuan sepenuhnya kalau setiap usahanya beb as dari keinginan untuk kepuasan indria-indria. Para resi mengatakan bahwa reaksi pekerjaan orang yang bekerja seperti itu sudah dibakar oleh api pengetahuan yang sempurna.
Bhagavad-gita 4.20
4.20 Dengan melepaskan segala ikatan terhadap segala hasil kegiatannya, selalu puas dan bebas, dia tidak melakukan perbuatan apapun yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, walaupun ia sibuk dalam segala jenis usaha.
Bhagavad-gita 4.21
4.21 Orang yang mengerti bertindak dengan pikiran dan kecerdasan dikendalikan secara sempurna. Ia meninggalkan segala rasa memiliki harta bendanya dan hanya bertindak untuk kebutuhan dasar hidup. Bekerja dengan cara seperti itu, ia tidak dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dosa.
Bhagavad-gita 4.22
4.22 Orang yang puas dengan keuntungan yang datang dengan sendirinya, bebas dari hal-hal relatif, tidak iri hati, dan mantap baik dalam sukses maupun kegagalan, tidak pernah terikat, walaupun ia melakukan perbuatan.
Bhagavad-gita 4.23
4.23 Pekerjaan orang yang tidak terikat kepada sifat-sifat alam material dan mantap sepenuhnya dalam pengetahuan rohani menunggal sepenuhnya ke dalam kerohanian.
Bhagavad-gita 4.24
4.24 Orang yang tekun sepenuhnya dalam kesadaran krsna pasti akan mencapai kerajaan rohani karena dia sudah menyumbang sepenuhnya kepada kegiatan rohani. Dalam kegiatan rohani tersebut penyempurnaan bersifat mutlak dan apa yang dipersembahkan juga mempunyai sifat rohani yang sama.
Bhagavad-gita 4.25
4.25 Beberapa yogi menyembah para dewa yang sempurna dengan cara mengaturkan berbagai jenis korban suci kepada mereka, dan beberapa di antaranya mempersembahkan korban-korban suci dalam api Brahman yang paling utama.
Bhagavad-gita 4.26
4.26 Beberapa orang (para brahmacari yang tidak ternoda)mengorbankan proses mendengar dan indria-indria di dalam api pengendalian pikiran, dan orang lain (orang yang berumah tangga yang teratur) mengorbankan obyek-obyek indria ke dalam api indria-indria.
Bhagavad-gita 4.27
4.27 Orang lain, yang berminat mencapai keinsafan diri dengan cara mengendalikan pikiran dan indria-indria, mempersembahkan fungsi-fungsi semua indria, dan nafas kehidupan, sebagai persembahan ke dalam api pikiran yang terkendali.
Bhagavad-gita 4.28
4.28 Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa di antara mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara mengorbankan harta bendanya, sedangkan orang lain dengan melakukan pertapaan yang keras, dengan berlatih yoga kebatinan terdiri dari delapan bagian, atau dengan mempelajari veda untuk maju dalam pengetahuan rohani.
Bhagavad-gita 4.29
4.29 Ada orang lain yang tertarik pada proses menahan nafas agar tetap dalam semadi. Mereka berlatih dengan mempersembahkan gerak nafas ke luar ke dalam nafas yang masuk, dan nafas yang masuk ke dalam nafas yang ke luar, dan dengan demikian akhirnya mereka mantap dalam semadi, dengan menghentikan nafas sama sekali. Orang lain membatasi proses makan, dan mempersembahkan nafas ke luar ke dalam nafas yang ke luar sebagai korban suci.
Bhagavad-gita 4.30
4.30 Semua pelaksanaan kegiatan tersebut yang mengetahui arti korban suci disucikan dari reaksi-reaksi dosa, dan sesudah merasakan rasa manis yang kekal hasil korban-korban suci, mereka maju menuju alam kekal yang paling utama.
Bhagavad-gita 4.31
4.31 Wahai yang paling baik dari keluarga besar Kuru, tanpa korban suci seseorang tidak pernah dapat hidup dengan bahagia baik di planet ini maupun dalam hidup ini; kalau demikian bagaimana tentang penjelmaan yang akan datang?
Bhagavad-gita 4.32
4.32 Segala jenis korban suci tersebut dibenarkan dalam veda, dan semuanya dilahirkan dari berbagai jenis pekerjaan. Dengan mengetahui jenis-jenis korban suci tersebut dengan cara seperti itu, engkau akan mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 4.33
4.33 Wahai penakluk musuh, korban suci yang dilakukan dengan pengetahuan lebih baik daripada hanya mengorbankan harta benda material. Wahai putera prtha, bagaimanapun, maka segala korban suci yang terdiri dari pekerjaan memuncak dalam pengetahuan rohani.
Bhagavad-gita 4.34
4.34 Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.
Bhagavad-gita 4.35
4.35 Setelah memperoleh pengetahuan yang sejati dari orang yang sudah insaf akan dirinya, engkau tidak akan pernah jatuh ke dalam khayalan seperti ini, sebab dengan pengetahuan ini engkau dapat melihat bahwa semua makhluk hidup tidak lain daripada bagian Yang Mahakuasa, atau dengan kata lain, bahwa mereka milik-Ku.
Bhagavad-gita 4.36
4.36 Walaupun engkau dianggap sebagai orang yang paling berdosa di antara semua orang yang berdosa, namun apabila engkau berada di dalam kapal pengetahuan rohani, engkau akan dapat menyeberangi lautan kesengsaraan.
Bhagavad-gita 4.37
4.37 Seperti halnya api yang berkobar mengubah kayu bakar menjadi abu, begitu pula api pengetahuan membakar segala reaksi dari kegiatan material hingga menjadi abu, wahai Arjuna
Bhagavad-gita 4.38 .
4.38 Di dunia ini, tiada sesuatupun yang semulia dan sesuci pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi. Pengetahuan seperti itu adalah buah matang dari segala kebatinan. Orang yang sudah ahli dalam latihan bhakti menikmati pengetahuan ini dalam dirinya sesudah beberapa waktu.
Bhagavad-gita 4.39
4.39 Orang setia yang sudah menyerahkan diri kepada pengetahuan yang melampaui hal-hal duniawi dan menaklukkan indria-indrianya memenuhi syarat untuk mencapai pengetahuan seperti itu, dan setelah mencapai pengetahuan itu, dengan cepat sekali ia mencapai kedamaian rohani yang paling utama.
Bhagavad-gita 4.40
4.40 Tetapi orang yang bodoh dan tidak percaya yang ragu-ragu tentang kitab-kitab suci yang diwahyukan, tidak akan mencapai kesadaran terhadap Tuhan Yang Maha Esa; melainkan mereka jatuh. Tidak ada kebahagiaan bagi orang yang ragu-ragu, baik di dunia ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang.
Bhagavad-gita 4.41
4.41 Orang yang bertindak dalam bhakti, dan melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatannya, dan keragu-raguannya sudah dibinasakan oleh pengetahuan rohani sungguh-sungguh mantap dalam sang diri. Dengan demikian, ia tidak diikat oleh reaksi pekerjaan, wahai perebut kekayaan.
Bhagavad-gita 4.42
4.42 Karena itu, keragu-raguan yang telah timbul dalam hatimu karena kebodohan harus dipotong dengan senjata pengetahuan. Wahai Bharata, dengan bersenjatakan yoga, bangunlah dan bertempur.
BAB V
KARMA-YOGA PERBUATAN DALAM KESADARAN KRISHNA
Bhagavad-gita 5.1
5.1 Arjuna berkata; O Krsna, pertama-tama Anda meminta supaya hamba melepaskan ikatan terhadap pekerjaan, kemudian sekali lagi Anda menganjurkan bekerja dengan bhakti. Sekarang mohon memberitahukan kepada hamba secara pasti yang mana di antara keduanya lebih bermanfaat?
Bhagavad-gita 5.2
5.2 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa menjawab; Melepaskan ikatan terhadap pekerjaan dan bekerja dalam bhakti maka kedua-duanya bermanfaat untuk mencapai pembebasan. Tetapi diantara keduanya, pekerjaan dalam bhakti lebih baik daripada melepaskan ikatan terhadap pekerjaan.
Bhagavad-gita 5.3
5.3 Orang yang tidak membenci atau pun menginginkan hasil atau pahala dari kegiatannya dikenal sebagai orang yang selalu melepaskan ikatan. Orang seperti itu, yang bebas dari segala hal yang relatif, dengan mudah mengatasi ikatan material dan mencapai pembebasan sepenuhnya, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.
Bhagavad-gita 5.4
5.4 Hanya orang yang bodoh membicarakan bhakti (karma yoga) sebagai hal yang berbeda dari mempelajari dunia material secara analisis (sankhya). Orang yang benar-benar bijaksana mengatakan bahwa orang yang menekuni salah satu di antara kedua jalan tersebut dengan baik akan mencapai hasil dari kedua-duanya.
Bhagavad-gita 5.5
5.5 orang yang mengetahui bahwa kedudukan yang dicapai dengan cara belajar secara analisis juga dapat dicapai dengan bhakti, dan karena itu melihat bahwa pelajaran analisis dan bhakti sejajar, melihat hal-hal dengan sebenarnya.
Bhagavad-gita 5.6
5.6 Kalau seseorang hanya melepaskan segala kegiatan namun tidak menekuni bhakti kepada Tuhan, itu tidak dapat membahagiakan dirinya. Tetapi orang yang banyak berpikir yang menekuni bhakti dapat mencapai kepada Yang Mahakuasa dengan segera, wahai yang berlengan perkasa.
Bhagavad-gita 5.7
5.7 Orang yang bekerja dalam bhakti, yang menjadi roh yang murni, yang mengendalikan pikiran dan indria-indria, dicintai oleh semua orang, dan diapun mencintai semua orang. Walaupun dia selalu bekerja, dia tidak pernah terikat.
Bhagavad-gita 5.8
Bhagavad-gita 5.9
5.8-9 Walaupun orang yang sadar secara rohani sibuk dapat melihat, mendengar, meraba, mencium, makan, bergerak ke sana ke mari, tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui bahwa berbicara, membuang hajat, menerima sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia selalu mengetahui bahwa hanyalah indria-indria material yang sibuk dengan obyek-obyeknya dan bahwa dirinya menyisih dari indria-indria material tersebut.
Bhagavad-gita 5.10
5.10 Orang yang melakukan tugas kewajibannya tanpa ikatan, dengan menyerahkan hasil perbuatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak dipengaruhi oleh perbuatan yang tidak berdosa, ibarat daun bunga padma yang tidak disentuh oleh air.
Bhagavad-gita 5.11
5.11 Para yogi melepaskan ikatan, bertindak dengan badan, pikiran, kecerdasan dan bahkan dengan indria-indria pun hanya dimaksudkan untuk penyucian diri.
Bhagavad-gita 5.12
5.12 Orang yang berbhakti secara mantap mencapai kedamaian yang murni karena dia mempersembahkan hasil segala kegiatan kepada-Ku; sedangkan orang yang tidak bergabung dengan Yang Mahasuci, dan kelobaan untuk mendapat hasil dari pekerjaannya, menjadi terikat.
Bhagavad-gita 5.13
5.13 Apabila makhluk hidup yang membadan mengendalikan sifatnya dan secara mental melepaskan ikatan terhadap segala perbuatan, ia akan tinggal dengan bahagia di kota yang mempunyai sembilan pintu gerbang (badan jasmani), dan ia tidak bekerja ataupun menyebabkan pekerjaan dilakukan.
Bhagavad-gita 5.14
5.14 Sang roh di dalam badan, penguasa kota badannya, tidak menciptakan kegiatan, tidak menyebabkan orang bertindak ataupun menciptakan hasil perbuatan. Segala hal tersebut dilaksanakan oleh sifat-sifat alam material.
Bhagavad-gita 5.15
5.15 Tuhan Yang Maha Esa tidak mengambil kegiatan yang berdosa atau kegiatan saleh yang dilakukan oleh siapapun. Akan tetapi, makhluk yang berbadan dibingungkan karena kebodohan yang menutupi pengetahuan mereka yang sejati.
Bhagavad-gita 5.16
5.16 Akan tetapi, apabila seseorang dibebaskan dari kebodohan dengan pengetahuan yang membinasakan kebodohan, pengetahuannya mengungkapkan segala sesuatu, seperti matahari menerangi segala sesuatu pada waktu siang.
Bhagavad-gita 5.17
5.17 Apabila kecerdasan, pikiran, maupun kepercayaan dan tempat berlindung seseorang semua mantap dalam Yang Mahakuasa, dia disucikan sepenuhnya dari keragu-raguan mengetahui pengetahuan yang lengkap dan dengan demikian dia maju lurus menempuh jalan pembebasan.
Bhagavad-gita 5.18
5.18 Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan yang sama
Bhagavad-gita 5.19
5.19 Orang yang pikirannya telah mantap dalam persamaan dan kemerataan sikap, telah mengalahkan keadaan kelahiran dan kematian. Bagaikan Brahman mereka bebas dari kelemahan, dan karena itu mereka sudah mantap dalam Brahman.
Bhagavad-gita 5.20
5.20 Seseorang sudah mantap dalam kerohanian jika ia tidak merasa riang bila mendapatkan sesuatu yang menyenangkan ataupun menyesal bila ia mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan, paham tentang dirinya sendiri, tidak dibingungkan, dan menguasai ilmu pengetahuan tentang Tuhan.
Bhagavad-gita 5.21
5.21 Orang yang sudah mencapai pembebasan seperti itu tidak tertarik kesenangan indria-indria material, melainkan dia selalu berada dalam semadi, dan menikmati kebahagiaan di dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang yang sudah insaf akan dirinya menikmati kebahagiaan yang tidak terhingga, sebab ia memusatkan pikirannya kepada Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 5.22
5.22 Orang cerdas tidak ikut serta dalam sumber-sumber kesengsaraan, yang disebabkan oleh hubungan dengan indria-indria material. Wahai putera Kunti, kesenangan seperti itu berawal dan berakhir, karena itu, orang bijaksana tidak bersenang hati dengan hal-hal itu.
Bhagavad-gita 5.23
5.23 Kalau seseorang dapat menahan dorongan indria-indria material dan menahan kekuatan keinginan dan amarah sebelum ia meninggalkan badan yang dimilikinya sekarang, maka kedudukannya baik dan ia berbahagia di dunia ini.
Bhagavad-gita 5.24
5.24 Orang yang berbahagia di dalam dirinya, giat dan riang di dalam dirinya, dan tujuannya di dalam dirinya, sungguh-sungguh ahli kebatinan yang sempurna. Dia mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa, dan akhirnya dia mencapai kepada Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 5.25
5.25 Orang yang berada di luar hal-hal yang relatif yang berasal dari keragu-raguan, dengan pikirannya tekun di dalam hati, selalu sibuk bekerja demi kesejahteraan semua makhluk hidup, dan bebas dari segala dosa, mencapai pembebasan Yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 5.26
5.26 Orang yang bebas dari amarah dan segala keinginan material, insaf akan diri, berdisiplin- diri dan senantiasa berusaha mencapai kesempurnaan, pasti akan mencapai pembebasan dalam Yang Mahakuasa dalam waktu yang dekat sekali.
Bhagavad-gita 5.27
Bhagavad-gita 5.28
5.27-28 Dengan menutup indria terhadap segala obyek indria dari luar, menjaga mata dan penglihatan dipusatkan antara kedua alis mata, menghentikan napas keluar dan masuk di dalam lobang hidung, dan dengan cara demikian mengendalikan pikiran, indria-indria dan kecerdasan, seorang rohaniwan yang bertujuan mencapai pembebasan menjadi bebas dari keinginan, rasa takut dan amarah. Orang yang selalu berada dalam keadaan demikian pasti mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 5.29
5.29 Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai penerima utama segala korban suci dan pertapaan, Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua makhluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan kesengsaraan material.
BAB VI
Dhyana yoga
Bhagavad-gita 6.1
6.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; orang yang tidak terikat pada hasil pekerjaan dan bekerja menurut tugas kewajibannya berada pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi. Dialah ahli kebatinan yang sejati, bukanlah orang tidak pernah menyalakan api dan tidak melakukan pekerjaan apapun yang menjadi sannyasi dan yogi yang sejati.
Bhagavad-gita 6.2
6.2 Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang disebut melepaskan ikatan sama dengan yoga atau mengadakan hubungan antara diri kita dengan Yang Mahakuasa, wahai putera Pandu, sebab seseorang tidak akan pernah dapat menjadi yogi kecuali ia melepaskan keinginan untuk memuaskan indria-indria.
Bhagavad-gita 6.3
6.3 Dikatakan bahwa pekerjaan adalah cara untuk orang yang baru mulai belajar sistem yoga yang terdiri dari delapan tahap, sedangkan menghentikan segala kegiatan material dikatakan sebagai cara untuk orang yang sudah maju dalam yoga.
Bhagavad-gita 6.4
6.4 Dikatakan bahwa seseorang sudah maju dalam yoga apabila dia tidak bertindak untuk kepuasan indria-indria atau menjadi sibuk dalam kegiatan untuk membuahkan hasil setelah meninggalkan segala keinginan material.
Bhagavad-gita 6.5
6.5 Seseorang harus menyelamatkan diri dengan bantuan pikirannya, dan tidak menyebabkan dirinya merosot. Pikiran adalah kawan bagi roh yang terikat, dan pikiran juga musuhnya.
Bhagavad-gita 6.6
6.6 Pikiran adalah kawan yang paling baik bagi orang yang sudah menaklukkan pikiranku; tetapi bagi orang yang gagal mengendalikan pikiran, maka pikirannya akan tetap sebagai musuh yang paling besar.
Bhagavad-gita 6.7
6.7 Orang yang sudah menaklukan pikiran sudah mencapai kepada Roh Yang Utama, sebab dia sudah mencapai ketenangan. Bagi orang seperti itu, suka dan duka, panas dan dingin, penghormatan dan penghinaan semua sama.
