Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 10 CINTA KASIH DAN PENGORBANAN, OBAT UNTUK AMARAH DAN NAFSU

PERCAKAPAN 10
CINTA KASIH DAN PENGORBANAN, OBAT UNTUK AMARAH DAN NAFSU

________________________________________

Amarah lahir dari nafsu. Nafsu timbul dari pikiran. Karena itu, pikiranlah yang bertanggung jawab atas amarah dan nafsu. Engkau tidak dapat memperoleh kain tanpa benang dan benang tanpa kapas, demikian pula engkau tidak dapat memperoleh amarah tanpa nafsu, dan nafsu tanpa pikiran. Dalam Gita, Guru Dewa menamakan nafsu dan marah itu analam, secara harfiah artinya 'api'. Ada bahaya terkena panasnya api walaupun api itu agak jauh dari engkau. Bila api yang menyala di luar dirimu berbahaya, maka betapa engkau harus lebih berhati-hati bila api itu berkobar dalam hatimu. Api hawa nafsu dan amarah ini mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa untuk menghancurkan seluruh kualitas manusia dan memadamkan percikan ketuhanan yang ada dalam hatimu sehingga hanya sifat setan yang masih ada. Api nafsu ini tidak mempunyai tujuan jangka panjang; ia tidak akan reda setelah mencapai suatu tujuan; sebaliknya, ia tidak pernah merasa puas. Seleranya yang menggelora tak kunjung padam. Bahan bakar apa pun engkau masukkan ke dalam api, entah kayu, minyak, atau yang lain-lain, tidak akan pernah cukup Kata alam berarti 'kepuasan', dan analam artinya 'tanpa kepuasan'. Api nafsu dan amarah ini yaitu analam, tidak mengenal kepuasan sama sekali.
Hampir semua barang di dunia ada batasnya, tetapi lapar api ini tidak mempunyai batas sama sekali. Karena sifatnya seperti itu, bagaimana cara mengendalikannya? Tuhan berkata dalam Gita, "Engkau dapat menaklukkan nafsu dengan penyangkalan diri dan pengorbanan." Di mana ada cinta kasih, di sana tidak akan ada amarah. Jika engkau mengembangkan cinta kasih, tidak akan ada tempat di hatimu bagi kebencian dan amarah. Hati itu ibarat kursi untuk satu orang, hanya dapat diisi dengan satu kualitas, kualitas lain tidak dapat masuk atau mendudukinya pada saat yang sama. Seorang pengabdi harus berusaha membina kasih dalam hatinya. Jika engkau hendak menaklukkan amarah dengan cinta kasih, engkau harus mengembangkan cinta kasih dengan cara yang mulia. Cinta kasih selalu bersedia memancar bebas, memaafkan atau mengabaikan cacat cela dan kelemahan orang lain. Cinta kasih mempunyai kualitas yang luar biasa, ia hidup dengan memberi dan memaafkan, sedangkan ego atau sang 'aku kecil' hidup dengan memberi dan memaafkan, sedangkan ego atau sang 'aku kecil' hidup dengan mendapat dan melupakan. Di mana ada cinta kasih, tidak ada tempat bagi egoisme, dan di mana ada egoisme, tidak akan ada cinta kasih.
Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang tidak dapat kau capai bila engkau memancarkan cinta kasih. Dengan cinta kasih engkau dapat mengatasi segala hambatan. Karena itu, untuk mengalahkan amarah secara tuntas, engkau harus mengisi hatimu dengan cinta kasih dan menjadikan kasih sebagai suatu kemampuan yang berpengaruh atau paling penting dalam hidupmu. Bila engkau menyadari bahwa penghuni hatimu adalah penghuni setiap hati manusia, bahwa Tuhan yang kau puja yang duduk di singgasana hatimu juga bersemayam dalam setiap hati manusia maka tidak mungkin engkau bisa membenci atau marah pada siapa pun juga di dunia ini. Bila Tuhan Yang Esa itu ada dalam setiap hati manusia, bagaimana mungkin engkau memandang rendah dan menghina orang lain. Karena itu, penuhilah dirimu dengan kasih dan binalah hingga tak terhapuskan lagi dari dalam hatimu.
