Minggu, 22 Agustus 2010

DI MANAKAH LEVEL ANDA

DI MANAKAH LEVEL ANDA
Orang yang suka menyalahkan orang lain, gemar mencari-cari “kambing hitam”, pada saatnya nanti dalam kesendirian ia menghadapi kekalahan terbesarnya. Dan pada saat itu tiada seorang pun yang peduli lagi dengan dirinya.
I. HIDUP DI LEVEL DASAR
Perjuangan hidup di dunia ini, diawali manakal Anda masuk usia aqil-baliq, atau usia pubertas. Dengan asumsi perjuangan hidup manusia ditandai dengan pengendalian mati-matian terhadap gejolak hawa nafsu negatif. Dengan kata lain setan telah mulai bekerja untuk selalu menggoda iman manusia. Namun saya pribadi lebih percaya bahwa setan itu bukanlah makhluk gaib gentayangan, melainkan hawa nafsu negatif kita sendiri. Sekilas pandangan saya tampak kontroversial, namun Anda dapat merenungkan kalimat saya, lihat saja anak kecil atau usia kanak-kanak mengapa tidak diganggu “setan”, tidak lain karena pada usia kanak-kanak hawa nafsu belumlah bekerja sebagaimana manusia dewasa. Meskipun demikian, hawa nafsu ibarat pisau bermata dua, dapat bersifat positif yang lembut namun tiba-tiba bisa berubah menjadi destruktif dan agresor meluluhlantakkan nurani Anda. Namun ia bukanlah sesuatu yang harus Anda musuhi bahkan tidak perlu dilenyapkan dari dalam diri. Bukankah Anda bisa bertahan hidup karena Anda memiliki hawa nafsu biologis dan psikhis. Anda dapat melangsungkan regenerasi berkat jasa si hawa nafsu pula. Hawa nafsu positif telah berjasa membangkitkan hasrat dan keinginan Anda, untuk bangkit dalam semangat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mulia. Hanya saja jenis hawa nafsu liar yang tak terkendali (negatif) akan menjadi mesin penghancur sangat dahsyat. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengendalian hawa nafsu sebaik-baiknya.
Setelah usia beranjak dewasa, hawa nafsu mulai bekerja sebagaimana mestinya. Lantas Anda akan memiliki banyak kemauan, menginginkan suatu pencapaian (need of achievement) menjadi yang terbaik. Mula-mula Anda tidak puas dengan keadaan hidup ini. Ketidakpuasan akan berdampak menimbulkan berbagai macam hasrat. Hasrat adalah suatu keadaan yang wajar, tanpa hasrat yang cukup besar terhadap kualitas dan kuantitas pencapaian hidup maka tak akan ada motivasi untuk bertindak. Anda dapat membayangkan sendiri apa yang akan terjadi bila tidak melakukan sesuatu apapun dalam kehidupan di planet bumi ini. Anda tidak tumbuh, mandeg, mundur, lalu mengalami kepunahan yang tragis. Dalam tindakan spontan pun di dalamnya ada kehendak bawah sadar, misalnya Anda merasa kantuk lalu ingin tidur. Anda terkejut oleh keberadaan ular berbisa lalu meloncat ketakutan. Kehendak atau hasrat adalah rumus Tuhan, atau hukum alam, sunatullah yang dianugerahkan kepada manusia. Oleh karena itu adanya kehendak atau hasrat merupakan keharusan bagi manusia yang berani hidup (strugle of life).
Dalam level dasar ini, keberhasilan yang Anda raih diakumulasi menjadi semangat yang semakin membara. Semangat yang serempak menggelora dalam diri, meliputi dari dalam hati, pikiran, lalu Anda ikrarkan dengan lantang, selanjutnya Anda wujudkan dalam tindakan nyata. Di satu sisi, hal itu menjadi doa yang tak terucap sepanjang waktu, sepanjang Anda tertantang mewujudkan hasrat. Rasa lapar dan ingin memiliki sesuatu (kebutuhan primer dan sekunder), keduanya menjadi bahan bakar utama dalam mewujudkan kehendak, cita-cita dan harapan. Begitulah Anda telah menuju titik awal yang baik dalam mewujudkan hasrat, keinginan dan harapan. Sampai pada suatu saat Anda benar-benar mendapatkan apa yang Anda inginkan. Maka rasa puas, marem, bangga diri akan dirasakan. Tidak berhenti di situ, selanjutnya Anda tentu ingin mencapai lebih dari pada yang telah Anda dapatkan sekarang.