Bhagavad-gita 6.8
6.8 Dikatakan bahwa seseorang sudah mantap dalam keinsafan diri dan dia disebut seorang yogi (atau ahli kebatinan) apabila ia puas sepenuhnya atas dasar pengetahuan yang telah diperoleh dan keinsafan. Orang seperti itu mantap dalam kerohanian dan sudah mengendalikan diri. Dia melihat segala sesuatu- baik batu kerikil, batu maupun emas- sebagai hal yang sama.
Bhagavad-gita 6.9
6.9 Seseorang dianggap lebih maju lagi apabila dia memandang orang jujur yang mengharapkan kesejahteraan, penolong yang penuh kasih sayang, orang netral, perantara, orang iri, kawan dan musuh, orang saleh dan orang yang berdosa dengan sikap pikiran yang sama.
Bhagavad-gita 6.10
6.10 Seorang rohaniwan seharusnya selalu menjadikan badannya, pikiran dan dirinya tekun dalam hubungan dengan Yang Mahakuasa. Hendaknya dia hidup sendirian di tempat yang sunyi dan selalu mengendalikan pikirannya dengan hati-hati. Seharusnya dia bebas dari keinginan dan rasa memiliki sesuatu.
Bhagavad-gita 6.11
Bhagavad-gita 6.12
6.11-12 Untuk berlatih yoga, seseorang harus pergi ke tempat sunyi dan menaruh rumput kusa di atas tanah, kemudian menutupi rumput kusa itu dengan kulit rusa dan kain yang lunak. Tempat duduk itu hendaknya tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, dan sebaiknya terletak di tempat suci. Kemudian yogi harus duduk di atas tempat duduk itu dengan teguh sekali dan berlatih yoga untuk menyucikan hatinya dengan mengendalikan pikiran, indria-indria dan kegiatannya dan memusatkan pikiran pada satu titik.
Bhagavad-gita 6.13
Bhagavad-gita 6.14
6.13-14 Seseorang harus menjaga badan, leher dan kepalanya tegak dalam garis lurus dan memandang ujung hidung dengan mantap. Seperti itu, dengan pikiran yang tidak goyah dan sudah ditaklukkan, bebas dari rasa takut, bebas sepenuhnya dari hubungan suami-istri, hendaknya ia bersemadi kepada-Ku di dalam hati dan menjadikan Aku sebagai tujuan hidup yang tertinggi.
Bhagavad-gita 6.15
6.15 Dengan berlatih mengendalikan badan, pikiran dan kegiatan senantiasa seperti itu, seorang ahli kebatinan yang melampaui keduniawian dengan pikiran yang teratur mencapai kerajaan Tuhan (atau tempat tinggal krisna )dengan cara menghentikan kehidupan material.
Bhagavad-gita 6.16
6.16 Wahai Arjuna, tidak mungkin seseorang menjadi yogi kalau dia makan terlalu banyak , makan terlalu sedikit, tidur terlalu banyak atau tidak tidur secukupnya.
Bhagavad-gita 6.17
6.17 Orang yang teratur dalam kebiasaan makan, tidur, berekreasi, dan bekerja dapat menghilangkan segala rasa sakit material dengan berlatih sistem yoga.
Bhagavad-gita 6.18
6.18 Apabila seorang yogi mendisiplinkan kegiatan pikirannya dan menjadi mantap dalam kerohanian yang melampaui hal-hal duniawi-bebas dari segala keinginan material- dikatakan bahwa dia sudah mantap dengan baik dalam yoga.
Bhagavad-gita 6.19
6.19 Ibarat lampu di tempat yang tidak ada angin tidak bergoyang, seorang rohaniwan yang pikirannya terkendalikan selalu mantap dalam semadinya pada sang diri yang rohani dan melampaui hal-hal duniawi.
Bhagavad-gita 6.20
Bhagavad-gita 6.21
Bhagavad-gita 6.22
Bhagavad-gita 6.23
6.20-23 Pada tingkat kesempurnaan yang disebut semadi atau Samadhi, pikiran seseorang terkekang sepenuhnya dari kegiatan pikiran yang bersifat material melalui latihan yoga. Ciri kesempurnaan itu ialah bahwa seseorang sanggup melihat sang diri dengan pikiran yang murni ia menikmati dan riang dalam sang diri. Dalam keadaan riang itu, seseorang berada dalam kebahagiaan rohani yang tidak terhingga, yang diinsafi melalui indria-indria rohani. Setelah menjadi mantap seperti itu, seseorang tidak pernah menyimpang dari kebenaran, dan setelah mencapai kedudukan ini, dia berpikir tidak ada keuntungan yang lebih besar lagi. Kalau ia sudah mantap dalam kedudukan seperti itu, ia tidak pernah tergoyahkan, bahkan di tengah-tengah kesulitan yang paling besar sekali pun. Ini memang kebebasan yang sejati dari segala kesengsaraan yang berasal dari hubungan material.
Bhagavad-gita 6.24
6.24 Hendaknya seseorang menekuni latihan yoga dengan ketabahan hati dan keyakinan dan jangan disesatkan dari jalan itu. Hendaknya ia meninggalkan segala keinginan material yang dilahirkan dari angan-angan tanpa terkecuali, dan dengan demikian mengendalikan segala indria di segala sisi melalui pikiran.
Bhagavad-gita 6.25
6.25 Berangsur-angsur, selangkah demi selangkah, seseorang harus mantap dalam semadi dengan menggunakan kecerdasan yang diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan demikian pikiran harus dipusatkan hanya kepada sang diri dan tidak memikirkan sesuatu selain itu.
Bhagavad-gita 6.26
6.26 Dari manapun pikiran mengembara karena sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak mantap, seseorang dengan pasti harus menarik pikirannya dan membawanya kembali di bawah pengendalian sang diri.
Bhagavad-gita 6.27
6.27 Seorang yogi yang pikirannya sudah dipusatkan pada-Ku pasti mencapai kesempurnaan tertinggi kebahagiaan rohani. Dia berada di atas pengaruh sifat nafsu, dia menginsafi persamaan sifat antara dirinya dan Yang Mahakuasa, dan dengan demikian dia di bebaskan dari segala reaksi perbuatan dari dahulu.
Bhagavad-gita 6.28
6.28 Dengan demikian, seorang yogi yang sudah mengendalikan diri dan senantiasa menekuni latihan yoga dibebaskan dari segala pengaruh material dan mencapai tingkat tertinggi kebahagiaan yang sempurna dalam cinta-bhakti rohani kepada Tuhan.
Bhagavad-gita 6.29
6.29 Seorang yogi yang sejati melihat Aku bersemayam di dalam semua makhluk hidup, dan dia juga melihat setiap makhluk hidup di dalam diri-Ku. Memang, orang yang sudah insaf akan dirinya melihat Aku, Tuhan Yang Maha Esa yang sama di mana-mana.
Bhagavad-gita 6.30
6.30 Aku tidak pernah hilang bagi orang yang melihat Aku di mana-mana dan melihat segala sesuatu berada di dalam diri-Ku dan diapun tidak pernah hilang bagi-Ku.
Bhagavad-gita 6.31
6.31 Seorang yogi seperti itu, yang menekuni pengabdian yang patut dihormati kepada Roh Yang Utama, dengan mengetahui bahwa Aku dan Roh Yang Utama adalah satu, selalu tetap di dalam diri-Ku dalam segala keadaan.
Bhagavad-gita 6.32
6.32 Orang yang melihat persamaan sejati semua makhluk hidup, baik yang dalam suka maupun dalam dukanya, menurut perbandingan dengan dirinya sendiri, adalah yogi yang sempurna, wahai Arjuna.
Bhagavad-gita 6.33
6.33 Arjuna berkata; o Madhusudana, sistem yoga yang sudah Anda ringkas kelihatannya kurang praktis dan hamba tidak tahan melaksanakannya, sebab pikiran gelisah dan tidak mantap.
Bhagavad-gita 6.34
6.34 Sebab pikiran gelisah, bergelora, keras dan kuat sekali, o Krsna, dan hamba pikir menaklukkan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin.
Bhagavad-gita 6.35
6.35 Sri Krsna bersabda; Wahai putera Kunti yang berlengan perkasa, tentu saja sulit mengendalikan pikiran yang gelisah, tetapi hal ini dimungkinkan dengan latihan yang cocok dan ketidakterikatan.
Bhagavad-gita 6.36
6.36 Keinsafan diri adalah pekerjaan yang sulit bagi orang yang pikirannya tidak terkendali. Tetapi orang yang pikirannya terkendali yang berusaha dengan cara yang cocok terjamin akan mencapai sukses, itulah pendapat-Ku.
Bhagavad-gita 6.37
6.37 Arjuna berkata; o Krsna, bagaimana nasib seorang rohaniwan yang tidak mencapai sukses, yang mulai mengikuti proses keinsafan diri pada permulaan dengan kepercayaan, tetapi kemudian berhenti karena pikiran yang duniawi dan dengan demikian tidak mencapai kesempurnaan dalam kebatinan?
Bhagavad-gita 6.38
6.38 O Krsna yang berlengan perkasa, bukankah orang seperti itu yang telah dibingungkan hingga menyimpang dari jalan kerohanian jatuh dari sukses rohani maupun sukses material hingga dirinya musnah, bagaikan awan yang diobrak- abrik, tanpa kedudukan di lingkungan manapun?
Bhagavad-gita 6.39
6.39 Inilah keragu-raguan hamba, o Krsna, dan hamba memohon agar Anda menghilangkan keragu-raguan ini sepenuhnya. Selain Anda, tiada seorang pun yang dapat ditemukan untuk membinasakan keragu-raguan ini.
Bhagavad-gita 6.40
6.40 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Putera Prtha, seorang rohaniwan yang sibuk dalam kegiatan yang mujur tidak mengalami kemusnahan baik di dunia ini maupun di dunia rohani; orang yang berbuat baik tidak pernah dikuasai oleh kejahatan, wahai kawan-Ku.
Bhagavad-gita 6.41
6.41 Sesudah seorang yogi yang tidak mencapai sukses menikmati selama bertahun-tahun di planet-planet makhluk yang saleh, ia dilahirkan dalam keluarga orang saleh atau dalam keluarga bangsawan yang kaya.
Bhagavad-gita 6.42
6.42 Atau (kalau dia belum mencapai sukses sesudah lama berlatih yoga) dia dilahirkan dalam keluarga rohaniwan yang pasti memiliki kebijaksanaan yang tinggi. Memang, jarang sekali seseorang dilahirkan dalam keadaan seperti itu di dunia ini.
Bhagavad-gita 6.43
6.43 Sesudah dilahirkan seperti itu, sekali lagi dia menghidupkan kesadaran suci dari penjelmaannya yang dahulu, dan dia berusaha maju lebih lanjut untuk mencapai sukses yang lengkap, wahai Putera Kuru.
Bhagavad-gita 6.44
6.44 Berkat kesadaran suci dari penjelmaan sebelumnya, dengan sendirinya dia tertarik kepada prinsip-prinsip yoga-kendati pun tanpa diupayakan. Seorang rohaniwan yang ingin menemukan jawaban seperti itu selalu berada di atas prinsip-prinsip ritual dari kitab suci.
Bhagavad-gita 6.45
6.45 Apabila seorang yogi tekun dengan usaha yang tulus ikhlas untuk maju lebih lanjut, dengan disucikan dari segala pencemaran, akhirnya ia mencapai kesempurnaan sesudah melatihnya selama banyak penjelmaan, dan ia mencapai tujuan tertinggi.
Bhagavad-gita 6.46
6.46 Seorang yogi lebih mulia daripada orang yang bertapa, lebih mulia daripada orang yang mempelajari filsafat berdasarkan percobaan dan lebih mulia daripada orang yang bekerja dengan maksud mendapatkan hasil atau pahala. Karena itu, dalam segala keadaan, jadilah seorang yogi, wahai Arjuna.
Bhagavad-gita 6.47
6.47 Di antara semua yogi, orang yang mempunyai keyakinan yang kuat dan selalu tinggal di dalam Diri-Ku, berpikir tentang-Aku di dalam dirinya, dan mengabdikan diri kepada-Ku dalam cinta bhakti rohani sudah bersatu dengan-Ku dalam yoga dengan cara yang paling dekat, dan dialah yang paling tinggi diantara semuanya. Itulah pendapat-Ku.
BAB VII
PENGETAHUAN TENTANG YANG MUTLAK
Bhagavad-gita 7.1
7.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai Putera Prtha, sekarang dengarlah bagaimana engkau dapat mengenal Diri-Ku sepenuhnya, bebas dari keragu-raguan, dengan cara mempraktekkan yoga dan menyadari Aku sepenuhnya, dengan pikiran terikat kepada-Ku.
Bhagavad-gita 7.2
7.2 Sekarang Aku akan menyatakan pengetahuan ini kepadamu secara keseluruhan, baik yang dapat dilihat maupun yang tidak dapat dilihat. Dengan menguasai pengetahuan ini, tidak akan ada hal lain lagi yang belum engkau ketahui.
Bhagavad-gita 7.3
7.3 Di antara beribu-ribu orang, mungkin ada satu yang berusaha untuk mencapai kesempurnaan, dan di antara mereka yang sudah mencapai kesempurnaan, hampir tidak ada satupun yang mengetahui tentang diri-Ku dengan sebenarnya.
Bhagavad-gita 7.4
7.4 Tanah, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan, dan keakuan yang palsu-secara keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga-tenaga material yang terpisah dari Diri-Ku.
Bhagavad-gita 7.5
7.5 Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, di samping tenaga-tenaga tersebut, ada pula tenaga-Ku, yang lain yang bersifat utama, terdiri dari para makhluk hidup yang menggunakan sumber-sumber alam material yang rendah tersebut.
Bhagavad-gita 7.6
7.6 Semua makhluk yang diciptakan bersumber dari kedua alam tersebut. Ketahuilah dengan pasti bahwa Aku adalah sumber perwujudan dan peleburan segala sesuatu di dunia ini, baik yang bersifat material maupun yang bersifat rohani.
Bhagavad-gita 7.7
7.7 Wahai perebut kekayaan, tidak ada kebenaran yang lebih tinggi daripada-Ku. Segala sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara diikat pada seutas tali.
Bhagavad-gita 7.8
7.8 Wahai putera Kunti ( Arjuna ), Aku adalah rasa air, cahaya matahari dan bulan, suku kata Om dalam mantra-mantra veda; Aku adalah suara di angkasa dan kesanggupan dalam manusia.
Bhagavad-gita 7.9
7.9 Aku adalah harum yang asli dari tanah, dan Aku adalah panas dalam api. Aku adalah nyawa segala sesuatu yang hidup, dan Aku adalah pertapaan semua orang yang bertapa.
Bhagavad-gita 7.10
7.10 Wahai putera Prtha, ketahuilah bahwa Aku adalah benih asli segala kehidupan, kecerdasan orang yang cerdas, dan kewibawaan orang yang perkasa.
Bhagavad-gita 7.11
7.11 Aku adalah kekuatan orang yang kuat, bebas dari nafsu dan keinginan. Aku adalah hubungan suami isteri yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keagamaan, wahai prabhu dari keluarga Bharata (Arjuna ).
Bhagavad-gita 7.12
7.12 Ketahuilah bahwa segala keadaan hidup; baik kebaikan, nafsu maupun kebodohan-diwujudkan oleh tenaga-Ku. Menurut suatu pengertian, Aku adalah segala sesuatu, tetapi Aku bebas. Aku tidak berada di bawah pengaruh sifat-sifat alam material, sebaiknya sifat-sifat alam berada di dalam Diri-Ku.
Bhagavad-gita 7.13
7.13 Dikhayalkan oleh tiga sifat ( kebaikan, nafsu, dan kebodohan ), seluruh dunia tidak mengenal Diri-Ku, yang berada di atas sifat-sifat alam dan tidak dapat dimusnahkan.
Bhagavad-gita 7.14
7.14 Tenaga rohani-Ku, terdiri dari tiga sifat alam material, sulit diatasi. Tetapi orang yang sudah menyerahkan diri kepada-Ku dengan mudah sekali dapat menyeberang melampaui tenaga itu.
Bhagavad-gita 7.15
7.15 Orang jahat yang bodoh secara kasar, manusia yang paling rendah, yang kehilangan pengetahuannya akibat khayalan, dan yang ikut dalam sifat orang jahat yang tidak percaya kepada Tuhan tidak menyerahkan diri kepada-Ku.
Bhagavad-gita 7.16
7.16 o yang paling baik di antara para Bharata, empat jenis orang saleh mulai ber-bhakti kepada-Ku-orang yang berduka cita, orang yang menginginkan kekayaan, orang yang ingin tahu, dan orang yang mencari pengetahuan tentang yang mutlak.
Bhagavad-gita 7.17
7.17 Di antara orang tersebut, orang yang memiliki pengetahuan sepenuhnya dan selalu tekun dalam bhakti yang murni adalah yang paling baik. Sebab dia sangat mencintai-Ku dan Aku sangat mencintainya.
Bhagavad-gita 7.18
7.18 Semua penyembah tersebut tentu saja roh yang murah hati, tetapi orang yang mantap dalam pengetahuan tentang-Ku Aku anggap seperti Diri-Ku sendiri. Oleh karena dia tekun dalam bhakti rohani kepada-Ku, dia pasti mencapai kepada-Ku, tujuan tertinggi yang paling sempurna.
Bhagavad-gita 7.19
7.19 Sesudah dilahirkan dan meninggal berulang kali, orang yang sungguh-sungguh memiliki pengetahuan menyerahkan diri kepada-Ku, dengan mengenal-Ku sebagai sebab segala sebab dan segala sesuatu yang ada. Roh yang mulia seperti itu jarang sekali ditemukan.
Bhagavad-gita 7.20
7.20 Orang yang kecerdasannya sudah dicuri oleh keinginan duniawi menyerahkan diri kepada para dewa dan mengikuti aturan dan peraturan sembahyang tertentu menurut sifatnya masing-masing.