Seperti telah diutarakan sebelumnya oleh Swami, bila cinta kasih dikaitkan dengan pikiran, ia menjadi kebenaran, bila cinta kasih dijadikan dasar perbuatan, perbuatanmu menjadi dharma, bila perasaanmu dijiwai oleh cinta kasih, hatimu penuh dengan kedamaian yang tertinggi, dan bila engkau menjadikan cinta kasih sebagai penuntun pengertian dan cara berpikirmu, maka akal budimu akan dijiwai oleh sikap tanpa kekerasan. Karena itu, kasih adalah kebenaran, kasih adalah kebajikan, kasih adalah kedamaian, kasih adalah tanpa kekerasan. Semua sifat yang agung itu didasari oleh cinta kasih. Jika pikiranmu tidak dijiwai oleh cinta kasih, tidak akan ada kebenaran. Jika cinta kasih tidak menjiwai perbuatanmu, tidak akan ada dharma. Jika engkau tidak merasakan cinta kasih dalam hatimu, tidak akan ada kedamaian. Dan jika engkau tidak melandasi pikiranmu dengan cinta-kasih, tanpa kekerasan tidak akan menetap dalam akal budimu. Jadi, seperti gula adalah bahan baku dari segala macam gula-gula, demikian juga cinta kasih adalah bahan pokok untuk sathya 'kebenaran', dharma 'kebajikan', shanti 'kedamaian', dan ahimsa 'tanpa kekerasan. Cinta kasih adalah ketuhanan itu sendiri. Cinta kasih adalah Tuhan dan Tuhan adalah cinta kasih. Cinta kasih adalah kemampuan Tuhan yang menghidupkan segala-galanya. Dengan cinta kasih engkau dapat dengan mudah mengalahkan kebencian dan kemarahan. Karena itu, hiduplah selalu dalam kasih.
Amarah dapat menjadi sumber bermacam-macam kesulitan dan menghadapkan engkau pada masalah yang tak terhitung banyaknya. Ia menghancurkan kewibawaanmu dan meruntuhkan prinsip kemanusiaan pada dirimu. Mula-mula amarah masuk dalam bentuk yang sangat halus dan lambat laun memenuhi semuanya. Pada mulanya ketika ia masuk, ia hanya minta tempat yang kecil. "Berilah aku tempat duduk sedikit saja," katanya. Bila sudah mapan, ia berkata, "Sekarang aku akan membuat tempat untuk berbaring dan tinggal di sini." Tetapi, sifat buruk semacam itu jangan kau beri tempat sedikit pun di dalam hatimu. Sekali kau biarkan rasa marah memasuki dirimu, tidak akan mungkin menyingkirkannya. Walau kau jadikan dia teman dan kau beri uang lima juta rupiah ia tidak akan mau meninggalkan engkau. Ia adalah racun paling berbahaya yang tidak boleh kau beri tempat berpijak sedikit pun dalam dirimu.
Pada mobil, lampu belakang terus memberi tanda (peringatan) sebelum mobil berhenti. Demikian pula sebelum kemarahanmu meledak, matamu menjadi merah, bibirmu gemetar, dan seluruh badan menjadi panas. Pada saat engkau menunjukkan gejala ini, sebaiknya tinggalkan segera tempat itu dan carilah tempat yang sepi lalu duduklah sampai perasaanmu tenang kembali. Seperti telah Kukatakan kemarin, dapat juga engkau mandi air dingin. Bila rasa marah dinyatakan dalam kata-kata, hal itu dapat menimbulkan komplikasi dan masalah yang tidak ada habis-habisnya kelak. Walaupun marahmu dapat dibenarkan dan untuk mempertahankan kebenaran, engkau tetap harus belajar untuk mengatakan kebenaran itu dengan cara yang manis yang simpatik, dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain, tanpa menyakiti perasaan orang lain. Karena itu, setiap pengabdi harus belajar mengendalikan amarahnya dengan mengembangkan dan mengisi hatinya dengan cinta kasih.
Sekarang baiklah kita bicarakan tentang bagaimana mengatasi nafsu. Untuk mengalahkan nafsu engkau harus mengembangkan sifat suka berkorban, engkau harus benar-benar mempraktekkan penyangkalan diri. Penyangkalan diri tidak berarti bahwa engkau meninggalkan keluarga dan pergi ke hutan; juga tidak berarti bahwa engkau harus meninggalkan harta bendamu dan menjadi pertapa. Sesudah engkau menyadari cacat suatu benda, sesudah engkau mengetahui sifat kesementaraannya dan bahwa ia tidak berguna dalam usahamu mencapai tujuan, dengan sendirinya engkau tidak akan menginginkannya lagi, bahkan pada waktu menempuh hidup berumah tangga yang penuh dengan kesibukan duniawi, engkau dapat mengetahui cacat dan kelemahan hal-hal yang bersifat duniawi. Umpamanya, barangkali ada makanan tertentu yang sangat kau sukai, mungkin di piringmu telah tersedia beraneka ragam hidangan yang terbuat dari makanan itu, dan engkau telah siap akan menyantap dengan penuh selera, tetapi tiba-tiba juru masak datang dan berkata. "Tuan, jangan makan hidangan itu, ada serangga beracun yang jatuh dan mati di dalamnya." Begitu engkau mendengar hal ini dan tahu kalau makanan itu berbahaya bila dimakan, engkau tidak akan mau memakannya sekalipun sebelumnya engkau sangat menyukai hidangan itu dan ingin sekali menikmati.