Keadaan yang kontradiktif ! Dalam tahap keberhasilan ini terkadang Anda justru merasakan sindrom keresahan, kebingungan, menderita, dibanding keadaan sebelumnya semasa dalam ketidak-punyaan. Kekhawatiran akan menjadi semakin besar hanya dengan hanya membayangkan andaikan saja Anda mengalami kejatuhan, kebangkrutan, tertipu, kegagalan, kehilangan harta, sakit berat, kehilangan orang-orang terkasih. Untuk menghilangkan kecemasan yang datang bertubi Anda menyiapkan segala macam sarana pendukung untuk menciptakan ketenangan. Begitulah seterusnya anda berada dalam hegemoni (penguasaan) hasrat anda yang sebenarnya semu bagaikan fatamorgana dan jatuh bangun mengejar bayang-bayang Anda sendiri.
Semua hasrat dan keinginan-keinginan Anda di atas barulah pada tahap paling dasar yakni kebutuhan ragawi. Lantas suatu ketika Anda sungguh menyadari bahwa keberhasilan yang diraih tidak benar-benar membuat tenteram dan bahagia. Anda sadar bahwa apa yang berhasil diraih tidaklah langgeng, kepuasan dan rasa bangga hanyalah bersifat sementara saja. Bersyukurlah Anda bila menyadari sebab musabab kegelisahan, keresahan, dan kekhawatiran Anda. Karena cahaya kebenaran Tuhan telah mulai menerobos ke dalam kesadaran kalbu. Anda menjadi manusia yang sangat beruntung, karena alam menaruh peduli dengan Anda, hukum alam menyadarkan dan membimbing Anda agar supaya beranjak dari pencapaian yang sesungguhnya kecil namun selama ini Anda anggap suatu kesuksesan besar dalam kehidupan Anda. Harta yang melimpah, pasangan hidup yang mengangkat gengsi, tahta dan jabatan yang tinggi, dan gemerlapnya “perhiasan dunia” yang berhasil Anda raih adalah pencapaian atau kesuksesan yang teramat kecil dalam kesejatian hidup. Anda harus segera menyadari, adalah pencapaian yang jauh lebih berharga dalam kehidupan ini, yakni pencapaian kebahagian dan ketenangan batin.
II. HIDUP DI PERSIMPANGAN JALAN
Level kedua di mana Anda tersentak disadarkan oleh suatu peristiwa yang memukul kesadaran Anda sebelumnya. Seringkali terjadi manakala Anda mengalami suatu pengalaman unik (unique experience) atau kejadian yang dramatis dalam kehidupan pribadi. Misalnya Anda kehilangan harta, kebangkrutan ekonomi, kegagalan usaha, kehilangan jabatan, kehilangan orang terdekat yang Anda cintai, gagal dalam persaingan bisnis atau popularitas, dan Anda betul-betul menjadi orang kalah. Semua hal yang selama ini dibanggakan dan diandalkan, dianggap sebagai simbol kekuatan dan kejayaan, kemegahan dan kesuksesan, kehormatan dan kemuliaan, tiba-tiba terjungkir dan Anda betul-betul berada di bawah. Semua itu mengakibatkan Anda mengalami sakit hati yang sangat dalam, merasa terpukul, kehilangan semangat, putus asa, atau kemurkaan yang begitu membakar emosi dst. Setiap manusia suatu ketika pasti