Kamis, 11 November 2010

Mengapa Memuja Sri Krishna?

Pemujaan Kepada Sri Krishna dan penjelmaan-penjelmaan-Nya (awatara) telah menjadi tradisi yang berlangsung sejak ribuan tahun lamanya di India. Dalam beberapa mazab Waisnawa, Sri Krishna dipuja dalam perwujudan-Nya sebagai Sri Wishnu. Selain itu, Sri Krishna juga dipuja dalam perwujudan-Nya sebagai Lakmsi Narayana. Pemujaan Sri Krishna dalam bentuk Radha-Krishna merupakan pemujaan yang dilakukan dalam garis perguruan atau sampradaya Brahma-Madhva-Gaudiya Waisnawa.
Bila kita mempelajari dan mendalami uraian kitab-kitab Weda, Purana, dan Upanisad, maka akan dapat kita temukan begitu banyak sloka yang membenarkan bahwa Sri Krishna adalah Purna-Awatara, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Para Resi, para acarya, dan orang-orang yang sudah mencapai keinsafan diri pada zaman dahulu membenarkan kenyataan ini. Dalam kitab Bhagavad-gita, yang diakui sebagai kitab Weda Kelima (Pancama Weda) kedudukan Sri Krishna sangatlah jelas :
“Tidak ada Kebenaran yang lebih tinggi dari-Ku” (Gita 7.7);
“Aku adalah sumber segala dunia rohani dan dunia material, seluruh ciptaan berasal dari Diriku (Gita 10.8)
sarvasya cähaà hådi sanniviñöo
mattaù småtir jïänam apohanaà ca
vedaiç ca sarvair aham eva vedyo
vedänta-kåd veda-vid eva cäham
“Akulah yang harus diketahui dari segala Weda” (Gita 15.15)

arjuna uväca
paraà brahma paraà dhäma
pavitraà paramaà bhavän
puruñaà çäçvataà divyam
ädi-devam ajaà vibhum
ähus tväm åñayaù sarve
devarñir näradas tathä
asito devalo vyäsaù
svayaà caiva bravéñi me

“Arjuna berkata : Engkau adalah Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa, tempat tinggal tertinggi, Yang Mahasuci, Kebenaran Mutlak. Anda adalah Yang Mahaabadi, Yang Rohani dan melampaui dunia ini, Kepribadian Asli dan tidak terlahirkan dan Yang Mahabesar. Semua resi yang mulia seperti Narada, Asita, Devala, dan Wyasa membenarkan kenyataan ini tentang Anda, dan sekarang Anda Sendiri menyatakan demikian kepada hamba.” (Gita 10.12-13)

Ashram Narayana Smrti menyelenggarakan program dan aktivitasnya dengan berlandaskan pada ajaran-ajaran Weda, Upanisad, dan Purana (khususnya kitab Bhagavad-gita dan Bhagavata Purana). Dalam kitab Bhagavad-gita, Sri Krishna mengajarkan empat jalan (Catur Marga Yoga) yang dapat ditempuh oleh manusia untuk mendekatkan diri dan mencapai kepada Tuhan. Keempat jalan itu adalah :
1) Karma Yoga (melepaskan ikatan terhadap hasil pekerjaan seseorang dan menyerahkannya kepada Tuhan);
2) Jnana Yoga (mendekatkan diri kepada Tuhan melalui pengembangan pengetahuan spiritual);
3) Raja Yoga (mendekatkan diri kepada Tuhan melalui jalan yoga, meditasi, serta pengekangan dan pengendalian diri);
4) Bhakti Yoga (mendekatkan diri kepada Tuhan melalui pengembangan rasa bhakti, cinta kasih, dan penyerahan diri kepada Tuhan).
Latihan pengembangan kehidupan spiritual yang dilakukan di Ashram Narayana Smrti lebih dititikberatkan dan difokuskan pada pelaksanaan ajaran Bhakti Yoga. Bhakti Yoga inilah yang menjadi ajaran dan praktek spiritual utama dalam tradisi Hindu Waisnawa, yang telah ada dan berkembang sejak ribuan tahun yang lalu di India. Waisnawa adalah nama yang diberikan untuk para penganut Hindu yang menempatkan Wisnu, atau Sri Krishna beserta penjelmaan-penjelmaan-Nya sebagai tujuan pemujaan tertinggi.
Mempelajari ajaran Weda dan pengetahuan rohani lainnya dibawah bimbingan seorang guru kerohanian (guru spiritual) yang dapat dipercaya merupakan sebuah tradisi penting dalam Hindu yang telah berlangsung dan dipelihara sejak berabad-abad, khususnya di India. Sama halnya dengan orang yang belajar ilmu pengetahuan duniawi membutuhkan bimbingan seorang guru atau dosen yang ahli dalam bidangnya, begitu pula dalam mempelajari pengetahuan rohani, sangat dianjurkan agar seseorang dibimbing oleh seorang guru kerohanian.
Pentingnya belajar dari seorang guru kerohanian ini ditekankan oleh Sri Krishna dalam Bhagavad-gita 4.34 sebagai berikut :

tad viddhi praëipätena
paripraçnena sevayä
upadekñyanti te jïänaà
jïäninas tattva-darçinaù

Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insyaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.