Begitu pula engkau harus mengetahui sifat atau keadaan benda-benda duniawi. Mereka terus mengalami perubahan dan pada suatu saat kelak tidak ada lagi. Setelah menyadari hal ini, bagaimana mungkin engkau tetap ingin mendapatkan dan ingin terus menikmatinya? Makanan hanyalah obat untuk penyakit yang disebut lapar. Bagaimana mungkin hal ini dapat menjadi kegemaran yang mewah? Bila engkau sakit dan diberi obat, apakah engkau akan menolaknya jika obat itu terasa tidak enak? Karena itu, ketahuilah kenyataan bahwa benda-benda yang kau pergunakan di dunia ini semata-mata obat untuk penyakit yang kau derita.
Bila penyakit akan sembuh, kebutuhan akan obat berkurang. Bila engkau sehat engkau sama sekali tidak perlu minum obat; tetapi bila engkau harus minum obat yang tepat yang dapat menyembuhkan penyakit. Engkau tidak bisa menolak obat hanya karena kurang enak dan kurang sedap cita rasanya, tetapi ingin supaya sembuh. Sekarang engkau mengejar berbagai hal yang menarik dan enak yang tidak akan menyembuhkan penyakitmu, tetapi sebaliknya akan membahayakan. Engkau gembira karena engkau mengalami hal-hal yang menyenangkan di dunia dan hidupmu sangat senang menikmati berbagai hal yang tampaknya memberimu kesenangan hidup dan kegembiraan. Tetapi semua itu bukan kesenangan yang sejati karena kelak engkau pasti harus menghadapi akibatnya jika sekarang engkau mengumbar dirimu.
Bayangkan sebuah pohon dengan cabang-cabangnya yang berbunga dan berbuah lebat. Pohon itu kelihatan hebat dan menarik. Pada suatu hari pohon ini mengering dan kembangnya berguguran. Apakah karena kekurangan air atau pupuk? Apakah karena lalai memberi makan? Tidak, ada semacam hama yang menyerang akarnya dan mematikan pohon yang indah ini. Demikian pula bila engkau membiarkan hawa nafsu dan kebencian memasuki hatimu, maka pada suatu hari engkau akan hancur secara tiba-tiba. Hal ini pasti terjadi.
Dalam dunia yang fana ini engkau mengira bahwa orang kaya adalah orang yang sangat penting, tetapi dalam dunia spiritual kekayaan duniawi tidak ada artinya. Amal kedermawanan adalah sifat yang jauh lebih besar artinya daripada segala harta kekayaan. Jika tidak ada amal kedermawanan, harta kekayaan tidak ada nilainya sama sekali. Engkau mempunyai empat anak, masing-masing akan meminta hartamu. Yang pertama adalah amal kedermawanan. Yang kedua adalah pemerintah. Yang ketiga pencuri. Dan yang keempat api. Masing-masing ingin mewarisi kekayaanmu, tetapi jika engkau serahkan seluruh kekayaan kepada anak pertama, yaitu amal kedermawanan, maka yang lain tidak akan mendapat bagian. Bila kau dermakan dengan tulus dan ikhlas untuk amal, engkau akan melihat bahwa ketiga lainnya akan menghargai keputusanmu dan tidak akan menuntut hak mereka.
Umpamanya kita mengetahui bahwa pemerintah memberikan pembebasan pembayaran pajak penghasilan bila kita menyumbang untuk amal. Bahkan api pun akan takut kepadamu dan pencuri tidak akan mengganggu engkau. Jadi, bila engkau memberi untuk amal yang diibaratkan sebagai putra yang patut menerima warisan, maka lain-lainnya yang mestinya akan berusaha menuntut kekayaanmu akan menghormati tindakanmu dan tidak ingin mengganggu. Tetapi, bila engkau memiliki harta benda dan tidak melakukan amal kedermawanan, pencuri akan melirik kekayaanmu dan pemerintah juga akan berusaha mengambil bagian dari kekayaanmu itu. Jika mereka berdua karena suatu hal tidak dapat berbuat apa-apa, maka pada suatu hari api akan membinasakan milikmu itu. Karena itu Gita telah menyimpulkan bahwa amal kedermawananlah yang sesungguhnya amat penting, bukan kekayaan.