Bhagavad-gita 7.21
7.21 Aku bersemayam di dalam hati semua orang sebagai Roh Yang Utama. Begitu seseorang menyembah dewa tertentu, Aku menjadikan kepercayaannya mantap supaya ia dapat menyerahkan diri kepada dewa itu.
Bhagavad-gita 7.22
7.22 Setelah diberi kepercayaan seperti itu, dia berusaha menyembah dewa tertentu dan memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi sebenarnya hanya Aku sendiri yang menganugerahkan berkat-berkat itu.
Bhagavad-gita 7.23
7.23 Orang yang kurang cerdas menyembah para dewa, dan hasilnya terbatas dan sementara. Orang yang menyembah para dewa pergi ke planet-planet para dewa, tetapi para penyembah-Ku akhirnya mencapai planet-Ku yang paling tinggi.
Bhagavad-gita 7.24
7.24 Orang yang kurang cerdas, tidak mengenal Diri-Ku secara sempurna, menganggap bahwa dahulu Aku, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krsna, tidak bersifat pribadi dan sekarang Aku sudah berwujud dalam kepribadian ini. Oleh karena pengetahuan mereka sangat kurang, mereka tidak mengenal sifat-Ku yang lebih tinggi, yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat Mahakuasa.
Bhagavad-gita 7.25
7.25 Aku tidak pernah terwujud kepada orang yang bodoh dan kurang cerdas. Bagi mereka, aku ditutupi oleh kekuatan dalam dari Diri- ku. Karena itu, mereka tidak mengetahui bahwa Aku tidak dilahirkan dan tidak pernah gagal.
Bhagavad-gita 7.26
7.26 Wahai Arjuna, sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Aku mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada masa lampau, segala sesuatu yang sedang terjadi sekarang, dan segala sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Aku juga mengenal semua makhluk hidup, namun tiada seorangpun yang mengenal Diri-Ku.
Bhagavad-gita 7.27
7.27 Wahai prabhu dari keluarga Bharata, wahai penakluk musuh, semua makhluk hidup dilahirkan ke dalam khayalan, dan dibingungkan oleh hal-hal relatif yang timbul dari keinginan dan rasa benci.
Bhagavad-gita 7.28
7.28 Orang yang sudah bertindak dengan cara yang saleh dalam penjelmaan-penjelmaan yang lalu dan dalam hidup ini dan dosanya sudah dihilangkan sepenuhnya, dibebaskan dari hal-hal relatif berupa khayalan, dan mereka menekuni bhakti kepada-Ku dengan ketabahan hati.
Bhagavad-gita 7.29
7.29 Orang cerdas yang sedang berusaha mencapai pembebasan dari usia tua dan kematian berlindung kepada-Ku dalam bhakti. Mereka sungguh-sungguh Brahman karena mereka mengetahui sepenuhnya segala sesuatu tentang kegiatan rohani yang melampaui hal-hal duniawi.
Bhagavad-gita 7.30
7.30 Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, yang mengenal Diri-Ku, Yang Mahakuasa, sebagai prinsip yang mengendalikan manifestasi material, para dewa dan segala cara korban suci, dapat mengerti dan mengenal Diri-Ku, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, bahkan pada saat meninggal dunia sekalipun
BAB VIII
Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa
Bhagavad-gita 8.1
8.1 Arjuna berkata; O Tuhan Yang Maha Esa, o kepribadian yang paling utama, apa arti Braman? Apa itu sang diri? Apa arti kegiatan untuk membuahkan hasil? Apa arti manifestasi material ini? Apa arti para dewa? Mohon menjelaskan hal-hal ini kepada hamba.
Bhagavad-gita 8.2
8.2 siapakah penguasa korban suci, dan bagaimana cara beliau bersemayam di dalam badan, wahai Madhusudana? Bagaimana cara orang yang tekun dalam bhakti dapat mengenal Anda pada saat meninggal?.
Bhagavad-gita 8.3
8.3 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Makhluk hidup yang tidak dapat dimusnahkan dan bersifat rohani disebut Brahman, dan sifatnya yang kekal disebut adhyatma, atau sang diri. Perbuatan berhubungan dengan perkembangan badan-badan jasmani para mahluk hidup disebut karma atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.
Bhagavad-gita 8.4
8.4 wahai yang paling baik diantara para mahluk yang berada di dalam badan, alam, Yang berubah senantiasa, disebut adhibhuta(manifestasi material). Bentuk semesta tuhan, termasuk semua dewa, seperti dewa matahari dan dewa bulan, disebut adhidaiva. Aku, Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud sebagai Roh Yang Utama di dalam hati setiap makhluk yang berada di dalam badan, disebut adhiyajna (penguasa korban suci ).
Bhagavad-gita 8.5
8.5 Siapapun yang meninggalkan badannya pada saat ajalnya sambil ingat kepada-Ku, segera mencapai sifat-Ku. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.
yaà yaà väpi smaran bhävaà
tyajaty ante kalevaram
taà tam evaiti kaunteya
sadä tad-bhäva-bhävitaù
Bhagavad-gita 8.6
8.6 Keadaan hidup manapun yang diingat seseorang pada saat ia meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan dicapainya, wahai putera Kunti.
tasmät sarveñu käleñu
mäm anusmara yudhya ca
mayy arpita-mano-buddhir
mäm evaiñyasy asaàçayaù
Bhagavad-gita 8.7
8.7 Wahai Arjuna, karena itu, hendaknya engkau selalu berpikir tentang-Ku dalam bentuk Krsna dan pada waktu yang sama melaksanakan tugas kewajibanmu, yaitu bertempur. Dengan kegiatanmu dipersembahkan kepada-Ku pikiran dan kecerdasanmu dipusatkan kepada-Ku, tidak dapat diragukan bahwa engkau akan mencapai kepada-Ku.
Bhagavad-gita 8.8
8.8 Orang yang bersemadi kepada-Ku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dengan pikirannya senantiasa tekun ingat kepada-Ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu, dialah yang pasti mencapai kepada-Ku, wahai Partha.
Bhagavad-gita 8.9
8.9 Hendaknya seseorang bersemadi kepada kepribadian Yang Paling Utama sebagai yang Mahatahu. Yang paling tua, yang mengendalikan, lebih kecil daripada yang paling kecil, pemelihara segala sesuatu, yang berada di luar segala paham material, yang tidak dapat dibayangkan, dan selalu bersifat kepribadian. Beliau bercahaya seperti matahari, dan Beliau bersifat rohani, di luar alam material ini.
Bhagavad-gita 8.10
8.10 Pada saat meninggal, orang yang memusatkan udara kehidupannya di tengah-tengah antara kedua alis matanya dan tekun ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam bhakti sepenuhnya melalui kekuatan yoga, dengan pikiran yang tidak pernah menyimpang, pasti akan mencapai kepada kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Bhagavad-gita 8.11
8.11 Orang yang berpengetahuan tentang veda, yang mengucapkan omkara dan menjadi resi-resi yang mulia pada tingkatan hidup untuk meninggalkan hal-hal duniawi masuk ke dalam Brahman. Jika seseorang menginginkan kesempurnaan seperti itu, ia berpantang hubungan suami istri. Sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu secara singkat proses yang memungkinkan seseorang mencapai pembebasan.
Bhagavad-gita 8.12
8.12 Keadaan yoga ialah ketidakterikatan terhadap segala kesibukan indria-indria. Dengan menutup segala pintu indria-indria dan memusatkan pikiran pada jantung dan udara kehidupan pada ubun-ubun, seseorang menjadi mantap dalam yoga.
Bhagavad-gita 8.13
8.13 Sesudah seseorang mantap dalam latihan yoga ini dan mengucapkan suku kata suci Om, gabungan huruf yang paling utama, kalau dia berpikir tentang kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan badannya, pasti dia akan mencapai planet-planet rohani.
Bhagavad-gita 8.14
8.14 Wahai putera Prtha, Aku mudah sekali dicapai oleh orang yang selalu ingat kepada-Ku tanpa menyimpang sebab dia senantiasa tekun dalam bhakti.
Bhagavad-gita 8.15
8.15 Sesudah mencapai kepada-Ku, roh-roh yang mulia, yogi-yogi dalam bhakti, tidak pernah kembali ke dunia fana yang penuh kesengsaraan, sebab mereka sudah mencapai kesempurnaan tertinggi.
Bhagavad-gita 8.16
8.16 Dari planet tertinggi di dunia material sampai dengan planet yang paling rendah, semuanya tempat-tempat kesengsaraan, tempat kelahiran dan kematian dialami berulang kali. Tetapi orang yang mencapai tempat tinggal-Ku tidak akan pernah dilahirkan lagi, wahai putera Kunti.
Bhagavad-gita 8.17
8.17 Menurut perhitungan manusia, seribu jaman sama dengan kurun waktu satu hari bagi Brahma. Malam hari bagi Brahma sepanjang itu pula.
Bhagavad-gita 8.18
8.18 Pada awal satu hari bagi Brahma, semua makhluk hidup diwujudkan dari keadaan tidak terwujud. Sesudah itu, bila malam hari mulai, sekali lagi mereka terlebur ke dalam keadaan tidak berwujud.
Bhagavad-gita 8.19
8.19 Semua makhluk hidup terwujud berulangkali bila hari sudah siang bagi Brahma, lalu dengan mulainya malam hari bagi Brahma, mereka dilebur dalam keadaan tidak berdaya.
Bhagavad-gita 8.20
8.20 Namun ada alam lain yang tidak terwujud, kekal, dan melampaui alam ini yang terwujud dan tidak terwujud. Alam itu bersifat utama dan tidak pernah dibinasakan. Bila seluruh dunia ini dilebur, bagian itu tetap dalam kedudukannya.
Bhagavad-gita 8.21
8.21 Yang diuraikan sebagai yang tidak terwujud dan tidak pernah gagal oleh para ahli Vedanta, yang dikenal sebagai tujuan tetinggi, dan sesudah mencapai tempat itu, seseorang tidak kembali lagi- itulah tempat tinggal-Ku yang paling tinggi.
Bhagavad-gita 8.22
8.22 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang lebih agung daripada semua kepribadian lainnya, dapat dicapai oleh bhakti yang murni. Walaupun Beliau berada di tempat tinggal-Nya, Beliau berada di mana-mana, dan segala sesuatu berada di dalam Diri-Nya.
Bhagavad-gita 8.23
8.23Wahai yang paling baik di antara para Bharata, sekarang Aku akan menjelaskan kepadamu tentang berbagai jenis waktu untuk meninggal dunia. Kalau seorang yogi meninggal dunia pada saat-saat tertentu itu, dia kembali atau tidak kembali ke dunia ini.
Bhagavad-gita 8.24
8.24 Orang yang mengenal Brahman Yang paling utama mencapai kepada Yang Mahakuasa dengan cara meninggal dunia selama pengaruh dewa api, dalam cahaya, pada saat suci pada waktu siang , selama dua minggu menjelang bulan purnama, atau selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju utara.
Bhagavad-gita 8.25
8. 25 Seorang ahli kebatinan yang meninggal dunia selama masa asap, malam hari, selama dua minggu menjelang bulan mati, atau selama enam bulan pada waktu matahari berjalan menuju selatan akan mencapai planet bulan, tetapi dia akan kembali lagi.
Bhagavad-gita 8.26
8.26 Menurut pendapat veda, ada dua cara untuk meninggalkan dunia ini-yang satu dalam cahaya dan yang lain dalam kegelapan. Jika seseorang meninggal dunia dalam cahaya ia tidak akan kembali lagi; tetapi kalau ia meninggal dalam kegelapan, ia akan kembali lagi.
Bhagavad-gita 8.27
8.27 Kendatipun para penyembah mengenal dua jalan tersebut, mereka tidak pernah dibingunkan, wahai Arjuna. Karena itu, jadilah selalu mantap dalam bhakti.
Bhagavad-gita 8.28
8.28 Orang yang mulai mengikuti jalan bhakti tidak kekurangan hasil yang diperoleh dari mempelajari veda, melakukan korban suci dengan kesederhanaan dan pertapaan, memberi sumbangan atau mengikuti kegiatan di bidang filsafat atau kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala. Hanya dengan melakukan bhakti, ia mencapai segala hasil tersebut, dan akhirnya ia mencapai tempat tinggal kekal yang paling utama.
BAB X
Kehebatan Tuhan Yang Mutlak
Bhagavad-gita 10.1
10.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Dengar sekali lagi, wahai Arjuna yang berlengan perkasa. Oleh karena engkau kawan-Ku yang tercinta, demi keuntunganmu Aku akan bersabda lebih lanjut kepadamu, dan memberikan pengetahuan yang lebih bagus daripada apa yang sudah Ku-jelaskan.
Bhagavad-gita 10.2
10.2 Baik para dewa maupun resi-resi yang mulia tidak mengenal asal mula maupun kehebatan-Ku, sebab, dalam segala hal, Aku adalah sumber dewa-dewa dan resi-resi.
Bhagavad-gita 10.3
10,3 Orang yang mengenal Aku sebagai yang tidak dilahirkan, sebagai yang tidak berawal, sebagai Tuhan Yang Maha Esa yang berkuasa atas semua dunia di kalangan manusia dia yang tidak berkhayal, dan hanya dialah yang dibebaskan dari segala dosa.
Bhagavad-gita 10.4
Bhagavad-gita 10.5
10.4-5 Kecerdasan, pengetahuan, kebebasan dari keragu-raguan dan khayalan, pengampunan, kejujuran, pengendalian indria-indria, pengendalian pikiran, kebahagiaan dan dukacita, kelahiran, kematian, rasa takut, kebebasan dari rasa takut, tidak melakukan kekerasan, keseimbangan sikap, kepuasan, kesederhanaan, kedermawanan, kemasyuran dan penghinaan berbagai sifat tersebut yang dimiliki oleh para makhluk hidup semua diciptakan oleh Aku sendiri.
Bhagavad-gita 10.6
10.6 Tujuh resi yang mulia, dan sebelum mereka empat resi lainnya serta para Manu [leluhur manusia], berasal dari-Ku. Mereka dilahirkan dari pikiran-Ku, dan semua makhluk hidup yang menghuni berbagai planet adalah keturunan dari mereka.
Bhagavad-gita 10.7
10.7 Orang yang sungguh-sungguh yakin tentang kehebatan dan kekuatan batin-Ku ini menekuni bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan hal-hal lain; kenyataan ini tidak dapat diragukan.
Bhagavad-gita 10.8
10.8 Aku adalah sumber segala dunia rohani dan segala dunia material. Segala sesuatu berasal dari-Ku. Orang bijaksana yang mengetahui kenyataan ini secara sempurna menekuni bhakti kepada-Ku dan menyembah-Ku dengan sepenuh hatinya.
Bhagavad-gita 10.9
10.9 Para penyembah-Ku yang murni selalu khusuk berpikir tentang-Ku, kehidupannya dipersembahkan sepenuhnya untuk ber-bhakti kepada-Ku, dan mereka memperoleh kepuasan dan kebahagiaan yang besar dari kegiatan senantiasa memberikan penjelasan satu sama lain dan berbicara tentang-Ku.
Bhagavad-gita 10.10
10.10 Kepada mereka yang senantiasa setia ber-bhakti kepada-Ku dengan cinta kasih, Aku berikan pengertian yang memungkinkan mereka datang kepada-Ku.
Bhagavad-gita 10.11
10.11Untuk memperlihatkan karunia istimewa kepada mereka, Aku yang bersemayam di dalam hatinya, membinasakan kegelapan yang dilahirkan dari kebodohan dengan lampu pengetahuan yang cemerlang.
Bhagavad-gita 10.12
Bhagavad-gita 10.13
10.12-13 Arjuna berkata; Anda adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, tempat tinggal tertinggi, Yang Mahasuci, Kebenaran Mutlak, Anda adalah yang Mahaabadi, yang rohani dan melampaui dunia ini, kepribadian yang asli dan tidak dilahirkan dan yang Mahabesar. Semua resi yang mulia seperti Narada, Asita, Devala, dan Vyasa membenarkan kenyataan ini tentang Anda, dan sekarang Anda sendiri menyatakan demikian kepada hamba.
Bhagavad-gita 10.14
10.14 O Krsna, hamba menerima sepenuhnya sebagai kebenaran segala sesuatu yang sudah Anda sampaikan kepada hamba. O Tuhan Yang Maha Esa, baik para dewa maupun para raksasa tidak dapat mengerti kepribadian Anda.
Bhagavad-gita 10.15
10.15 Memang , hanya Anda sendiri yang mengenal Diri Anda atas tenaga dalam milik Anda, o kepribadian yang paling Utama, Asal mula segala sesuatu, penguasa semua makhluk hidup, Tuhan yang disembah oleh para dewa, penguasa jagat!.
Bhagavad-gita 10.16
10.16 Anda berada di mana-mana di semua dunia ini melalui kehebatan rohani Anda, mohon memberitahukan kepada hamba secara terperinci tentang kehebatan-kehebatan rohani itu.
Bhagavad-gita 10.17
10.17 O Krsna, ahli kebatinan yang paling utama, bagaimana cara hamba dapat berpikir tentang Anda senantiasa, dan bagaimana cara hamba dapat mengenal Anda? Anda harus diingat dalam aneka bentuk yang bagaimana, o kepribadian Tuhan Yang Maha Esa?
Bhagavad-gita 10.18
10.18 O Janardana, mohon menguraikan sekali lagi secara terperinci kekuatan batin kehebatan Anda. Hamba tidak pernah kenyang mendengar tentang Anda, sebab makin hamba mendengar makin hamba ingin merasakan manisnya minuman kekekalan sabda Anda.
Bhagavad-gita 10.19
10.19 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; ya, Aku akan memberitahukan kepadamu tentang perwujudan-perwujudan- Ku yang mulia, tetapi hanya yang paling terkemuka, sebab kehebatan-Ku tidak terhingga, wahai Arjuna.