Dalam tatanan spiritual kebudayaan Weda, para guru kerohanian tersebut umumnya adalah para sannyasin/ bhiksuka, yaitu mereka yang telah memasuki tahap hidup pelepasan ikatan terhadap hal-hal duniawi. Inilah alasan yang melahirkan tradisi parampara dan sampradaya dalam kebudayaan Weda. Parampara adalah suksesi guru-murid atau garis perguruan rohani yang menjadi perantara pewarisan dan pelestarian pengetahuan dan ajaran Weda.
Begitu pula, ajaran Waisnawa yang dipraktekkan di Ashram Narayana Smrti khususnya adalah ajaran Waisnawa yang diajarkan dalam sampradaya (garis perguruan rohani) Brahma-Madhva-Gaudiya Waisnawa. Dalam garis perguruan ini, diyakini bahwa pengetahuan Weda yang diajarkan bermula dari wahyu yang disampaikan oleh Sri Krishna kepada Dewa Brahma, lalu Brahma mengajarkannya kepada Rsi Narada. Rsi Narada selanjutnya mengangkat Rsi Wyasa (yang dikenal dan diakui sebagai penyusun kitab-kitab Weda) sebagai muridnya. Rsi Wyasa memiliki banyak murid, murid ini mempunyai murid, dan seterusnya. Hingga saat ini, garis perguruan ini masih tetap eksis dan berkembang. Di jaman modern ini, salah seorang guru kerohanian yang terkemuka yang berasal dari tradisi Brahma-Madhva-Gaudiya Waisnawa itu adalah Om Visnupada A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada (1896 1977), atau yang secara luas dikenal dengan nama Srila Prabhupada.
Atas perintah guru kerohaniannya, Srila Prabhupada pergi ke Amerika Serikat pada tahun 1965 untuk mengajarkan Bhakti Yoga ke dunia Barat, khususnya tradisi pemujaan kepada Sri Krishna, sebagaimana yang telah dipraktekkan oleh jutaan penganut Waisnawa di India sejak ribuan tahun yang lalu. Untuk menjalankan misinya, Srila Prabhupada mendirikan organisasi International Society for Krishna Consciousness (Masyarakat Kesadaran Krishna Sedunia) di New York pada tahun 1966. Selanjutnya, selama 12 tahun pengajarannya (1965-1977) Srila Prabhupada berkeliling dunia sebanyak 14 kali (ke Rusia, Asia, Afrika, Eropa, Australia, dll) dan mendirikan lebih dari 108 kuil/temple, ashram, pusat pertanian, gurukula, dan pusat-pusat pembelajaran Weda lainnya. Perkumpulan ini secara mendunia lebih dikenal dengan sebutan Hare Krishna Movement (Perkumpulan Hare Krishna).
Srila Prabhupada berkunjung ke Indonesia pada tahun 1973, dan memberikan ceramah di Lembaga Administrasi Negara, bertemu beberapa pejabat negara, serta berkunjung ke beberapa tempat lainnya di Jakarta. Sejak saat itulah Hare Krishna mulai berkembang di Indonesia. Hingga saat ini, terdapat kurang lebih 25 ashram besar dan kecil di seluruh Indonesia. Selain ashram terdapat juga pusat perkampungan dan pertanian Waisnawa di Lampung (seluas 75 hektar, telah memiliki fasilitas TK dan SD sendiri) dan di Kalimantan Tengah (seluas 120 hektar, dalam tahap pengembangan). Narayana Smrti Ashram yang berlokasi di Yogyakarta ini adalah salah satu dari kurang lebih 700 ashram serupa yang tersebar di seluruh dunia.

man-manä bhava mad-bhakto
mad-yäjé mäà namaskuru
mäm evaiñyasi satyaà te
pratijäne priyo ‘si me

“Berpikirlah tentang-Ku senantiasa, menjadi penyembah-Ku, bersembahyang kepada-Ku dan bersujud kepada-Ku. Dengan demikian, pasti engkau akan datang kepada-Ku. Aku berjanji demikian kepadamu karena engkau kawan-Ku yang sangat Kucintai (Gita 18.65)

yat karoñi yad açnäsi
yaj juhoñi dadäsi yat
yat tapasyasi kaunteya
tat kuruñva mad-arpaëam

Apapun yang engkau lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pertapaan apapun yang engkau lakukan lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan kepada-Ku, wahai putra Kunti. (Gita 9.27)