Begitu pula dalam kehidupan manusia, bukan kefasihan berbicaralah yang penting, melainkan kebenaran yang diucapkan. Jika tidak akan ada kebenaran dalam ucapanmu maka apa pun yang kau katakan tidak akan ada nilainya sama sekali. Gita juga mengajarkan bahwa bukan hidup itu sendiri yang penting, melainkan watak yang baik. Hidup tanpa watak yang baik tidak ada gunanya. Engkau harus mengembangkan watak yang baik dan memperoleh nama yang harum sehingga asas kemanusiaan akan bersinar dalam dirimu. Tugasmu yang amat penting adalah mempunyai pikiran yang baik, perbuatan yang baik, berbicara yang baik, dan hidup yang benar. Engkau harus sangat berhati-hati dengan kata-kata dan perbuatanmu sehingga engkau tidak mendapat nama yang buruk. Daripada hidup seratus tahun sebagai gagak pemakan bangkai binatang lain, jauh lebih baik hidup beberapa saat sebagai angsa dengan nama yang tidak tercela dan watak yang tak bernoda. Gita menamakan manusia yang mulia itu yang hidupnya penuh dengan kebaikan, adalah seorang Paramahamsa (manusia yang sangat suci).
Perbuatan yang baik jauh lebih penting daripada kemampuan fisik. Badan yang tidak digunakan untuk membantu orang lain tidak ubahnya seperti mayat. Gunakanlah badanmu untuk mengabdi umat manusia, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhanmu sendiri yang egois. Dewasa ini apa pun yang dilakukan, dipikirkan, atau diucapkan oleh seseorang, terutama terdorong oleh kepentingan diri sendiri. Untuk mengatasi kecenderungan ini engkau harus selalu mencari kesempatan untuk menolong orang lain dan mengembangkan prinsip bhakti sosial ini. Dalam proses ini, dengan perbuatanmu yang baik, seluruh umat manusia akan tersucikan. Sangat sulit untuk lahir sebagai manusia. Engkau harus merenungkan bagaimana caranya memanfaatkan dengan baik kesempatan hidup yang langka ini yang telah dikaruniakan kepadamu, serta mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik yang akan dapat mengatasi kelemahan nafsu dan amarah yang menyebabkan tersia-sianya kesempatan baikmu ini. Bagaimana caranya mengatasi kebiasaan buruk yang telah mengakar dan menggantikannya dengan kebiasaan baik? Ada sebuah contoh.
Pada suatu hari seekor anjing yang bagus kebetulan masuk ke rumahmu; engkau tidak tahu siapa pemiliknya. Binatang itu sangat menarik. Agar ia mau diam sebentar dan engkau dapat menikmati keindahannya, engkau beri anjing itu makanan. Keesokan harinya kira-kira pada waktu yang sama anjing itu datang lagi dan kau beri makan lagi karena engkau senang dikunjung olehnya. Demikianlah setiap hari anjing itu datang untuk mencari makanan dan lambat laun setelah beberapa lama, rasa sayangmu bertambah dan anjing ini datang secara teratur serta tinggal lebih lama di rumahmu. Suatu saat, ia tidak mau pergi lagi dan sejak waktu itu ia terus tinggal di rumahmu. Tetapi kebahagiaan yang kau nikmati dengan melihat keindahan fisik tidak berlangsung lama; setelah keindahan itu tidak lagi diikuti oleh kebahagiaan, engkau merasa muak. Dalam hal anjing ini, engkau bosan melihatnya terus menerus, lalu engkau mencari akal untuk membebaskan diri dari anjing tersebut.
Mula-mula engkau harus bertanya kepada dirimu sendiri mengapa anjing itu menyukai engkau dan sekarang tinggal di rumahmu. Sebabnya adalah dari sejak semula engkau memberinya makan setiap hari, engkau juga membelainya, mengaguminya dan sangat memperhatikannya. Perbuatan yang berulang setiap hari inilah yang menimbulkan keterikatan antara engkau dan anjing itu. Sekarang engkau harus mengembangkan kebiasaan yang baru (abhyasa) yang akan memutuskan keterikatan ini dan membantumu menyingkirkan anjing itu. Untuk ini cara yang terbaik adalah membalik proses semula yang telah menimbulkan keterikatan dan membuat engkau sangat cinta kepada benda itu.