Bhagavad-gita 10.20
10.20 O Arjuna, Aku adalah Roh yang Utama yang bersemayam di dalam hati semua makhluk hidup. Aku adalah awal, pertengahan, dan akhir semua makhluk.
Bhagavad-gita 10.21
10.21 Di antara para Aditya Aku adalah Visnu, di antara sumber-sumber cahaya Aku adalah matahari yang cerah, di antara para Marut Aku adalah Marici, dan di antara bintang-bintang Aku adalah Bulan.
Bhagavad-gita 10.22
10.22 Di antara veda-veda Aku adalah Sama veda; di antara para dewa Aku adalah Indra, raja surga; di antara indria-indria Aku adalah pikiran, dan Aku adalah hidup [kesadaran] para makhluk hidup.
Bhagavad-gita 10.23
10.23 Di antara semua Rudra Aku adalah Dewa Siva, di antara para Yaksa dan raksasa Aku adalah dewa kekayaan[kuvera], di antara para vasu Aku adalah api[agni], dan di antara gunung-gunung Aku adalah Meru.
Bhagavad-gita 10.24
10.24 Wahai Arjuna, di antara semua pendeta, ketahuilah bahwa Aku adalah Brhaspati, pemimpinnya. Di antara para panglima Aku adalah Kartikeya, dan di antara sumber-sumber air Aku adalah lautan.
Bhagavad-gita 10.25
10.25 Di antara resi-resi yang mulia, Aku adalah Bhrgu; di antara getaran-getaran suara Aku adalah om yang bersifat rohani. Di antara korban-korban suci Aku adalah ucapan-ucapan nama-nama suci Tuhan[japa], dan di antara benda-benda yang bergerak Aku adalah pegunungan Himalaya.
Bhagavad-gita 10.26
10.26 Di antara semua pohon, Aku adalah pohon beringin. Di antara resi-resi di kalangan para dewa Aku adalah Narada. Di antara para Gandharva Aku adalah Citraratha, dan di antara makhluk-makhluk yang sempurna Aku adalah resi Kapila.
Bhagavad-gita 10.27
10.27 Ketahuilah bahwa di antara kuda-kuda Aku adalah Uccaihsrava, yang diciptakan pada waktu lautan dikocok untuk menghasilkan minuman kekekalan. Di antara gajah-gajah yang agung Aku adalah Airavata, dan di antara manusia Aku adalah raja.
Bhagavad-gita 10.28
10.28 Di antara senjata-senjata, Aku adalah petir; di antara sapi-sapi Aku adalah Surabhi. Di antara sebab-sebab orang berketurunan, aku adalah Kandarpa, dewa asmara, dan di antara ular-ular Aku adalah Vasuki.
Bhagavad-gita 10.29
10.29 Di antara para Naga yang berkepala banyak Aku adalah Ananta. Di antara para makhluk yang hidup di air Aku adalah dewa varuna. Di antara para leluhur yang sudah meninggal Aku adalah Aryama, dan di antara para pengatur hukum Aku adalah Yama, dewa kematian.
Bhagavad-gita 10.30
10.30 Di antara para raksasa Daitya Aku adalah Prahlada yang ber-bhakti dengan setia. Di antara para penakluk Aku adalah waktu, di antara para binatang Aku adalah singa, dan di antara para burung Aku adalah Garuda.
Bhagavad-gita 10.31
10.31 Di antara segala sesuatu yang menyucikan, Aku adalah angin, di antara para pembawa senjata Aku adalah Rama. Di antara ikan-ikan Aku adalah ikan hiu, dan di antara sungai-sungai yang mengalir Aku adalah sungai Gangga.
Bhagavad-gita 10.32
10 32 Di antara segala ciptaan Aku adalah permulaan, akhir dan juga pertengahan, wahai Arjuna. Di antara segala ilmu pengetahuan, Aku adalah ilmu pengetahuan rohani tentang sang diri, dan di antara para ahli logika, Aku adalah kebenaran sebagai kesimpulan.
Bhagavad-gita 10.33
10.33 Di antara semua huruf Aku adalah A. Di antara kata-kata majemuk, Aku adalah kata majemuk setara. Aku adalah waktu yang tidak dapat dimusnahkan, dan di antara para pencipta Aku adalah Brahma.
Bhagavad-gita 10.34
10.34 Aku adalah maut yang memakan segala sesuatu, dan Aku adalah prinsip yang menghasilkan segala sesuatu yang belum terjadi. Di kalangan kaum wanita, Aku adalah kemasyuran, keuntungan, bahasa yang halus, ingatan, kecerdasan, ketabahan dan kesabaran.
Bhagavad-gita 10.35
10.35 Di antara mantra-mantra dalam Sama veda Aku adalah Brhat-sama. Di antara sanjak-sanjak Aku adalah Gayatri. Di antara bulan-bulan Aku adalah Margasirsa[Nopember-Desember], dan di antara musim-musim Aku adalah musim semi, waktu bunga mekar.
Bhagavad-gita 10.36
10.36 Aku adalah perjudian kaum penipu, Aku adalah kemuliaan segala sesuatu yang mulia. Aku adalah kejayaan, Aku adalah petualangan dan Aku adalah kekuatan orang yang kuat.
Bhagavad-gita 10.37
10.37 Di antara keturunan vrsni, Aku adalah vasudeva. Di antara para pandava Aku adalah Arjuna. Di antara resi-resi Aku adalah vyasa, dan di antara para ahli pikir yang mulia Aku adalah Usana.
Bhagavad-gita 10.38
10.38 Di antara segala cara untuk melarang pelanggaran hukum, Aku adalah hukuman, dan di antara orang yang mencari kejayaan Aku adalah moralitas. Di antara segala hal yang rahasia Aku adalah sikap diam, dan Aku adalah kebijaksanaan orang bijaksana.
Bhagavad-gita 10.39
10.39 Wahai Arjuna, di samping itu Aku adalah benih yang menghasilkan segala kehidupan. Tiada satu makhlukpun-baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak- yang dapat hidup tanpa-Ku.
Bhagavad-gita 10.40
10.40 Wahai penakluk musuh yang agung, perwujudan-perwujudan rohani-Ku tidak ada batasnya. Apa yang telah kusabdakan kepadamu hanya sekedar petunjuk saja tentang kehebatan rohani-Ku yang tidak terhingga.
Bhagavad-gita 10.41
10.41 Ketahuilah bahwa segala ciptaan yang hebat, indah dan mulia hanya berasal dari segelintir kemuliaan-Ku.
Bhagavad-gita 10.42
10.42 Wahai Arjuna, mengapa segala pengetahuan yang terperinci ini diperlukan? Dengan satu bagian percikan saja dari Diri-Ku Aku berada di mana-mana dan menyangga seluruh alam semesta.

BAB XI
Bentuk Semesta
Bhagavad-gita 11.1
11.1 Arjuna berkata; Dengan mendengar wejangan tentang mata pelajaran yang paling rahasia ini yang sudah Anda berikan kepada hamba atas kemurahan hati Anda, khayalan hamba sekarang sudah dihilangkan.
Bhagavad-gita 11.2
11.2 O Krsna yang mempunyai mata seperti bunga padma, hamba sudah mendengar dari Anda secara terperinci tentang muncul dan menghilangnya setiap makhluk hidup dan hamba sudah menginsafi kebesaran Anda yang tidak pernah dibinasakan.
Bhagavad-gita 11.3
11.3 O kepribadian yang paling mulia, bentuk yang paling utama, walaupun hamba melihat Anda berdiri di sini di hadapan hamba dalam kedudukan Anda yang sejati, sesuai dengan uraian Anda tentang Diri Anda, hamba ingin melihat bagaimana Anda masuk dalam manifestasi alam semesta ini. Hamba ingin melihat bentuk Anda tersebut.
Bhagavad-gita 11.4
11.4 Kalau Anda berpikir hamba sanggup memandang bentuk semesta Anda, sudilah kiranya Anda memperlihatkan bentuk semesta Diri Anda yang tidak terhingga itu kepada hamba, o Tuhan yang hamba muliakan, penguasa segala kekuatan batin.
Bhagavad-gita 11.5
11.5 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai Arjuna yang baik hati, wahai putera prtha, sekarang lihatlah kehebatan-Ku, beratus-ratus ribu jenis bentuk rohani yang berwarna-warni.
Bhagavad-gita 11.6
11.6 Wahai yang paling baik di antara para Bharatha, lihatlah di sini berbagai perwujudan para Aditya, vasu, Rudra, Asvini-kumara dan semua dewa lainnya. Lihatlah banyak keajaiban yang belum pernah dilihat atau didengar oleh siapapun sebelumnya.
Bhagavad-gita 11.7
11.7 Wahai Arjuna apapun yang ingin engkau lihat, lihatlah dengan segera dalam badan-Ku ini! Bentuk semesta ini dapat memperlihatkan kepadamu apapun yang engkau ingin lihat sekarang dan apapun yang engkau ingin lihat pada masa yang akan datang. Segala sesuatu- baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak-berada di sini secara lengkap, di satu tempat.
Bhagavad-gita 11.8
11.8 Tetapi engkau tidak dapat melihat-Ku dengan mata yang engkau miliki sekarang. Karena itu, Aku memberikan mata rohani kepadamu. Lihatlah kehebatan batin-Ku.
Bhagavad-gita 11.9
11.9 Sanjaya berkata; Wahai paduka Raja, sesudah bersabda demikian, Tuhan Yang Mahakuasa, penguasa segala kekuatan batin, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, memperlihatkan bentuk semesta-Nya kepada Arjuna.
Bhagavad-gita 11.10
Bhagavad-gita 11.11
11.10-11 Dalam bentuk semesta itu, Arjuna melihat mulut-mulut yang tidak terhingga, mata yang tidak terhingga, dan wahyu-wahyu ajaib yang tidak terhingga. Bentuk tersebut dihiasi dengan banyak perhiasan rohani dan membawa banyak senjata rohani yang diangkat. Beliau memakai kalung rangkaian bunga dan perhiasan rohani, dan banyak jenis minyak wangi rohani dioleskan pada seluruh badan-Nya. Semuanya ajaib, bercahaya, tidak terbatas dan tersebar kemana-mana.
Bhagavad-gita 11.12
11.12 Kalau beratus-ratus ribu matahari terbit di langit pada waktu yang sama, mungkin cahayanya menyerupai cahaya dari kepribadian yang paling utama dalam bentuk semesta itu.
Bhagavad-gita 11.13
11.13 Pada waktu itu, dalam bentuk semesta Tuhan, Arjuna dapat melihat perwujudan-perwujudan alam semesta yang tidak terhingga terletak di satu tempat walaupun dibagi menjadi beribu-ribu.
Bhagavad-gita 11.14
11.14 Kemudian Arjuna kebingungan dan kagum, dan bulu romanya tegak berdiri. Arjuna menundukkan kepalanya untuk bersujud, lalu mencakupkan tangannya dan mulai berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bhagavad-gita 11.15
11.15 Arjuna berkata; Sri Krsna yang hamba muliakan, di dalam badan Anda hamba melihat semua dewa dan berbagai jenis makhluk hidup yang lain. Hamba melihat Brahma duduk di atas bunga padma, bersama Dewa Siva, semua resi dan naga-naga rohani.
Bhagavad-gita 11.16
11.16 O penguasa alam semesta, o bentuk semesta, di dalam badan Anda hamba melihat banyak lengan, perut, mulut dan mata, tersebar ke mana-mana, tanpa batas,. Hamba tidak dapat melihat akhir, pertengahan, maupun awal di dalam Diri Anda.
Bhagavad-gita 11.17
11.17 Bentuk Anda sulit dilihat karena cahaya-Nya yang menyilaukan, tersebar ke segala sisi, seperti api yang menyala atau cahaya matahari yang tidak dapat diukur. Namun hamba melihat bentuk ini yang bernyala di mana-mana dihiasi dengan berbagai jenis mahkota, gada, dan cakra.
Bhagavad-gita 11.18
11.18 Anda adalah tujuan pertama yang paling utama. Andalah sandaran utama seluruh jagat ini. Anda tidak dapat dimusnahkan, dan Andalah yang paling Tua. Andalah pemelihara dharma yang kekal, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Inilah pendapat hamba.
Bhagavad-gita 11.19
11.19 Anda tidak berawal, tidak ada masa pertengahan bagi Anda dan Anda tidak berakhir. Kebesaran Anda tidak terhingga. Jumlah lengan Anda tidak terbilang. Matahari dan bulan adalah mata Anda. Hamba melihat Anda dengan api yang bernyala keluar dari mulut Anda. Anda sedang membakar seluruh jagat ini dengan cahaya pribadi Anda.
Bhagavad-gita 11.20
11.20 Walaupun Anda adalah satu, Anda berada di mana-mana di seluruh angkasa, planet-planet dan antariksa antar planet-planet. O kepribadian yang Mulia dengan melihat bentuk yang mengagumkan dan mengerikan ini, semua susunan planet goyah.
Bhagavad-gita 11.21
11.21 Semua kelompok dewa menyerahkan diri di hadapan Anda dan masuk ke dalam diri Anda. Beberapa di antaranya sangat ketakutan dan mereka mempersembahkan doa pujian sambil mencakupkan tangannya. Banyak resi yang mulia dan makhluk-makhluk yang sempurna yang sedang berseru, “semoga ada segala kedamaian!” sedang berdoa kepada Anda dengan menyanyikan mantra-mantra veda.
Bhagavad-gita 11.22
11.22 Segala manifestasi dari Dewa Siva, para Aditya, para vasu, para Sandya, para Visvedeva, dua Asvi, para Marut, para Leluhur, para Gandharva, para Yaksa, para Asura dan dewa-dewa yang sempurna memandang Anda dengan rasa kagum.
Bhagavad-gita 11.23
11.23 O kepribadian yang berlengan perkasa, semua planet dengan dewa-dewanya goyah ketika melihat bentuk Anda yang maha Agung, dengan banyak muka, mata, lengan, paha, kaki, dan perutnya, dan banyak gigi Anda yang mengerikan; karena itu, mereka goyah, dan hamba juga goyah.
Bhagavad-gita 11.24
11.24 O Visnu yang berada di mana-mana, ketika hamba melihat Anda dengan berbagai warna Anda yang bercahaya dan menyentuh langit, mulut-mulut Anda yang terbuka lebar dan mata Anda yang besar dan menyala, pikiran hamba goyah karena rasa takut. Hamba tidak dapat memelihara sikap mantap maupun keseimbangan pikiran lagi.
Bhagavad-gita 11.25
11.25 O penguasa para dewa, pelindung dunia-dunia, mohon memberi karunia kepada hamba. Hamba tidak dapat memelihara keseimbangan ketika melihat Anda seperti ini dengan wajah-wajah Anda yang menyala seperti maut dan gigi yang mengerikan. Di segala arah hamba kebingungan.
Bhagavad-gita 11.26
Bhagavad-gita 11.27
11.26-27 Semua putera Dhrtarastra, bersama raja-raja yang bersekutu dengan mereka, Bhisma, Drona, Karna dan – semua pemimpin kesatria di pihak kita – lari masuk ke dalam mulut-mulut Anda yang mengerikan. Hamba melihat beberapa di antaranya tersangkut dengan kepala-kepalanya hancur di antara gigi-gigi Anda.
Bhagavad-gita 11.28
11.28 Bagaikan ombak-ombak banyak sungai mengalir ke dalam lautan, seperti itu pula semua kesatria yang hebat ini menyala dan masuk ke dalam mulut-mulut Anda.
Bhagavad-gita 11.29
11.29 Hamba melihat semua orang lari dengan kecepatan penuh ke dalam mulut-mulut Anda, bagaikan kupu-kupu yang terbang menuju kehancuran di dalam api yang menyala.
Bhagavad-gita 11.30
11.30 O Visnu, hamba melihat Anda menelan semua orang dari segala sisi dengan mulut-mulut Anda yang mengeluarkan banyak api. Anda menutupi seluruh alam semesta dengan cahaya Anda, Anda terwujud dengan sinar-sinar yang mengerikan dan menganguskan.
Bhagavad-gita 11.31
11.31 O penguasa semua dewa, yang mempunyai bentuk yang begitu ganas, mohon beritahukan kepada hamba siapa Anda? Hamba bersujud kepada Anda; mohon memberi karunia kepada hamba. Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang asli. Hamba ingin mengetahui tentang Anda, sebab hamba tidak mengetahui apa maksud Anda.
Bhagavad-gita 11.32
11.32 Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Aku adalah waktu, penghancur besar dunia-dunia, dan Aku datang ke sini untuk menghancurkan semua orang. Kecuali kalian [para Pandava], semua kesatria di sini dari kedua belah pihak akan terbunuh.
Bhagavad-gita 11.33
11.33 Karena itu, bangunlah. Siap-siap untuk bertempur dan merebut kemasyuran. Kalahkanlah musuhmu dan menikmati kerajaan yang makmur. Mereka sudah dibunuh oleh apa yang telah Ku-atur, dan engkau hanya dapat menjadi alat dalam pertempuran, wahai Savyasaci.
Bhagavad-gita 11.34
11.34 Drona, Bhisma, Jayadratha, Karna, dan kesatria-kesatria besar lainnya sudah Ku-hancurkan. Karena itu, bunuhlah mereka dan jangan merasa goyah. Bertempur saja, dan engkau akan memusnahkan musuh-musuhmu dalam pertempuran.
Bhagavad-gita 11.35
11.35 Sanjaya berkata kepada Dhrtarastra; wahai Baginda Raja, sesudah mendengar kata-kata ini dari kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Arjuna yang sedang gemetar menghaturkan sembah sujud berulang kali dengan mencakupkan tangannya. Hati Arjuna penuh rasa takut dan dia berkata kepada Sri Krsna dengan suara yang tersendat-sendat, sebagai berikut.