Siapakah Sri Krishna? Mengapa Sri Krishna dipuja sebagai Tuhan? Bukankah Sri Krishna hanyalah salah satu awatara atau inkarnasi dari Sri Wishnu? Bukankah selama ini, Sri Krishna dikenal hanya sebagai tokoh kepahlawanan dalam Epos Mahabharata? Tidakkah Sri Wishnu adalah salah satu dari Tri Murti dalam Hindu, yaitu Brahma, Wishnu, dan Siwa?
Untuk dapat memahami dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, diperlukan sebuah pengkajian dan penelaahan yang lebih mendalam dan menyeluruh terhadap konsep ketuhanan dalam kitab-kitab Weda, Purana, dan Upanisad.
Bila kita mempelajari dan mendalami uraian kitab-kitab Weda, Purana, dan Upanisad, maka akan dapat kita temukan begitu banyak sloka yang membenarkan bahwa Sri Krishna adalah Purna-Awatara, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam kitab Bhagavata Purana 1.3.28, dinyatakan bahwa Sri Krishna adalah sumber dari segala awatara. Setelah dalam sloka-sloka sebelumnya menguraikan berbagai wujud dan kegiatan rohani para awatara atau penjelmaan Tuhan yang jumlahnya tidak terhingga, Rsi Wyasa menyatakan :

ete cäàça-kaläù puàsaù
kåñëas tu bhagavän svayam
indräri-vyäkulaà lokaà
måòayanti yuge yuge

Semua penjelmaan tersebut di atas adalah penjelmaan yang berkuasa penuh, atau bagian dari bagian yang berkuasa penuh dari Tuhan, tetapi Sri Krishna adalah Kepribadian Tuhan Yang Asli. Semua penjelmaan itu muncul di berbagai alam semesta, kapanpun terjadi gangguan yang ditimbulkan oleh orang yang ateis. Tuhan menjelma untuk melindungi para penyembah-Nya.
Para Resi, para acarya, dan orang-orang yang sudah mencapai keinsafan diri pada zaman dahulu membenarkan kenyataan ini. Dalam kitab Bhagavad-gita, yang diakui sebagai kitab Weda Kelima (Pancama Weda), kedudukan Sri Krishna sangatlah jelas :

“Wahai Dhananjaya (Arjuna), tidak ada Kebenaran yang lebih tinggi daripada-Ku. Segala sesuatu bersandar kepada-Ku, bagaikan mutiara diikat pada seutas tali.” (Gita 7.7);



“Aku adalah sumber segala dunia rohani dan dunia material. Segala sesuatu berasal dari-Ku. Orang bijaksana yang mengetahui kenyataan ini secara sempurna menekuni bhakti kepada-Ku dan menyembah-Ku dengan sepenuh hatinya. (Gita 10.8)

sarvasya cähaà hådi sanniviñöo
mattaù småtir jïänam apohanaà ca
vedaiç ca sarvair aham eva vedyo
vedänta-kåd veda-vid eva cäham

“Aku bersemayam di dalam hati setiap makhluk. Ingatan, pengetahuan, dan pelupaan berasal dari-Ku; Akulah yang harus diketahui dari segala Weda, memang Akulah yang menyusun Wedanta, dan Akulah yang mengetahui Weda” (Gita 15.15)

arjuna uväca
paraà brahma paraà dhäma
pavitraà paramaà bhavän
puruñaà çäçvataà divyam
ädi-devam ajaà vibhum

ähus tväm åñayaù sarve
devarñir näradas tathä
asito devalo vyäsaù
svayaà caiva bravéñi me

“Arjuna berkata : Engkau adalah Kepribadian Tuhan Yang Mahaesa, tempat tinggal tertinggi, Yang Mahasuci, Kebenaran Mutlak. Anda adalah Yang Mahaabadi, Yang Rohani dan melampaui dunia ini, Kepribadian Asli dan tidak terlahirkan dan Yang Mahabesar. Semua resi yang mulia seperti Narada, Asita, Devala, dan Wyasa membenarkan kenyataan ini tentang Anda, dan sekarang Anda Sendiri menyatakan demikian kepada hamba.” (Gita 10.12-13)
Pemujaan Kepada Sri Krishna dan penjelmaan-penjelmaan-Nya (awatara) telah menjadi tradisi yang berlangsung sejak ribuan lalu di India. Dalam beberapa mazab Waisnawa, Sri Krishna dipuja dalam perwujudan-Nya sebagai Sri Wishnu. Selain itu, Sri Krishna juga dipuja dalam perwujudan-Nya sebagai Laksmi – Narayana. Pemujaan Sri Krishna dalam perwujudan Radha-Krishna merupakan pemujaan yang dilakukan dalam garis perguruan atau sampradaya Brahma-Madhva-Gaudiya Waisnawa dan berbagai sampradaya lainnya.