mengalami penderitaan ini. Keadaan akan membuat Anda bingung harus berencana dan bertindak bagaimana untuk keluar dari masalah. Anda terperangah lantas mulai meragukan segala ilmu, teori, konsep, kepercayaan, keyakinan yang Anda anut dan andalkan selama ini. Keadaan menjadi anomali, di mana orang merasa kehilangan arah dan pegangan hidup. Anda mulai meninggalkan nilai-nilai lama, sementara nilai baru belumlah Anda patenkan sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan yang baru yang betul-betul meyakinkan. Bila Anda mampu bangkit, pertama-tama akan melakukan kontemplasi, otokritik, mawas diri, dan menemukan sesuatu yang salah pada diri Anda sendiri, lantas sesegera me-reset ulang MIND-SET Anda dalam memandang apa arti kehidupan ini. Bagaikan semangat renaissance, kebangkitan kebali ditandai kesadaran untuk memulai suatu perjalanan batin, dengan apa yang dinamakan sebagai “laku prihatin” dapat diakronimkan rasa perih dalam batin. Rasa perih sebagai menjadi titik awal menuju keindahan batin. Sebaliknya, tanda-tanda bila akan tenggelam dalam kegagalan total bilamana Anda gemar menyalahkan orang lain, sibuk mencari-cari “kambing hitam”, giat mencari benarnya sendiri, butuhnya sendiri, menangnya sendiri. Anda enggan mengakui kelemahan diri sendiri, malah kembali menyalahkan nasib terlampau sial. Memang nasib sial datang dari mana ? Dari Tuhankah ? Tidak, Tuhan jangan dijadikan obyek penderita ! Nasib buruk adalah berasal dari kecerobohan diri sendiri. Seyogyanya kegemaran menyalahkan pihak lain segera dihentikan sekarang juga. Karena teramat sangat bahaya bagi diri sendiri maupun orang lain. Jika Anda tak mampu menghentikannya, tunggu saja hingga pada saatnya nanti Anda berada dalam kesendirian, akan menghadapi kekalahan terbesar. Celakanya, pada saat itu tiada seorang pun yang peduli lagi dengan diri Anda.
Feed Back
Kini keadaannya sangat berubah, segala hal yang Anda buru dengan semangat bagai api membara dan disangka sangat membahagiakan mendadak terasa hambar dan kosong. Kehidupan sehari-hari didominasi oleh perasaan akan keadaan yang penuh pahit dan getir. Anda yang ingin bangkit berusaha survival dan mencoba banting stir, perburuan beralih dari mengejar kejayaan dan sesuatu yang membanggakan menuju upaya jujur. Saat itu Anda melangkahkan hati memasuki kerajaan batin yang jauh tersembunyi dalam keheningan batin. Sebagaimana pengetahuan spiritual dan religi yang pernah Anda baca, dengar dan ketahui dari kisah-kisah hidup yang dialami orang lain, dari teman, dari berbagai referensi buku, dan senandung ayat-ayat dalam Kitab Suci. Hidup berubah arah 1800, mungkin bagi orang-orang yang sering berinteraksi, melihat diri Anda mendadak berubah menjadi orang soleh dan tidak mau neko-neko menjalani kehidupan ini.