Bhagavad-gita 11.36
11.36 Arjuna berkata; O penguasa indria-indria, dunia menjadi riang dengan mendengar nama Anda, dan dengan demikian semua orang menjadi terikat kepada Anda. Kendatipun makhluk-makhluk sempurna bersujud kepada Anda dengan hormat, para raksasa ketakutan sehingga mereka lari ke sana ke mari. Segala hal ini memang patut terjadi.
Bhagavad-gita 11.37
11.37 O Yang Mahabesar, lebih tinggi daripada Brahma, Anda adalah pencipta yang asli. Karena itu, bukankah seyogyanya mereka bersujud dengan hormat kepada Anda? O kepribadian yang tidak terhingga, Tuhan yang disembah oleh semua dewa, pelindung alam semesta! Anda adalah sumber yang tidak dapat dikalahkan, sebab segala sebab, yang melampaui manifestasi alam material ini.
Bhagavad-gita 11.38
11.38 Anda adalah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang paling tua, pelindung utama alam semesta yang terwujud. Andalah yang Mahatahu, dan Andalah segala sesuatu yang dapat diketahui. Andalah pelindung tertinggi, Anda berada di atas sifat-sifat material. O bentuk yang tidak terhingga Anda berada di mana-mana di seluruh manifestasi alam semesta ini!
Bhagavad-gita 11.39
11.39 Andalah udara, dan Andalah Yang Mahakuasa! Anda adalah api, Anda adalah air, dan Anda adalah bulan! Anda adalah Brahma, makhluk hidup yang pertama, Anda adalah kakek moyang semua makhluk. Karena itu hamba bersujud dengan hormat kepada Anda seribu kali, kemudian berulang kali lagi.
Bhagavad-gita 11.40
11. 40 Hamba bersujud kepada Anda dari depan, dari belakang dan dari segala sisi! O kekuatan yang tidak terbatas, Anda penguasa kewibawaan yang tidak terhingga! Anda berada di mana-mana, karena itu Andalah segala sesuatu!
Bhagavad-gita 11.41
Bhagavad-gita 11.42
11.41-42 Oleh karena hamba menganggap Anda sebagai kawan, hamba terlalu berani dan menyapa kepada Anda “hai krsna”, “hai yadava”, “hai kawanku,” tanpa mengetahui kebesaran Anda. Mohon mengampuni apapun yang sudah hamba lakukan karena kebodohan atau karena cinta kasih. Berulang kali hamba kurang hormat kepada Anda, bercanda pada waktu kita sedang istirahat, berbaring di ranjang yang sama, duduk atau makan bersama-sama kadang-kadang sendirian, dan kadang-kadang di depan banyak kawan. O kepribadian yang tidak pernah gagal, ampunilah segala kesalahan itu yang hamba lakukan.
Bhagavad-gita 11.43
11.43 Anda adalah ayah seluruh manifestasi alam semesta ini, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Anda adalah pemimpin jagat yang patut disembah, guru kerohanian yang paling utama. Tiada seorang pun yang sejajar dengan Anda, dan tidak mungkin seseorang bersatu dengan Anda. Karena itu, bagaimana mungkin ada seseorang yang lebih agung daripada Anda di dalam seluruh tiga dunia ini, o penguasa yang memiliki kekuatan yang tidak terhingga.
Bhagavad-gita 11.44
11 44 Anda adalah Tuhan Yang Maha Esa yang patut disembah oleh setiap makhluk hidup. Karena itu, hamba bersujud dengan hormat kepada Anda dan mohon karunia Anda. Seperti halnya seorang ayah membiarkan keberanian puteranya, seorang kawan membiarkan sikap kurang sopan dari kawannya, atau seorang istri membiarkan sikap akrab suaminya, mohon memaafkan kesalahan yang mungkin hamba lakukan terhadap Anda.
Bhagavad-gita 11.45
11.45 Sesudah melihat bentuk semesta ini yang belum pernah hamba lihat sebelumnya, hamba goyah karena ketakutan. Karena itu, mohon memberi karunia Anda kepada hamba dan sekali lagi memperlihatkan bentuk Anda sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, o Tuhan yang disembah oleh semua dewa, pelindung alam semesta.
Bhagavad-gita 11.46
11.46. o bentuk semesta, Tuhan Yang Maha Esa yang berlengan seribu, hamba ingin melihat Anda dalam bentuk Anda yang berlengan empat, dengan mahkota pada kepala Anda dan gada, cakra, kerang, dan bunga padma pada tangan-tangan Anda. Hamba ingin melihat Anda dalam bentuk itu.
Bhagavad-gita 11.47
11.47 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Arjuna yang baik hati, atas kekuatan dalam dari Diri-Ku, dengan senang hati bentuk semesta yang paling utama di dunia material sudah kuperlihatkan kepadamu. Sebelum engkau, belum pernah ada orang yang melihat bentuk yang abadi ini, yang tidak terhingga dan penuh cahaya yang menyilaukan.
Bhagavad-gita 11.48
11.48 Wahai kesatria kuru yang paling baik, sebelum engkau, belum pernah ada orang yang melihat bentuk semesta-Ku ini, sebab Aku tidak dapat dilihat dalam bentuk ini di dunia material. Baik melalui cara mempelajari veda, melakukan korban suci, kedermawanan, kegiatan saleh, maupun pertapaan yang keras.
Bhagavad-gita 11.49
11.49 Engkau sudah menjadi goyah dan bingung dengan melihat ciri-Ku yang mengerikan ini. Sekarang itu semua akan berakhir. Penyembah-Ku, sekarang engkau bebas lagi dari segala gangguan. Dengan pikiran yang tenang, sekarang engkau dapat melihat bentuk yang engkau inginkan.
Bhagavad-gita 11.50
11.50 Sanjaya berkata kepada Drtarastra; setelah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Krsna bersabda seperti itu kepada Arjuna, Beliau memperlihatkan bentuknya yang sejati yang berlengan empat, dan akhirnya memperlihatkan bentuknya yang berlengan dua. Dengan demikian, Beliau memberi semangat kepada Arjuna yang sedang ketakutan.
Bhagavad-gita 11.51
11.51 Ketika Arjuna melihat Krsna seperti itu dalam bentuk-Nya yang asli, dia berkata; o Janardana, dengan melihat bentuk ini yang seperti manusia dan sangat tampan, pikiran hamba sudah tenang, dan hamba kembali pada sifat hamba yang asli.
Bhagavad-gita 11.52
11.52 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Arjuna yang baik hati, bentuk-Ku yang sedang engkau lihat sulit sekali dipandang. Para dewa pun senantiasa mencari kesempatan untuk melihat bentuk ini yang sangat tercinta.
Bhagavad-gita 11.53
11.53 Bentuk yang sedang engkau lihat dengan mata rohanimu tidak dapat dimengerti hanya dengan mempelajari veda, melakukan pertapaan yang serius, melalui kedermawanan maupun sembahyang. Bukan dengan cara-cara ini seseorang dapat melihat Aku dalam bentuk-Ku yang sebenarnya.
Bhagavad-gita 11.54
11.54 Arjuna yang baik hati, hanya melalui bhakti yang murni dan tidak dicampur dengan kegiatan yang lain Aku dapat dimengerti menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, yang sedang berdiri di hadapanmu, dan dengan demikian Aku dapat dilihat secara langsung. Hanya dengan cara inilah engkau dapat masuk ke dalam rahasia pengertian-Ku.
Bhagavad-gita 11.55
11.55 Arjuna yang baik hati, orang yang menekuni bhakti yang murni kepada-Ku, bebas dari pengaruh kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala dan pengaruh angan-angan, yang bekerja demi-Ku, menjadikan Aku sebagai tujuan utama dalam hidupnya, dan ramah terhadap semua makhluk-dia pasti datang kepada-Ku.
BAB XII
Pengabdian Suci Bhakti
Bhagavad-gita 12.1
12.1 Arjuna bertanya; yang mana dianggap lebih sempurna; orang yang selalu tekun dalam bhakti kepada Anda dengan cara yang benar ataukah orang yang menyembah Brahman, yang tidak bersifat pribadi dan tidak terwujud?
Bhagavad-gita 12.2
12.2 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Orang yang memusatkan pikirannya pada bentuk pribadi-Ku dan selalu tekun menyembah-Ku dengan keyakinan besar yang rohani dan melampaui hal-hal duniawi Aku anggap paling sempurna.
Bhagavad-gita 12.3
Bhagavad-gita 12.4
12.3-4 Tetapi orang yang sepenuhnya menyembah yang tidak terwujud , di luar jangkauan indria-indria, yang berada di mana-mana, tidak dapat dipahami, tidak pernah berubah, mantap dan tidak dapat dipindahkan-paham tentang kebenaran Mutlak yang tidak mengakui bentuk pribadi Tuhan-dengan mengendalikan indria-indria, bersikap yang sama terhadap semua orang, dan sibuk demi kesejahteraan semua orang, akhirnya mencapai kepada-Ku.
Bhagavad-gita 12.5
12.5 Orang yang pikirannya terikat pada aspek Yang Mahakuasa yang tidak berwujud dan tidak bersifat pribadi sulit sekali maju. Kemajuan dalam disiplin itu selalu sulit sekali bagi orang yang mempunyai badan.
Bhagavad-gita 12.6
Bhagavad-gita 12.7
12.6 -7 Tetapi orang yang menyembah-Ku, menyerahkan segala kegiatannya kepada-Ku, setia kepada-Ku tanpa menyimpang, tekun dalam pengabdian suci bhakti, selalu bersemadi kepada-Ku, dan sudah memusatkan pikirannya kepada-Ku- cepat Kuselamatkan dari lautan kelahiran dan kematian, wahai putera Prtha.
Bhagavad-gita 12.8
12.8 Pusatkanlah pikiranmu kepada-Ku, kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan gunakanlah segala kecerdasanmu dalam Diri-Ku. Dengan cara demikian, engkau akan selalu hidup di dalam Diri-Ku, tanpa keragu-raguan.
Bhagavad-gita 12.9
12.9 Arjuna yang baik hati, perebut kekayaan, kalau engkau tidak dapat memusatkan pikiranmu kepada-Ku tanpa menyimpang, ikutilah prinsip-prinsip yang mengatur bhakti-yoga. Dengan cara demikian, kembangkanlah keinginan untuk mencapai kepada-Ku.
Bhagavad-gita 12.10
12.10 Kalau engkau tidak sanggup mengikuti latihan aturan bhakti- yoga, cobalah bekerja untuk-Ku, sebab dengan bekerja untuk-Ku, engkau akan mencapai tingkat yang sempurna.
Bhagavad-gita 12.11
12.11 Akan tetapi, kalau engkau tidak sanggup bekerja sambil sadar kepada-Ku seperti ini, cobalah bertindak dengan melepaskan segala hasil dari pekerjaanmu dan berusaha menjadi mantap dalam diri sendiri.
Bhagavad-gita 12.12
12.12 Kalau engkau tidak sanggup mengikuti latihan tersebut, tekunilah pengembangan pengetahuan. Akan tetapi, semadi lebih baik daripada pengetahuan, dan melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan lebih baik daripada semadi, sebab dengan melepaskan ikatan seperti itu seseorang dapat mencapai kedamaian jiwa.
Bhagavad-gita 12.13
Bhagavad-gita 12.14
12.13-14 Orang yang tidak iri tetapi menjadi kawan baik bagi semua makhluk hidup, tidak menganggap dirinya pemilik, bebas dari keakuan palsu, bersikap sama baik dalam suka maupun duka, bersikap toleransi, selalu puas, mengendalikan diri, tekun dalam bhakti dengan ketabahan hati, dengan pikiran dan kecerdasannya dipusatkan kepada-Ku- penyembah-Ku yang seperti itu sangat Ku-cintai.
Bhagavad-gita 12.15
12.15 Aku sangat mencintai orang yang tidak menyebabkan siapapun dipersulit, tidak digoyahkan oleh siapapun dan bersikap yang sama, baik dalam suka, duka, rasa takut maupun kecemasan.
Bhagavad-gita 12.16
12.16 Aku sangat mencintai penyembah-Ku yang tidak bergantung pada jalan kegiatan yang biasa, yang suci, ahli. Bebas dari rasa prihatin, bebas dari segala dukacita, dan tidak berusaha memperoleh suatu hasil atau pahala.
Bhagavad-gita 12.17
12.17 Orang yang tidak bersenang hati atau bersedih hati, tidak menyesalkan atau menginginkan, dan melepaskan ikatan terhadap hal-hal yang menguntungkan dan tidak menguntungkan- seorang penyembah seperti itu sangat Ku- cintai.
Bhagavad-gita 12.18
Bhagavad-gita 12.19
12.18-19 Orang yang bersikap sama terhadap kawan dan musuh, seimbang dalam penghormatan dan penghinaan, panas dan dingin, suka dan duka, kemasyuran dan fitnah, selalu bebas dari pergaulan yang mencemarkan, selalu diam dan puas dengan segala sesuatu, yang tidak mempedulikan tempat tinggal apapun, mantap dalam pengetahuan dan tekun dalam bhakti-orang seperti itu sangat ku-cintai.
Bhagavad-gita 12.20
12.20 Aku sangat mencintai orang yang mengikuti jalan bhakti yang kekal ini, tekun sepenuhnya dengan keyakinan, dan menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi

BAB XIII
Alam, Kepribadian Yang Menikmati dan Kesadaran
13.1-2 Arjuna berkata; O Krsna yang hamba cintai, hamba ingin mengetahui tentang prakrti [alam] purusa [yang menikmati], lapangan dan yang mengenal lapangan, pengetahuan dan obyek pengetahuan.
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; wahai putera Kunti, badan ini disebut lapangan, dan yang mengetahui tentang badan ini disebut yang mengetahui lapangan.
13.3 Wahai putera keluarga Bharatha, engkau harus mengerti bahwa Aku juga yang mengetahui di dalam semua badan. Pengetahuan berarti mengerti badan ini dan dia yang mengetahui badan ini. Itulah pendapa-Ku.
13.4 Sekarang dengarlah uraian singkat dari-Ku tentang lapangan kegiatan ini serta bagaimana kedudukan dasar lapangan kegiatan, bagaimana perubahannya, darimana sumbernya, siapa yang mengetahui lapangan kegiatan, dan bagaimana pengaruh-pengaruhnya.
13.5 Pengetahuan itu tentang lapangan kegiatan dan dia yang mengetahui kegiatan diuraikan oleh berbagai sastera veda. Pengetahuan itu khususnya disampaikan dalam Vedanta-sutra dengan segala logika mengenai sebab dan akibat.
13.6-7 Lima unsur besar, keakuan palsu, kecerdasan, yang tidak terwujud, sepuluh indria dan pikiran, lima obyek indria, keinginan, rasa benci, kebahagiaan, dukacita, jumlah gabungan, gejala-gejala hidup, dan keyakinan-keyakinan – sebagai ringkasan, semua unsur tersebut merupakan lapangan kegiatan dan hal-hal yang Saling mempengaruhi dari lapangan kegiatan.
13.8 -12 Sifat rendah hati; kebebasan dari rasa bangga; tidak melakukan kekerasan; toleransi; kesederhanaan; mendekati seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya; kebersihan; sifat mantap; pengendalian diri; melepaskan ikatan terhadap obyek-obyek kepuasan indria-indria; kebebasan dari keakuan palsu; mengerti buruknya kelahiran; kematian; usia tua dan penyakit; ketidakterikatan; kebebasan dari ikatan terhadap anak-anak; isteri; rumah dan sebagainya; keseimbangan pikiran di tengah-tengah kejadian yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan; bhakti kepada-Ku yang murni dan tidak pernah menyimpang; bercita-cita tinggal di tempat yang sunyi; ketidakterikatan terhadap khayalak ramai; mengakui bahwa keinsafan diri adalah hal yang penting; dan usaha mencari kebenaran mutlak dalam filsafat-Aku menyatakan bahwa segala sifat tersebut adalah pengetahuan, dan apa pun yang ada di luar sifat-sifat itu adalah kebodohan.
13.13 Sekarang Aku akan menjelaskan tentang apa yang dapat diketahui. Sesudah mengetahui tentang hal ini, engkau akan merasakan kekekalan, Brahman, sang roh, yang tidak berawal dan berada di bawah-Ku, berada di luar sebab dan akibat dunia material ini.
13. 14 Tangan, kaki, mata, kepala-kepala dan muka-muka Roh yang utama berada di mana-mana, dan Beliau mempunyai telinga di mana-mana. Roh yang utama berada dengan cara seperti ini, dan Beliau berada di dalam segala sesuatu.
13.15 Roh yang utama adalah sumber asli semua indria, namun Beliau tidak mempunyai indria material. Beliau tidak terikat, walaupun Beliau memelihara semua makhluk hidup. Beliau melampaui sifat-sifat alam, dan pada waktu yang sama Beliau adalah penguasa semua sifat alam material.
13.16 Kebenaran yang paling utama berada di luar dan di dalam semua makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Oleh karena Beliau bersifat halus, Beliau di luar daya lihat atau daya mengerti indria-indria material. Kendatipun Beliau jauh sekali, Beliau juga dekat kepada semua makhluk hidup.
13.17 Walaupun rupanya Roh Yang Utama dibagi antara semua makhluk, Beliau tidak pernah dibagi. Beliau mantap sebagai Yang Tunggal. Walaupun Beliau memelihara semua makhluk hidup, harus dimengerti bahwa Beliau menelan dan mengembangkan segala-galanya.
13.18 Beliau adalah sumber cahaya dalam semua benda yang bercahaya. Beliau di luar kegelapan alam dan tidak terwujud. Beliau adalah pengetahuan, Beliau adalah obyek pengetahuan, dan Beliau adalah tujuan pengetahuan. Beliau besemayam di dalam hati semua makhluk hidup.
13.19 Demikianlah lapangan kegiatan rohani [badan], pengetahuan dan apa yang dapat diketahui sudah kuuraikan sebagai ringkasan. Hanya para penyembah-Ku dapat mengerti hal ini secara panjang lebar dan dengan demikian mencapai sifat-Ku.
13 20 Harus dimengerti bahwa alam material dan para makhluk hidup tidak berawal. Perubahan-perubahan alam material, para makhluk hidup dan sifat-sifat alam dihasilkan dari alam material.
13.21 Dikatakan bahwa alam adalah penyebab segala sebab dan akibat material, sedangkan makhluk hidup adalah penyebab berbagai penderitaan dan kenikmatan di dunia ini.
13.22 Dengan cara seperti itu makhluk hidup di dalam alam material mengikuti cara-cara hidup, dan menikmati tiga sifat alam. Ini disebabkan oleh hubungan makhluk dengan alam material itu. Karena itu, ia menemukan hal yang baik dan hal yang buruk di dalam berbagai jenis kehidupan.
13.23 Namun di dalam badan ini ada kepribadian lain, kepribadian rohani yang menikmati, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, pemilik segala sesuatu. Beliau berada sebagai pengawas dan yang mengizinkan dan Beliau dikenal sebagai Roh yang utama.
13.24 Orang yang mengerti filsafat tersebut mengenal alam material. Makhluk hidup dan hal saling mempengaruhi antara sifat-sifat alam pasti mencapai pembebasan. Dia tidak akan dilahirkan lagi di sini, walaupun bagaimanapun kedudukannya sekarang.
13. 25 Beberapa orang melihat Roh Yang Utama melihat di dalam dirinya melalui semadi, orang lain melihat melalui pengembangan pengetahuan, dan orang lain lagi melihat melalui cara bekerja tanpa keinginan untuk membuahkan hasil atau pahala.
13.26 Ada pula orang yang mulai menyembah kepribadian Tuhan Yang Maha Esa setelah mendengar tentang Beliau dari orang lain. Walaupun mereka sendiri belum menguasai pengetahuan rohani. Oleh karena mereka cenderung mendengar dari penguasa-penguasa, mereka pun melampaui jalan kelahiran dan kematian.
13.27 Wahai yang paling utama di antara para Bhrata, ketahuilah bahwa apa pun yang engkau lihat yang sudah diwujudkan, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, hanyalah gabungan antara lapangan kegiatan dan yang mengetahui lapangan.
13.28 Orang yang melihat Roh Yang Utama mendampingi roh individual di dalam semua badan, dan mengerti bahwa sang roh dan roh yang utama tidak pernah dimusnahkan di dalam badan yang dapat dimusnahkan, melihat dengan sebenarnya.
13.29 Orang yang melihat Roh Yang Utama berada di mana-mana dengan cara yang sama di dalam setiap makhluk hidup tidak menyebabkan dirinya merosot karena pikirannya. Dengan cara demikian ia mendekati tujuan rohani.
13 30 Orang yang dapat melihat bahwa segala kegiatan dilaksanakan oleh badan, yang diciptakan oleh alam material, dan melihat bahwa sang diri tidak melakukan apa pun, melihat dengan sebenarnya.
13.31 Bilamana orang yang mempunyai akal tidak melihat lagi berbagai identitas yang disebabkan oleh berbagai badan jasmani dan ia melihat bagaimana para makhluk hidup dijelmakan di mana-mana, ia mencapai paham Brahman.
13.32 Orang yang mempunyai penglihatan kekekalan dapat melihat bahwa sang roh yang tidak dimusnahkan bersifat rohani, kekal, dan di luar sifat-sifat alam. Wahai Arjuna, walaupun sang roh berhubungan dengan badan material, sang roh tidak berbuat apa-apa dan juga tidak diikat.
13.33 Oleh karena angkasa bersifat halus, angkasa tidak tercampur dengan apa pun, kendatipun angkasa berada di mana-mana. Begitu pula sang roh yang mantap dalam penglihatan Brahman tidak tercampur dengan badan, walaupun sang roh itu berada di dalam badan.
13 34 Wahai Bharata, seperti halnya matahari sendiri menerangi seluruh alam semesta ini, begitu pula makhluk hidup, tunggal di dalam badan, menerangi seluruh badan dengan kesadaran.
13.35 Orang yang melihat dengan mata pengetahuan perbedaan antara badan dan yang mengetahui badan, dan juga dapat mengerti proses pembebasan dari ikatan dalam alam material, mencapai Tujuan yang paling utama.
BAB XIV
Tiga Sifat Alam Material
Bhagavad-gita 14.1
14 1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; sekali lagi Aku akan bersabda kepadamu tentang kebijaksanaan yang paling utama ini, yang paling baik di antara segala pengetahuan. Setelah menguasai pengetahuan ini, semua resi sudah mencapai kesempurnaan yang paling tinggi.
Bhagavad-gita 14.2
14.2 Dengan menjadi mantap dalam pengetahuan ini, seseorang dapat mencapai sifat rohani seperti sifat-Ku sendiri. Setelah menjadi mantap seperti itu, ia tidak dilahirkan pada masa ciptaan atau pun digoyahkan pada masa peleburan.
Bhagavad-gita 14.3
14.3 Seluruh bahan material, yang disebut Brahman, adalah sumber kelahiran, dan Aku menyebabkan Brahman itu mengandung, yang memungkinkan kelahiran semua makhluk hidup, wahai putera Bharata.
Bhagavad-gita 14.4
14.4 Hendaknya dimengerti bahwa segala jenis kehidupan dimungkinkan oleh kelahiran di alam material ini, dan bahwa Akulah ayah yang memberi benih, wahai putera Kunti.
Bhagavad-gita 14.5
14.5 Alam material terdiri dari tiga sifat-kebaikan, nafsu, dan kebodohan. Bila makhluk hidup yang kekal berhubungan dengan alam, ia diikat oleh sifat-sifat tersebut, wahai Arjuna yang berlengan perkasa.
Bhagavad-gita 14.6
14.6 Wahai yang tidak berdosa, sifat kebaikan lebih murni daripada sifat-sifat yang lain,. Karena itu, sifat kebaikan memberi penerangan dan membebaskan seseorang dari segala reaksi dosa. Orang yang mantap dalam sifat itu diikat oleh rasa kebahagiaan dan pengetahuan.
Bhagavad-gita 14.7
14.7 Sifat nafsu dilahirkan dari keinginan dan hasrat yang tidak terhingga, wahai putera Kunti. Karena itu, makhluk hidup di dalam badan terikat terhadap perbuatan material yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.
Bhagavad-gita 14.8
14.8 Wahai putera Bharata, ketahuilah bahwa sifat kegelapan, yang dilahirkan dari kebodohan, adalah khayalan bagi semua makhluk hidup yang mempunyai badan. Akibat sifat ini adalah kegoncangan jiwa, sifat malas dan kecenderungan untuk tidur, yang mengikat roh yang terikat.
Bhagavad-gita 14.9
14.9 Wahai putera Bharata, sifat kebaikan mengikat seseorang pada kebahagiaan; nafsu mengikat dirinya pada kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala; dan kebodohan, yang menutupi pengetahuanya mengikat dirinya pada kegilaan.
Bhagavad-gita 14.10
14.10 Kadang-kadang sifat kebaikan menonjol, dan mengalahkan sifat nafsu dan kebodohan, wahai putera bharata. Kadang-kadang sifat nafsu mengalahkan sifat kebaikan dan kebodohan, dan pada waktu yang lain kebodohan mengalahkan kebaikan dan nafsu. Dengan cara demikian selalu ada persaingan untuk berkuasa.
Bhagavad-gita 14.11
14.11 Perwujudan-perwujudan sifat kebaikan dapat dialami bila pintu gerbang badan diterangi oleh pengetahuan.
Bhagavad-gita 14.12
14.12 Wahai yang paling utama di antara para putera keturunan Bharata, bila sifat nafsu meningkat, berkembanglah tanda-tanda ikatan yang besar, kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala, usaha yang keras sekali, keinginan dan hasrat yang tidak dapat dikendalikan.
Bhagavad-gita 14.13
14.13 Bila sifat kebodohan meningkat, terwujudlah kegelapan, malas-malasan, keadaan gila dan khayalan, wahai putera kuru.
Bhagavad-gita 14.14
14.14 Bila seseorang meninggal dalam sifat kebaikan, ia mencapai planet-planet murni yang lebih tinggi, tempat tinggal para resi yang mulia.
Bhagavad-gita 14.15
14.15 Bila seseorang meninggal dalam sifat nafsu , ia dilahirkan di tengah-tengah mereka yang sibuk dalam kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil. Bila seseorang meninggal dalam sifat kebodohan, ia dilahirkan di kerajaan binatang.
Bhagavad-gita 14.16
14.16 Hasil perbuatan saleh bersifat murni dan dikatakan bersifat kebaikan. Tetapi perbuatan yang dilakukan dalam sifat nafsu mengakibatkan kesengsaraan, dan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebodohan mengakibatkan hal-hal yang bukan-bukan.
Bhagavad-gita 14.17
14.17 Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat yang sejati berkembang dari sifat kebaikan; loba berkembang dari sifat nafsu; dan kegiatan yang bukan-bukan, sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 14.18
14.18 Orang yang berada dalam sifat kebaikan berangsur-angsur naik sampai planet-planet yang lebih tinggi; orang yang berada dalam sifat nafsu hidup di planet-planet seperti bumi; orang yang berada dalam sifat kebodohan yang menjijikan turun memasuki dunia-dunia neraka.
Bhagavad-gita 14.19
14.19 Bila seseorang melihat dengan sebenarnya melihat bahwa dalam segala kegiatan tiada pelaku lain yang bekerja selain sifat-sifat alam tersebut dan ia mengenal Tuhan Yang Maha Esa, yang melampaui segala sifat tersebut, maka ia mencapai alam rohani-Ku.
Bhagavad-gita 14.20
14.20 Bila makhluk hidup di dalam badan dapat melampaui ke tiga sifat alam yang berhubungan dengan badan jasmani, ia dapat dibebaskan dari kelahiran, kematian, usia tua dan dukacitanya hingga ia dapat menikmati minuman kekekalan bahkan dalam kehidupan ini pun.
Bhagavad-gita 14.21
14.21 Arjuna berkata; O Tuhan yang hamba cintai, melalui tanda-tanda manakah kita dapat mengetahui orang yang melampaui tiga sifat alam tersebut? Bagaimana tingkah lakunya? Bagaimana cara melampaui sifat-sifat alam?
Bhagavad-gita 14.22
Bhagavad-gita 14.23
Bhagavad-gita 14.24
Bhagavad-gita 14.25
14.22 – 25 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Wahai putera Pandu, orang yang tidak membenci penerangan, ikatan, dan khayalan bila hal-hal itu ada ataupun merindukannya bila hal-hal itu lenyap; yang tidak pernah gelisah atau goyah selama ia mengalami segala reaksi sifat-sifat alam material, tetap netral dan rohani, dengan mengetahui bahwa hanya sifat-sifat itulah yang bergerak; mantap dalam sang diri dan memandang suka dan duka dengan sikap sama; memandang segumpal tanah, sebuah batu dan sebatang emas dengan pandangan yang sama; bersikap yang sama terhadap yang diinginkan dan yang tidak diinginkan; mantap, bersikap yang sama baik terhadap pujian maupun tuduhan, penghormatan maupun penghinaan; yang memperlakukan kawan dan musuh dengan cara yang sama; dan sudah melepaskan ikatan terhadap segala kegiatan segala kegiatan material- orang seperti itulah dikatakan sudah melampaui sifat-sifat alam.
Bhagavad-gita 14.26
14.26 Orang yang menekuni bhakti sepenuhnya, dan tidak gagal dalam segala keadaan, segera melampaui sifat-sifat alam material, dan dengan demikian mencapai tingkat Brahman.
Bhagavad-gita 14.27
14.27 Aku adalah sandaran Brahman yang tidak bersifat pribadi, yang bersifat kekal, tidak pernah mati, tidak dapat dimusnahkan dan bersifat kekal, kedudukan dasar kebahagiaan yang paling tinggi.
BAB XV
Yoga Berhubungan dengan Kepribadian Yang Paling Utama
Bhagavad-gita 15.1
15.1 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Dikatakan bahwa ada pohon beringin yang tidak dapat dimusnahkan yang akarnya ke atas dan cabangnya ke bawah, dan daun-daunnya adalah mantra-mantra veda. Orang yang mengetahui tentang pohon ini mengetahui veda.
Bhagavad-gita 15.2
15.2 Cabang-cabang pohon tersebut menjulur ke bawah dan ke atas, dipelihara oleh tiga sifat alam material. Ranting-ranting adalah obyek-obyek indria. Pohon tersebut juga mempunyai akar yang turun ke bawah , dan akar-akar tersebut terikat pada perbuatan masyarakat manusia yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala.
Bhagavad-gita 15.3
Bhagavad-gita 15.4
15.3-4 Bentuk sejati pohon tersebut tidak dapat dipahami di dunia ini. Tidak ada orang yang dapat mengerti di mana pohon itu berakhir, di mana pohon itu mulai, atau di mana dasar pohon itu. Tetapi dengan ketabahan hati orang harus menebang pohon itu yang mempunyai akar yang kuat dengan memakai senjata ketidakterikatan. Kemudian, ia harus mencari suatu tempat sehingga setelah mencapai tempat itu, ia tidak akan pernah kembali lagi. Di tempat itu, ia harus menyerahkan diri kepada kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, asal mula segala sesuatu dan sumber perwujudan segala sesuatu sejak sebelum awal sejarah.
Bhagavad-gita 15.5
15. 5 Orang yang bebas dari kemasyuran palsu, khayalan dan pergaulan palsu, dan mengerti hal-hal yang kekal, sudah tidak mempunyai hubungan lagi dengan nafsu material, bebas dari hal-hal relatif berupa suka dan duka, tidak dibingungkan dan mengetahui bagaimana cara menyerahkan diri kepada kepribadian yang paling utama akan mencapai kerajaan yang kekal itu.
Bhagavad-gita 15.6
15.6 Tempat tinggal-Ku yang paling utama itu tidak diterangi oleh matahari, bulan, api maupun listrik. Orang yang mencapai tempat tinggal itu tidak pernah kembali lagi ke dunia material ini.
Bhagavad-gita 15.7
15.7 Para makhluk hidup di dunia yang terikat ini adalah bagian-bagian percikan yang kekal dari Diri-Ku. Oleh karena kehidupan yang terikat, mereka berjuang dengan keras sekali melawan enam indria, termasuk pikiran.
Bhagavad-gita 15.8
15.8 Makhluk hidup di dunia material membawa berbagai paham hidupnya dari satu badan ke badan yang lain seperti udara membawa berbagai bau. Dengan cara demikian ia menerima jenis badan tertentu, lalu sekali lagi meninggalkan badan itu untuk menerima badan lain.
Bhagavad-gita 15.9
15.9 Makhluk hidup, yang menerima badan kasar lain dengan cara seperti itu, memperoleh jenis telinga, mata, lidah, hidung, dan peraba tertentu tersusun di sekitar pikiran. Dengan demikian, ia menikmati pasangan obyek-obyek indria tetentu.
Bhagavad-gita 15.10
15.10 Orang bodoh tidak dapat mengerti bagaimana makhluk hidup dapat meninggalkan badannya, dan mereka tidak dapat mengerti jenis badan mana yang dinikmatinya di bawah pesona sifat-sifat alam. Tetapi orang yang matanya sudah terlatih dalam pengetahuan dapat melihat segala hal tersebut.
Bhagavad-gita 15.11
15.11 Para rohaniwan yang sedang berusaha, yang mantap dalam keinsafan diri, dapat melihat segala hal tersebut dengan jelas. Tetapi orang yang pikirannya belum berkembang dan belum mantap dalam keinsafan diri tidak dapat melihat apa yang sedang terjadi, meskipun mereka berusaha melihat.
Bhagavad-gita 15.12
15.12 Kemuliaan matahari, yang menghilangkan kegelapan seluruh dunia ini, berasal dari-Ku. Kemudian bulan dan kemuliaan api juga berasal dari-Ku.
Bhagavad-gita 15.13
15.13 Aku masuk ke dalam setiap planet, dan planet-planet itu tetap melintasi garis edarnya atas tenaga-Ku. Aku menjadi bulan dan dengan demikian menyediakan sari hidup kepada semua sayur.
Bhagavad-gita 15.14
15.14 Aku adalah api pencerna di dalam badan-badan semua makhluk hidup, dan Aku bergabung dengan udara kehidupan, yang keluar dan masuk, untuk mencernakan empat jenis makanan.
Bhagavad-gita 15.15
15.15 Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk, ingatan, pengetahuan, dan pelupaan berasal dari-Ku. Akulah yang harus diketahui dari segala veda; memang Akulah yang menyusun Vedanta, dan Akulah yang mengetahui veda.
Bhagavad-gita 15.16
15.16 Ada dua golongan makhluk hidup, yaitu yang dapat gagal dan yang tidak. Di dunia material semua makhluk hidup dapat gagal, dan di dunia rohani setiap makhluk hidup tidak pernah gagal.
Bhagavad-gita 15.17
15.17 Di samping dua golongan tersebut, ada kepribadian yang paling utama yang hidup, yaitu Roh Yang Paling Utama, Tuhan Yang Maha Esa sendiri yang tidak dapat dimusnahkan, yang sudah memasuki tiga dunia dan sedang memeliharanya.
Bhagavad-gita 15.18
15.18 Oleh karena Aku bersifat rohani, di luar yang dapat gagal dan yang tidak pernah gagal, dan oleh karena Aku adalah Yang Mahabesar, Aku dimuliakan, baik di dunia maupun dalam veda, sebagai kepribadian yang paling utama itu.
Bhagavad-gita 15.19
15.19 Siapa pun yang mengenal Aku sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tanpa ragu-ragu, mengetahui segala sesuatu. Karena itu, ia sepenuhnya menekuni pengabdian suci bhakti kepada-Ku, wahai putera Bharata.
Bhagavad-gita 15.20
15.20 Inilah bagian yang paling rahasia dari kitab-kitab veda, wahai yang tidak berdosa, dan sekarang bagian itu kuungkapkan. Siapapun yang mengerti ini akan menjadi bijaksana, dan usaha-usahanya akan mencapai kesempurnaan.