Di saat anda menelusuri jalan setapak menuju kerajaan batin kadang terhalang oleh suatu kendala paling besar yang justru datang dari dalam diri pribadi. Sebagian orang telah menyangka, sebagian lagi terhenyak saat menyadari betapa diri terlalu lemah, pongah, takabur dan merasa sudah menjadi manusia paling benar, yakin diri sudah menjadi manusia soleh atau solihah. Dalam kesadaran rasio dan batin, seringkali orang merasa mencapai suatu tataran yang tinggi, merasa banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan. Lantas memandang ilmu dan pengalaman orang lain lebih rendah dan kurang bermutu. Selanjutnya muncul sikap suka meremehkan, memandang sebelah mata kemampuan dan pengetahuan orang lain. Berburuk sangka, mudah memfonis secara sepihak atas perbuatan orang lain, dan tergesa mengambil kesimpulan akan suatu wacana. Itulah kelemahan terbesar manusia yakni manakala menghadapi musuh dalam selimut jasad berupa egosentrisme yang erat kaitannya dengan hawa nafsu negatif. Namun suatu ketika perjalanan hidup Anda akan merubah kesadaran rasio dan batin. Lantas Anda merasa malu dan geli menyadari betapa kemarin dan tempo hari kesadaran Anda ternyata sangat dangkal namun justru sering memfonis jalan hidup orang lain sebagai cara yang buruk dan tidak benar. Pada saat kesadaran diri merambah rasio, jika dianalogikan seumpama Anda berada di dalam ruang tanpa cahaya matahari, semua obyek yang ada di dalam ruang tetap tampak jelas dari pandangan mata Anda. Namun pada saat sinar mentari pagi menerobos masuk ke dalam ruangan, dan mendadak Anda menyadari bahwa udara di dalam ruangan penuh dengan butir debu. Dalam sorotan cahaya mentari yang menyibak keremangan itu, Anda melihat butiran debu tampak pekat beterbangan. Lantas Anda bergidik, merasakan berjuta debu masuk ke dalam lubang hidung Anda. Pada saat itu Anda sedang dibangunkan dari ketidaksadaran, ditatap balik oleh ketidakmampuan dan keraguan diri Anda sendiri. Inilah tahap yang memicu revolusi kesadaran, dari kesadaran rasio (akal-budi) beranjak kepada kesadaran batin. Akan tetapi resiko terbesar justru pada tahap ini. Tahap yang penuh marabahaya dan ancaman.
Gerak dari tahap pertama ke tahap kedua terjadi berkat anugrah Tuhan. “Guru sejati” Andalah yang menyadarkan ada apa dengan jati diri atau kepribadian Anda. Tuhan telah menyungkurkan kesadaran Anda ke arah wajah kotor Anda sendiri. Anda barulah menyadari bahwa selama ini ibarat katak dalam tempurung. Ibarat orang buta memegang gajah. Kebenaran dan kebaikan yang Anda ketahui hanyalah parsial, dan Anda telah melakuka kesalahan terbesar dengan berani menyimpukan atau membuat generalisasi sesuatu berdasarkan secuil data yang tidak akurat. Untuk memudahkan saya istilahkan seorang Doktor lulusan SD, Anda pribadilah yang menilai diri sebagai seseorang yang penuh ilmu pengetahuan. Sementara Anda tidak menyadari ternyata orang-orang di sekitar Anda tertawa geli melihat tingkah tak waras tersebut. Selanjutnya tergantung Anda sendiri, apakah akan mampu dan behasil menemukan jalan untuk melanjutkan ke tahap tiga atau tidak. Sangat banyak orang yang akhirnya tertahan berhenti pada tahap kedua ini, menjadi orang-orang kalah, dan hanya menuai keterpurukan hidup semata.
Tak bisa dielakkan, tahap kedua merupakan tahap seleksi yang harus Anda lalui agar dapat masuk ke dalam tahap tiga dan mengalami tingkat keberhasilan lebih tinggi dan murni. Banyak kisah keberhasilan yang diraih oleh orang-orang besar dan populer, yang merupakan keberuntungan sementara saja. Akan tetapi tak ada seorangpun yang meraih keberhasilan sejati dan abadi dengan mewariskan kemajuan dan kebaikan bagi kehidupan seluruh makhluk di dunia ini, tanpa melewati pesimpangan jalan tahap dua. Pada saat ini Anda telah menuju jalan memenuhi takdir Anda, apakah akan tersungkur, ataukah berhasil menggapai kehidupan yang sejati, merdeka dan sejahtera lahir dan batin. Saat itulah Anda sedang duduk di singgasana batin yang menentramkan dan membahagiakan.
III.MENEMUKAN HIDUP SEJATI
Sebagai hukum alam atau rumus Tuhan Yang Maha Agung, bahwa sesuatu yang sudah seharusnya menjadi milik Anda tidak dapat dirampok, ditunda, atau dihentikan orang lain. Anda tahu bahwa sumber keberhasilan Anda tidak tergantung pada orang atau situasi tertentu, tetapi pada diri pribadi Anda. Selama perbuatan-perbuatan tetap sinergis dengan rumus-rumus Tuhan atau harmonis dengan hukum alam, di situlah kemanunggalan Anda yang berada dalam kehendak atau rumus Tuhan, yang akan membawa Anda pada keberhasilan yang sejati. Seumpama Anda menghanyutkan diri ke dalam sungai, maka energi yang mengantarkan Anda menuju samudra keberuntungan bukanlah kehendak Anda, namun energi sungai itu sendiri telah menghanyutkan Anda ke arah yang tepat. Anda menyadari bahwa perbuatan Anda pada waktu yang lalu dan hari ini menjadi faktor penentu untuk nasib kesuksesan Anda di masa yang akan datang. Dalam terminologi Jawa dikenal sebagai tapa ngeli, yakni menghanyutkan diri ke dalam “sungai” mengikuti aliran air (kehendak Tuhan) agar dapat bertemu dengan “muara” keberhasilan hidup, lantas masuk ke dalam “samudra” anugrah kemuliaan yang sesungguhnya, meliputi lahir dan batin. Sebaliknya adalah tindakan yang melawan kodrat. Diumpamakan sebagai tindakan “mengikuti air bah”, meninggalkan samudra anugrah dan keberuntangan, menerjang daratan, membuat kerusakan dan merugikan makhluk hidup lainnya.
Hidup bukanlah sesuatu yang bersifat instan, namun memerlukan proses panjang yang menuntut kecermatan (eling & waspada) Anda dalam melangkahkan kaki setapak demi setapak. Agar supaya benar-benar dapat membedakan mana “air-bah” dan mana bukan “air-bah”. Bila pilihan jatuh pada jalan yang tepat, baik dan benar, Anda melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai dan selaras dengan “kehendak” Tuhan dan pada gilirannya Anda mengesampingkan hasilnya, waktu demi waktu. Proses jauh lebih penting daripada hasil. Dalam “spiritualitas” sepak bola, dikatakan : yang penting bermain benar dan cantik, soal hasil nomor dua. Proses adalah keutamaan spiritual yang tertanam dalam kerajaan batin, sedangkan skor sebagai hasil akhir adalah materi. Mind set Anda saat ini telah memahami bahwa proses yang baik, tepat dan benar merupakan modal utama. Selanjutnya segala hal yang telah Anda kerjakan pada akhirnya dan sudah pasti akan menghasilkan kesempurnaan material dan spiritual.
Tahap Ini merupakan kehidupan tingkatan lanjut sehingga tampak aneh atau mustahil bagi orang yang masih tertahan di tahap sebelumnya. Tetapi yakinlah bahwa keadaan ini ada pada semua manusia, yang telah mengerjakan perjalanan menuju kerajaan batin. Dan keadaan ini bersemayam dalam jiwa setiap orang. Masihkan Anda menunggu-nunggu mendapat cahaya Tuhan ? Sebagian orang menanti-nanti “uluran tangan” Tuhan, sementara itu tangan Tuhan sudah berada di dalam dada dan batin Anda sendiri. Bila Anda selalu menunggu bola, bisa jadi bola tak kunjung datang sampai ajal menjemput. Cahaya Tuhan tidak untuk dinanti, namun harus dicari. Dan hanya sedikit orang yang berani menjemput cahaya Ilahi yang berada nun jauh di dalam tata ruang batin. Sebagian besar takut akan doktrin-doktrin yang menakut-nakuti Anda. Kekhawatiran akan terjebak ke dalam kesesatan, jatuh ke dalam pelukan setan, dan tercebut ke dalam neraka jahanam dst. Ketakutan dan kekhawatiran yang telah menghegemoni alam bawah sadar Anda. Padahal setan itu tidak lain adalah kiasan dari nafsu negatif Anda sendiri, dan “neraka” sudah ada sejak Anda hidup di dunia ini. Maka, sebelum Anda mengawali perjalanan ke tahap tiga, diperlukan sebuah katarsis, penyucian kehendak, pemrograman ulang akan pola pikir (mind set) terhadap alam bawah sadar. Salam asah asih asuh (sabdalangit)