BAB XVI
Sifat rohani dan sifat jahat
Bhagavad-gita 16.1-3
16.1-3 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; kebebasan dari rasa takut; penyucian kehidupan; pengembangan pengetahuan rohani; kedermawanan; mengendalikan diri; pelaksanaan korban suci; mempelajari veda; pertapan; kesederhanaan; tidak melakukan kekerasan; kejujuran; kebasan dari amarah; pelepasan ikatan; ketenangan; tidak mencari-cari kesalahan; kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup; pembebasan dari loba; sifat lembut; sifat malu; ketabahan hati yang mantap; kekuatan; mudah mengampuni; sifat ulet; kebersihan; kebebasan dari rasa iri dan gila hormat-sifat-sifat rohani tersebut dimiliki oleh orang suci yang diberkati dengan sifat rohani, wahai putera Bharata.
Bhagavad-gita 16.4
16.4 Sikap bangga, sikap sombong, sikap tak peduli, amarah, sikap kasar, dan kebodohan-sifat-sifat ini dimiliki oleh orang yang bersifat jahat, wahai putera prtha.
Bhagavad-gita 16.5
16.5 Sifat rohani menguntungkan untuk pembebasan, sedangkan sifat jahat mengakibatkan ikatan. Wahai putera pandu, jangan khawatir, sebab engkau dilahirkan dengan sifat-sifat suci.
Bhagavad-gita 16.6
16.6 Wahai putera prtha, di dunia ini ada dua jenis makhluk yang diciptakan. Yang satu disebut suci dan yang lain jahat. Aku sudah menerangkan sifat-sifat suci kepadamu secara panjang lebar. Sekarang dengarlah dari-Ku tentang sifat-sifat jahat.
Bhagavad-gita 16.7
16.7 Orang jahat tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak seharusnya. Kebersihan, tingkah laku yang pantas dan kebenaran tidak dapat ditemukan dalam diri mereka.
Bhagavad-gita 16.8
16.8 Mereka mengatakan bahwa dunia ini tidak nyata, tidak ada dasarnya dan tidak ada Tuhan yang mengendalikan. Mereka mengatakan bahwa dunia ini dihasilkan dari keinginan untuk hubungan kelamin, dan tidak ada sebabnya selain nafsu birahi.
Bhagavad-gita 16.9
16.9 Dengan mengikuti kesimpulan-kesimpulan seperti itu, orang-orang jahat, yang sudah kehilangan dirinya dan tidak memiliki kecerdasan sama sekali, menekuni pekerjaan yang tidak menguntungkan dan mengerikan dimaksudkan untuk menghancurkan dunia.
Bhagavad-gita 16.10
16.10 Dengan berlindung kepada hawa nafsu yang tidak dapat dipuaskan, terlena dalam rasa sombong dan kemasyuran yang palsu, orang jahat yang berkhayal seperti itu selalu bertekad melakukan pekerjaan yang tidak bersih, sebab mereka tertarik kepada hal-hal yang tidak kekal.
Bhagavad-gita 16.11
Bhagavad-gita 16.12
16.11-12 Mereka percaya bahwa memuaskan indria-indria adalah kebutuhan utama peradaban manusia. Karena itu, sampai akhir hidupnya, kecemasan mereka tidak dapat diukur. Mereka diikat oleh jaringan beratus-ratus ribu keinginan dan terikat dalam hawa nafsu dan amarah. Mereka mendapat uang untuk kepuasan indria-indria dengan cara-cara yang melanggar hukum.
Bhagavad-gita 16.13
Bhagavad-gita 16.14
Bhagavad-gita 16.15
16.13-15 Orang jahat berpikir; “Sekian banyak kekayaan kumiliki hari ini, dan aku akan memperoleh kekayaan lebih banyak lagi menurut rencana-Ku. Sekian banyak kumiliki sekarang, dan jumlah itu bertambah semakin banyak pada masa yang akan datang. Dia musuhku, dan dia sudah kubunuh, dan musuh-musuhku yang lain juga akan terbunuh. Akulah penguasa segala sesuatu. Akulah yang menikmati. Aku sempurna, perkasa dan bahagia. Aku manusia yang paling kaya, diiringi oleh keluarga yang bersifat bangsawan. Tiada seorang pun yang seperkasa dan sebahagian diriku. Aku akan melakukan korban suci, dan memberi sumbangan, dan dengan demikian aku akan menikmati” Dengan cara seperti inilah, mereka dikhayalkan oleh kebodohan.
Bhagavad-gita 16.16
16-16 Dibingungkan oleh berbagai kecemasan seperti itu dan diikat oleh jala khayalan, ikatan mereka terhadap kenikmatan indria-indria menjadi terlalu keras dan mereka jatuh ke dalam neraka.
Bhagavad-gita 16.17
16.17 Malas dalam diri sendiri dan selalu kurang sopan, berkhayal karena kekayaan dan penghormatan palsu, kadang-kadang mereka melakukan korban suci secara bangga hanya dalam nama saja, tanpa mengikuti aturan dan peraturan sama sekali.
Bhagavad-gita 16.18
16. 18 Orang jahat dibingungkan oleh keakuan palsu, kekuatan, rasa bangga, hawa nafsu dan amarah sehingga mereka menjadi iri terhadap kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, yang bersemayam di dalam badan mereka sendiri dan juga di dalam badan orang lain, dan mereka menghina dharma yang sejati.
Bhagavad-gita 16.19
16.19 Orang yang iri dan nakal, manusia yang paling rendah, untuk selamanya kubuang ke dalam lautan kehidupan material, di dalam berbagai jenis kehidupan yang jahat.
Bhagavad-gita 16.20
16.20 Setelah dilahirkan berulang kali di tengah-tengah jenis-jenis kehidupan yang jahat, orang seperti itu tidak pernah dapat mendekatiku, wahai putera Kunti. Berangsur-angsur mereka merosot hingga mencapai jenis kehidupan yang paling menjijikan.
Bhagavad-gita 16.21
16.21 Ada tiga pintu gerbang menuju neraka tersebut-hawa nafsu, amarah, dan loba. Setiap orang waras harus meninggalkan tiga sifat ini, sebab tiga sifat ini menyebabkan sang roh merosot.
Bhagavad-gita 16.22
..16.22 Orang yang sudah bebas dari tiga gerbang neraka tersebut melakukan perbuatan yang menguntungkan untuk keinsafan diri dan dengan demikian berangsur-angsur ia mencapai tujuan yang paling utama, wahai putera Kunti.
Bhagavad-gita 16.23
16.23 Orang yang meninggalkan aturan kitab suci dan bertindak menurut kehendak sendiri tidak mencapai kesempurnaan, kebahagiaan maupun tujuan tertinggi.
Bhagavad-gita 16.24
16.24 Karena itu, seharusnya seseorang mengerti apa itu kewajiban dan apa yang bukan kewajiban menurut peraturan kitab suci. Dengan mengetahui aturan dan peraturan tersebut, hendaknya ia bertindak dengan cara supaya berangsu-angsur dirinya maju ke tingkat yang lebih tinggi.
BAB XVII
Golongan-golongan keyakinan
Bhagavad-gita 17.1
17.1 Arjuna bertanya; o krsna, bagaimana kedudukan orang yang tidak mengikuti prinsip-prinsip kitab suci tetapi sembahyang menurut angan-angan sendiri? Apakah mereka berada dalam kebaikan, nafsu atau dalam kebodohan?
Bhagavad-gita 17.2
17.2 kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; menurut sifat-sifat alam yang diperoleh oleh roh di dalam badan, ada tiga jenis kepercayaan yang dapat dimiliki seseorang-kepercayaan dalam kebaikan, dalam nafsu atau dalam kebodohan. Sekarang dengarlah tentang hal ini.
Bhagavad-gita 17.3
17.3 wahai putera Bharata, menurut kehidupan seseorang di bawah berbagai sifat alam, ia mengembangkan jenis kepercayaan tertentu. Dikatakan bahwa makhluk hidup memiliki kepercayaan tertentu menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya.
Bhagavad-gita 17.4
17.4 Orang dalam sifat kebaikan menyembah para dewa; orang dalam sifat nafsu menyembah para raksasa atau orang jahat; dan orang yang berada dalam sifat kebodohan menyembah hantu-hantu dan roh-roh halus.
Bhagavad-gita 17.5
Bhagavad-gita 17.6
17.5-6 Orang yang menjalani pertapaan dan kesederhanaan yang keras yang tidak dianjurkan dalam kitab suci, dan melakukan kegiatan itu karena rasa bangga dan keakuan palsu didorong oleh nafsu dan ikatan, yang bersifat bodoh dan menyiksa unsur-unsur material di dalam badan dan Roh Yang Utama yang bersemayam di dalam badan, dikenal sebagai orang jahat.
Bhagavad-gita 17.7
17.7 Makanan yang paling disukai setiap orang juga terdiri dari tiga jenis, menurut tiga sifat alam material. Demikian pula korban suci, pertapaan dan kedermawanan. Sekarang dengarlah perbedaan antara hal-hal itu.
Bhagavad-gita 17.8
17.8 Makanan yang disukai oleh orang dalam sifat kebaikan memperpanjang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberi kekuatan, kesehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari, berlemak, bergizi, dan menyenangkan hati.
Bhagavad-gita 17.9
17.9 Makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu asin, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu kering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras sekali disukai oleh orang dalam sifat nafsu. Makanan seperti itu menyebabkan dukacita, kesengsaraan dan penyakit.
Bhagavad-gita 17.10
17.10 Makanan yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, makanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan haram disukai oleh orang dalam sifat kegelapan.
Bhagavad-gita 17.11
17.11 Di antara korban-korban suci, korban suci yang dilakukan menurut kitab suci, karena kewajiban, oleh orang yang tidak mengharapkan pamrih, adalah korban suci dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 17.12
17.12 Tetapi hendaknya engkau mengetahui bahwa korban suci yang dilakukan demi suatu keuntungan material, atau demi rasa bangga adalah korban suci yang bersifat nafsu, wahai yang paling utama di antara para Bharata.
Bhagavad-gita 17.13
17.13 Korban suci apa pun yang dilakukan tanpa mempedulikan petunjuk kitab suci, tanpa membagikan prasadam [makanan rohani], tanpa mengucapkan mantra-mantra veda, tanpa memberi sumbangan kepada para pendeta dan tanpa kepercayaan dianggap korban suci dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 17.14
17.14 Pertapaan jasmani terdiri dari sembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa, para brahmana, guru kerohanian dan atasan seperti ayah dan ibu, dan kebersihan, kesederhanaan, berpantang hubungan suami isteri dan tidak melakukan kekerasan.
Bhagavad-gita 17.15
17.15 Pertapaan suara terdiri dari mengeluarkan kata-kata yang jujur, menyenangkan, bermanfaat, dan tidak mengganggu orang lain, dan juga membacakan kesusastraan veda secara teratur.
Bhagavad-gita 17.16
17.16 Kepuasan, kesederhanaan, sikap yang serius, mengendalikan diri dan menyucikan kehidupan adalah pertapaan pikiran.
Bhagavad-gita 17.17
17.17 Tiga jenis pertapaan tersebut, yang dilakukan dengan keyakinan rohani oleh orang yang tidak mengharapkan keuntungan material tetapi tekun hanya demi Yang Mahakuasa, disebut pertapaan dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 17.18
17.18 Pertapaan yang dilakukan berdasarkan rasa bangga untuk memperoleh pujian, penghormatan dan pujaan disebut pertapaan dalam sifat nafsu. Pertapaan itu tidak mantap atau kekal.
Bhagavad-gita 17.19
17.19 Pertapaan yang dilakukan berdasarkan kebodohan, dan dengan menyiksa diri atau menghancurkan atau menyakiti orang lain dikatakan sebagai pertapaan dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 17.20
17.20 Kedermawanan yang diberikan karena kewajiban, tanpa mengharapkan pamrih, pada waktu dan tempat yang tepat, kepada orang yang patut menerimanya dianggap bersifat kebaikan.
Bhagavad-gita 17.21
17. 21 Tetapi sumbangan yang diberikan dengan mengharapkan pamrih, atau dengan keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala, atau dengan rasa kesal, dikatakan sebagai kedermawanan dalam sifat nafsu.
Bhagavad-gita 17.22
17.22 Sumbangan-sumbangan yang diberikan di tempat yang tidak suci, pada waktu yang tidak suci, kepada orang yang tidak patut menerimanya, atau tanpa perhatian dan rasa hormat yang benar dikatakan sebagai sumbangan dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 17.23
17.23 Sejak awal ciptaan, tiga kata om tat sat digunakan untuk menunjukkan kebenaran Mutlak yang paling utama. Tiga lambang tersebut digunakan oleh para brahmana sambil mengucapkan mantra-mantra veda dan pada waktu mengaturkan korban suci untuk memuaskan yang Mahakuasa.
Bhagavad-gita 17.24
17.24 Karena itu, para rohaniwan yang melakukan korban suci, kedermawanan dan pertapaan menurut aturan kitab suci selalu mulai dengan ‘om’ untuk mencapai pada yang mahakuasa.
Bhagavad-gita 17.25
17.25 Tanpa menginginkan hasil atau pahala, hendaknya seseorang melakukan berbagai jenis korban suci, pertapaan dan kedermawanan dengan kata ‘tat’. Tujuan kegiatan rohani tersebut ialah untuk mencapai pembebasan dari ikatan material.
Bhagavad-gita 17.26
Bhagavad-gita 17.27
17.26-27 Kebenaran mutlak adalah tujuan korban suci bhakti. Kebenaran mutlak ditunjukkan dengan kata ’sat’. pelaksanaan korban suci seperti itu juga disebut ‘sat’. segala pekerjaan korban suci, pertapaan dan kedermawanan yang dilaksanakan untuk memuaskan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa dan setia kepada sifat mutlak juga disebut ‘sat’. wahai putera prtha.
Bhagavad-gita 17.28
17.28 Apa pun yang dilakukan sebagai korban suci, kedermawanan maupun pertapaan tanpa keyakinan terhadap Yang Mahakuasa tidak bersifat kekal, wahai putera prtha. Kegiatan itu disebut ‘asat’ dan tidak berguna dalam hidup ini maupun dalam penjelmaan yang akan datang.

BAB XVIII
BAB 18
Kesempurnaan pelepasan ikatan
Bhagavad-gita 18.1
18.1 Arjuna berkata; o yang berlengan perkasa, hamba ingin mengerti tujuan pelepasan ikatan [tyaga] dan tingkatan hidup pelepasan ikatan [sannyasa], wahai pembunuh raksasa Kesi, penguasa indria.
Bhagavad-gita 18.2
18.2 Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Meninggalkan kegiatan berdasarkan keinginan material disebut tingkatan hidup untuk pelepasan ikatan [sannyasa] oleh orang bijaksana yang mulia. Menyerahkan hasil segala kegiatan disebut pelepasan ikatan [tyaga] oleh orang bijaksana.
Bhagavad-gita 18.3
18.3 Beberapa orang bijaksana menyatakan bahwa segala jenis kegiatan yang dimaksudkan untuk membuahkan hasil atau pahala hendaknya ditinggalkan sebagai kegiatan yang salah, namun resi-resi lain yakin bahwa perbuatan korban suci, kedermawanan dan pertapaan hendaknya tidak pernah ditinggalkan.
Bhagavad-gita 18.4
18.4 Wahai yang paling baik di antara para Bharata, sekarang dengarlah keputusan-Ku tentang pelepasan ikatan. Wahai manusia yang sekuat harimau, dalam kitab suci dinyatakan bahwa ada tiga jenis pelepasan ikatan.
Bhagavad-gita 18.5
18.5 Perbuatan korban suci, kedermawanan dan pertapaan tidak boleh ditinggalkan; kegiatan itu harus dilakukan. Roh-roh yang mulia sekalipun disucikan oleh korban suci, kedermawanan dan pertapaan.
Bhagavad-gita 18.6
18.6 Segala kegiatan tersebut harus dilakukan tanpa ikatan maupun harapan untuk mendapat hasil. Kegiatan tersebut harus dilakukan sebagai kewajiban, wahai putera prtha. Itulah pendapat-Ku yang terakhir.
Bhagavad-gita 18.7
18.7 Tugas kewajiban hendaknya tidak pernah ditinggalkan. Kalau seseorang meninggalkan tugas kewajiban yang telah ditetapkan karena khayalan, dikatakan bahwa pelepasan ikatan seperti itu bersifat kebodohan.
Bhagavad-gita 18.8
18..8 Siapapun yang meninggalkan tugas kewajiban yang sudah ditetapkan karena terasa sulit atau karena takut pada hal-hal yang tidak menyenangkan badan dikatakan telah melepaskan ikatan dalam sifat nafsu. Perbuatan seperti itu tidak membawa seseorang sampai kemajuan pelepasan ikatan.
Bhagavad-gita 18.9
18.9 Wahai Arjuna, bila seseorang melakukan tugas kewajibannya yang telah ditetapkan hanya karena kewajiban itu patut dilakukan, dan melepaskan ikatan terhadap segala pergaulan duniawi dan segala ikatan terhadap hasil, maka pelepasan ikatannya bersifat kebaikan.
Bhagavad-gita 18.10
18.10 Orang cerdas yang melepaskan ikatan dan mantap dalam sifat kebaikan, yang tidak membenci pekerjaan yang tidak menguntungkan maupun terikat pada pekerjaan yang menguntungkan, tidak ragu-ragu sama sekali tentang pekerjaan.
Bhagavad-gita 18.11
18.11 Memang tidak mungkin makhluk di dalam badan meninggalkan segala kegiatan. Tetapi orang yang melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan disebut orang yang serius melepaskan ikatan.
Bhagavad-gita 18.12
18.12 Tiga hasil perbuatan-yang diinginkan, yang tidak diinginkan dan campuran-diberikan kepada orang yang belum melepaskan ikatan sesudah ia meninggal. tetapi tidak ada hasil seperti itu yang harus diderita atau dinikmati oleh orang yang berada pada tingkatan hidup untuk melepaskan ikatan.
Bhagavad-gita 18.13
18.13 Wahai Arjuna yang berlengan perkasa, menurut Vedanta, ada lima sebab untuk tercapainya segala perbuatan. Sekarang pelajarilah hal-hal ini dari-Ku.
Bhagavad-gita 18.14
18.14 Tempat perbuatan [badan], pelaku, berbagai indria, aneka jenis usaha, dan akhirnya Roh Yang Utama-inilah lima unsur perbuatan.
Bhagavad-gita 18.15
18.15 Perbuatan benar maupun salah manapun yang dilakukan seseorang dengan badan, pikiran maupun kata-kata disebabkan oleh lima unsur tersebut.
Bhagavad-gita 18.16
18.16 Karena itu, orang yang menganggap dirinya satu-satunya pelaku, tanpa mempertimbangkan lima unsur tersebut, tentu tidak begitu cerdas dan tidak dapat melihat hal-hal dengan sebenarnya.
Bhagavad-gita 18.17
18.17 Orang yang tidak digerakkan oleh keakuan palsu dan kecerdasannya tidak terikat, tidak membunuh, meskipun ia membunuh orang di dunia ini. Ia juga tidak diikat oleh perbuatannya.
Bhagavad-gita 18.18
18.18 Pengetahuan, obyek pengetahuan, dan dia yang mengetahui adalah tiga unsur yang menggerakkan perbuatan; indria; pekerjaan dan pelaku adalah tiga bahan perbuatan.
Bhagavad-gita 18.19
18.19 Menurut tiga sifat alam material yang berbeda, ada tiga jenis pengetahuan, perbuatan dan pelaku perbuatan. Sekarang dengarlah dari-Ku tentang hal-hal itu.
Bhagavad-gita 18.20
18.20 Pengetahuan yang memungkinkan alam rohani yang satu dan tidak dipisahkan dilihat di dalam semua makhluk hidup, meskipun mereka dipisahkan menjadi bentuk-bentuk yang jumlahnya tidak dapat dihitung, hendaknya engkau pahami sebagai pengetahuan dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 18.21
18.21 Pengetahuan yang menyebabkan seseorang melihat jenis makhluk hidup yang lain di dalam setiap badan hendaknya engkau pahami sebagai pengetahuan dalam sifat nafsu.
Bhagavad-gita 18.22
18.22 Pengetahuan yang menyebabkan seseorang terikat pada satu jenis pekerjaan sebagai segala-segalanya, tanpa pengetahuan tentang kebenaran, dan jumlahnya sedikit sekali, dikatakan sebagai pengetahuan dalam sifat kegelapan.
Bhagavad-gita 18.23
18.23 Perbuatan yang teratur dan dilakukan tanpa ikatan, tanpa cinta kasih maupun rasa benci dan tanpa keinginan untuk memperoleh hasil atau pahala dikatakan perbuatan dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 18.24
18.24 Tetapi perbuatan yang dilakukan dengan usaha yang keras oleh orang yang mencari kepuasan keinginannya, dan dilakukan berdasarkan rasa keakuan palsu, disebut perbuatan dalam sifat nafsu.
Bhagavad-gita 18.25
18.25 Perbuatan yang dilakukan dalam khayalan, tanpa mempedulikan aturan kitab suci, dan tanpa mempedulikan ikatan pada masa yang akan datang, kekerasan maupun dukacita yang diakibatkan terhadap orang lain disebut perbuatan dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 18.26
18.26 Orang yang melakukan tugas kewajiban tanpa pergaulan dengan sifat-sifat alam material, tanpa keakuan palsu, dengan ketabahan hati dan semangat yang besar, tanpa goyah baik dalam sukses maupun dalam kegagalan dikatakan sebagai orang yang bekerja dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 18.27
18.27 Pekerjaan yang terikat pada pekerjaan dan hasil atau pahala dari pekerjaan, yang ingin menikmati hasil-hasil itu, yang bersifat kelobaan, selalu iri, tidak suci dan digerakkan oleh rasa riang dan rasa sedih, dikatakan sebagai pekerjaan dalam sifat nafsu.
Bhagavad-gita 18.28
18.28 Pekerja yang selalu sibuk dalam pekerjaan yang bertentangan dengan aturan kitab suci, yang duniawi, keras kepala, menipu dan ahli menghina orang lain, malas, selalu murung dan menunda-nunda dikatakan sebagai pekerja dalam sifat kebodohan.
Bhagavad-gita 18.29
18.29 Wahai perebut kekayaan; sekarang dengarlah uraian terperinci yang akan Ku- sampaikan kepadamu tentang berbagai jenis pengertian dan ketabahan hati, menurut tiga sifat alam material.
Bhagavad-gita 18.30
18.30 Wahai putera prtha, pengertian yang memungkinkan seseorang mengetahui apa yang patut dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan, apa yang harus ditakuti dan apa yang tidak perlu ditakuti, apa yang mengikat dan apa yang membebaskan, berada dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 18.31
18.31 Wahai putera prtha, pengertian yang tidak dapat membedakan antara dharma dan hal-hal yang bertentangan dengan dharma, antara perbuatan yang harus dilakukan dan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan, berada dalam sifat nafsu.
Bhagavad-gita 18.32
18.32 Pengertian yang menganggap hal-hal yang bertentangan dengan dharma sebagai dharma dan dharma sebagai hal-hal yang bertentangan dengan dharma, di bawah pesona khayalan dan kegelapan, dan selalu berusaha ke arah yang salah berada dalam sifat kebodohan, wahai putera prtha.
Bhagavad-gita 18.33
18.33 Wahai putera prtha, ketabahan hati yang tidak dapat dipatahkan, dipelihara dengan sifat teguh oleh latihan yoga, dan dengan demikian mengendalikan pikiran, kehidupan dan indria-indria adalah ketabahan hati dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 18.34
18.34 Tetapi hati yang tabah membuat seseorang berpegang teguh pada hasil atau pahala di bidang keagamaan, pengembangan ekonomi dan kepuasan indria-indria bersifat nafsu, wahai Arjuna.
Bhagavad-gita 18.35
18.35 Ketabahan hati yang tidak dapat melampaui impian, rasa takut, penyesalan, sifat murung dan khayalan-ketabahan hati yang kurang cerdas seperti itu bersifat kegelapan, wahai putera prtha.
Bhagavad-gita 18.36
18.36 Wahai yang paling baik di antara para Bharata, sekarang harap dengar dari-Ku tentang tiga jenis kebahagiaan yang dinikmati oleh roh yang terikat, yang kadang-kadang memungkinkan segala dukacita berakhir baginya.
Bhagavad-gita 18.37
18.37 Sesuatu yang pada permulaan barangkali seperti racun tetapi akhirnya seperti minuman kekekalan dan menyadarkan seseorang terhadap keinsafan diri dikatakan sebagai kebahagiaan dalam sifat kebaikan.
Bhagavad-gita 18.38
18. 38 Kebahagiaan yang didapatkan dari hubungan indria-indria dengan obyeknya dan kelihatannya seperti minuman kekekalan pada awal, tetapi akhirnya seperti racun ,dikatakan bersifat nafsu.
Bhagavad-gita 18.39
18.39 Kebahagiaan yang buta terhadap keinsafan diri, yang bersifat khayalan dari awal sampai akhir dan berasal dari tidur, bermalas-malasan dan khayalan dikatakan bersifat kebodohan.
Bhagavad-gita 18.40
18.40 Tiada makhluk yang hidup, baik di sini maupun di kalangan para dewa di susunan planet yang lebih tinggi, yang bebas dari tiga sifat tersebut yang dilahirkan dari alam material.
Bhagavad-gita 18.41
18.41 Para brahmana, para ksatria, para vaisya, dan para sudra dibedakan oleh ciri-ciri yang dilahirkan dari watak-watak mereka sendiri menurut sifat-sifat material, wahai penakluk musuh.
Bhagavad-gita 18.42
18.42 Kedamaian, mengendalikan diri, pertapaan, kesucian, toleransi, kejujuran, pengetahuan, kebijaksanaan dan taat pada prinsip keagamaan-para brahmana bekerja dengan sifat yang wajar ini.
Bhagavad-gita 18.43
18.43 Kepahlawanan, kewibawaan, ketabahan hati, pandai memanfaatkan keadaan, keberanian di medan perang , kedermawanan dan kepemimpinan adalah sifat-sifat pekerjaan yang wajar bagi para ksatriya.
Bhagavad-gita 18.44
18.44 Pertanian, melindungi sapi dan perdagangan adalah pekerjaan yang wajar bagi para vaisya, dan bagi para sudra ada pekerjaan buruh dan pengabdian kepada orang lain.
Bhagavad-gita 18.45
18.45 Dengan mengikuti sifat-sifat pekerjaannya, setiap orang dapat menjadi sempurna. Sekarang dengarlah dari-Ku bagaimana kesempurnaan ini dapat dicapai.
Bhagavad-gita 18.46
18.46 Dengan sembahyang kepada Tuhan, sumber semua makhluk, yang berada di mana-mana, seseorang dapat mencapai kesempurnaan dengan melakukan pekerjaan sendiri.
Bhagavad-gita 18.47
18.47 Lebih baik menekuni kewajiban sendiri, meskipun dilakukan secara kurang sempurna, daripada menerima kewajiban orang lain dan melakukan secara sempurna. Tugas kewajiban yang ditetapkan menurut sifat seseorang tidak pernah dipengaruhi oleh reaksi-reaksi dosa.
Bhagavad-gita 18.48
18.48 Setiap usaha ditutupi oleh sejenis kesalahan, seperti halnya api ditutupi oleh asap. Karena itu, hendaknya seseorang jangan meninggalkan pekerjaan yang dilahirkan dari sifat pribadinya, meskipun pekerjaan itu penuh kesalahan, wahai putera kunti.
Bhagavad-gita 18.49
18.49 Orang yang mengendalikan diri, tidak terikat, dan mengalpakan segala kenikmatan material dapat mencapai tingkat pembebasan dari reaksi yang paling tinggi dan sempurna dengan cara mempraktekkan pelepasan ikatan.
Bhagavad-gita 18.50
18.50 Wahai putera Kunti, pelajarilah dari-Ku bagaimana orang yang sudah mencapai kesempurnaan itu dapat mencapai tingkat kesempurnaan tertinggi, Brahman, tingkat pengetahuan tertinggi, dengan bertindak dengan cara yang akan kuringkas sekarang.
Bhagavad-gita 18.51
Bhagavad-gita 18.52
Bhagavad-gita 18.53
18.51-53 Orang yang disucikan oleh kecerdasannya dan mengendalikan pikiran dengan ketabahan hati, meninggalkan obyek-obyek kepuasan indria-indria, bebas dari ikatan dan rasa benci, tinggal di tempat sunyi, makan sedikit, mengendalikan badan, pikiran dan daya pembicaraan, yang selalu khusuk bersemadi dan bebas dari ikatan, bebas dari keakuan palsu, kekuatan palsu, rasa bangga yang palsu, amarah dan kecendrungan menerima benda-benda material, bebas dari rasa hak milik yang palsu, dan damai-orang seperti itulah pasti diangkat sampai kedudukan keinsafan diri.
Bhagavad-gita 18.54
18.54 Orang yang mantap secara rohani seperti itu segera menginsafi Brahman Yang Paling Utama dan menjadi riang sepenuhnya. Ia tidak pernah menyesal atau ingin mendapatkan sesuatu. Ia bersikap yang sama terhadap setiap makhluk hidup. Dalam keadaan itulah ia mencapai bhakti yang murni kepada-Ku.
Bhagavad-gita 18.55
18.55 Seseorang dapat mengerti tentang-Ku menurut kedudukan-Ku yang sebenarnya, sebagai kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan bhakti. Apabila ia sudah sadar akan Diri-Ku sepenuhnya melalui bhakti seperti itu, ia dapat masuk kerajaan Tuhan Yang Maha Esa.
Bhagavad-gita 18.56
18.56 Meskipun penyembah-Ku yang murni yang selalu di bawah perlindungan-Ku sibuk dalam segala jenis kegiatan, ia mencapai tempat tinggal yang kekal dan tidak dapat dimusnahkan atas karunia-Ku.
Bhagavad-gita 18.57
18.57 Dalam segala kegiatan, hanya bergantung kepada-Ku dan selalu bekerja di bawah perlindungan-Ku. Dalam bhakti seperti itu, sadarilah Aku sepenuhnya.
Bhagavad-gita 18.58
18.58 Kalau engkau sadar akan-Ku, engkau akan melewati segala rintangan kehidupan yang terikat atas karunia-ku. Akan tetapi, kalau engkau tidak bekerja dengan kesadaran seperti itu melainkan bertindak karena keakuan palsu, dan tidak mendengar-Ku, engkau akan hilang.
Bhagavad-gita 18.59
18.59 Kalau engkau tidak bertindak menurut perintah-ku dan tidak bertempur, maka engkau akan salah jalan. Menurut sifatmu, engkau akan diharuskan ikut berperang.
Bhagavad-gita 18.60
18.60 Akibat khayalan, engkau sekarang menolak bertindak menurut perintah-ku. Tetapi didorong oleh pekerjaan yang dilahirkan dari sifatmu sendiri, engkau akan bertindak juga, wahai putera kunti.
Bhagavad-gita 18.61
18.61 Tuhan Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati semua orang, wahai Arjuna, dan Beliau mengarahkan pengembaraan semua makhluk hidup, yang duduk seolah-olah pada sebuah mesin terbuat dari tenaga material.
Bhagavad-gita 18.62
18.62 Wahai putera keluarga Bharata, serahkanlah dirimu kepada Beliau sepenuhnya. Atas karunia Beliau engkau akan mencapai kedamaian rohani dan tempat tinggal kekal yang paling utama.
Bhagavad-gita 18.63
18.63 Demikianlah Aku sudah menjelaskan pengetahuan yang lebih rahasia lagi kepadamu. Pertimbangkanlah hal-hal ini sepenuhnya, kemudian lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.
Bhagavad-gita 18.64
18.64 Oleh karena engkau kawan-ku yang sangat ku-cintai, Aku akan menyabdakan perintah-ku yang paling utama kepadamu, yaitu pengetahuan yang paling rahasia dari segalanya. Dengarlah pelajaran ini dari-ku, sebab pelajaran itu demi kesejahteraanmu.
Bhagavad-gita 18.65
18.65 Berpikirlah tentang-ku senantiasa, menjadi penyembah-ku, bersembahyang kepada-ku dan bersujud kepada-ku. Dengan demikian, pasti engkau akan datang kepada-ku. Aku berjanji demikian kepadamu karena engkau kawan-ku yang sangat kucintai.
Bhagavad-gita 18.66
18.66 Tinggalkanlah segala jenis dharma dan hanya menyerahkan diri pada-ku. Aku akan menyelamatkan engkau dari segala reaksi dosa. Jangan takut.
Bhagavad-gita 18.67
18.67 Pengetahuan yang rahasia ini tidak pernah boleh dijelaskan kepada orang yang tidak bertapa, tidak setia, dan tidak menekuni bhakti-ataupun kepada orang yang iri kepada-ku.
Bhagavad-gita 18.68
18.68 Terjamin bahwa orang yang menjelaskan rahasia yang paling utama ini kepada para penyembah akan mencapai bhakti yang murni, dan akhirnya dia akan kembali kepada-ku.
Bhagavad-gita 18.69
18.69 Tidak ada hamba di dunia ini yang lebih ku-cintai daripada dia, dan tidak akan pernah ada orang yang lebih ku-cintai.
Bhagavad-gita 18.70
18.70 Aku memaklumkan bahwa orang yang mempelajari percakapan kita yang suci ini bersembahyang kepada-ku dengan kecerdasannya.
Bhagavad-gita 18.71
18.71 Orang yang mendengar dengan keyakinan tanpa rasa iri dibebaskan dari reaksi-reaksi dosa dan mencapai planet-planet yang menguntungkan, tempat tinggal orang saleh.
Bhagavad-gita 18.72
18.72 Wahai putera prtha, wahai perebut kekayaan, apakah engkau sudah mendengar hal-hal ini dengan perhatian? Apakah kebodohan dan khayalanmu sudah dihilangkan sekarang?
Bhagavad-gita 18.73
18.73 Arjuna berkata; Krsna yang hamba cintai, o yang tidak pernah gagal, khayalan hamba sekarang sudah hilang. Hamba sudah memperoleh kembali ingatan hamba atas karunia-Mu. Hamba sekarang teguh, bebas dari keragu-raguan dan bersedia bertindak menurut perintah Anda.
Bhagavad-gita 18.74
18.74 Sanjaya berkata; Demikianlah saya sudah mendengar percakapan antara dua roh yang mulia, Krsna dan Arjuna. Betapa ajaibnya amanat itu sehingga bulu romaku tegak berdiri.
Bhagavad-gita 18.75
18.75 Atas karunia vyasa, saya sudah mendengar pembicaraan yang paling rahasia ini langsung dari penguasa segala kebatinan, Krsna, yang sedang bersabda secara pribadi kepada Arjuna.
Bhagavad-gita 18.76
18.76 O Raja, begitu aku berulang kali mengenang percakapan yang ajaib dan suci ini antara Krsna dan Arjuna, aku senang, karena terharu pada setiap saat.
Bhagavad-gita 18.77
18.77 O Baginda Raja, begitu saya ingat bentuk Sri Krsna yang ajaib, saya semakin terharu, dan saya bahagia berulang kali.
Bhagavad-gita 18.78
18.78 Di manapun ada Krsna, penguasa semua ahli kebatinan, dan di manapun ada Arjuna , pemanah yang paling utama, di sana pasti ada kekayaan, kejayaan, kekuatan luar biasa dan moralitas. Itulah pendapat saya.