Dalam masalah anjing ini, jika ia tidak diberi makan selama beberapa hari dan semua orang tidak mengacuhkannya, tidak memperhatikannya sama sekali, maka anjing itu akan segera pergi dengan kemauannya sendiri. Karena itu, kebiasaanlah yang penting, melalui kebiasaan engkau mengembangkan beberapa keterikatan tertentu dan memperoleh sifat-sifat yang tidak diinginkan, dan melalui perbuatan yang berulang-ulang juga engkau dapat mengubahnya. Bhagawad Gita mengatakan bahwa segala kebiasaan dimulai dengan berbuat. Bab Bhakti Yoga ayat keduabelas mengatakan, "Melalui latihan engkau dapat memperoleh ilmu pengetahuan, melalui ilmu pengetahuan engkau dapat menjalankan meditasi, melalui meditasi engkau dapat menumbuhkan semangat pengorbanan, dan hanya bila engkau telah melakukan pengorbanan engkau akan mendapat kedamaian batin." Karena itu, segala sesuatu dimulai dengan abhyasa atau perbuatan yang berulang-ulang.
Selama berkali-kali kelahiran engkau telah terpikat oleh kecantikan dan dikuasai oleh keinginan serta amarah hingga hawa nafsu ini telah mendarah daging. Kini engkau telah menjadi budak nafsu. Sekedar kata-kata tidak akan berhasil menyingkirkannya. Setelah terjadi keterikatan begitu lama, sifat-sifat negatif ini telah berurat akan sehingga walaupun batangnya kau potong pada permukaan, ia akan tumbuh kembali. Bila nafsu telah menjadi bagian dirimu, hanya dengan membalik proses dan dengan mempraktekkan sikap yang tak terpengaruh serta penyangkalan diri, engkau akan mampu menyingkirkan hamba yang telah bersarang dalam dirimu. Mula-mula nafsu sangat menarik dan menyenangkan. Lama kelamaan engkau akan merasa muak, tetapi pada saat itu sudah sangat sulit bahkan sebenarnya hampir tidak mungkin menghilangkannya. Karena itu, yang paling baik bila sejak semula engkau mengembangkan sikap tidak terpengaruh dan penyangkalan diri sebagai bagian dari sifatmu dan jangan memberi tempat atau mementingkan keinginan dan hawa nafsu. Jika engkau tidak mempunyai keikhlasan berkorban dan kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu, engkau tidak siap menerima rahmat Tuhan.
Sapi atau kuda yang tidak dapat dikendalikan, mobil tanpa rem, atau hidup tanpa pengendalian indera, semuanya berbahaya. Pengendalian indera itu sangat penting. Dalam Yoga Sutra, Patanjali menandaskan perlunya pengendalian yang ketat atas kecenderungan pikiran untuk berlari ke segala jurusan mengikuti nafsu. Pikiran dan indera harus dikendalikan dan dibatasi, bahkan kebahagiaan yang melebihi batas dapat berbahaya. Segala sesuatu ada batasnya, ada batas-batas yang wajar.
Suhu badan yang normal 37°C, jika naik satu derajat saja berarti akan ada suatu penyakit. Hanya bila suhu itu berada pada batas-batas yang tepat, hal itu menandakan bahwa badan kita sehat. Demikian pula tekanan darah kita dikatakan normal bila angka menunjukkan 120 di atas 80. Jika tekanan naik sampai 150 di atas 90, hal itu menandakan kondisi badan kita tidak normal, mungkin suatu tanda bahwa kita sakit. Demikian juga denyut nadi kita seharusnya sekitar 75, jika meningkat akan ada suatu penyakit. Begitu juga dengan matamu, ia berfungsi dengan baik sampai batas cahaya tertentu. Jika cahaya tidak terlalu terang, mata tidak dapat melihat dan akan rusak. Sama halnya dengan telinga, bunyi yang dapat didengar terbatas. Jika tingkat bunyi melebihi batas itu, misalnya di dekat pesawat udara, kereta api, atau pengeras suara, pendengaran akan terganggu.
Kita melihat bahwa hidup ini hampir sama dengan perusahaan terbatas. Jika engkau akan melakukan usaha dagang terlalu luas dengan kemampuan perusahaan yang terbatas, engkau akan menanggung beban terlalu besar. Karena itu, engkau harus membatasi tingkah lakumu dan menempuh hidupmu dalam batas-batas yang telah ditetapkan. Hal ini juga dapat dinamakan disiplin. Disiplin sangat perlu untuk kemajuan hidup spiritual seseorang, tanpa disiplin, manusia tidak berbeda dengan binatang. Tetapi disiplin pun harus dilaksanakan dalam batas-batas tertentu; bahkan disiplin perlu diatur jika engkau ingin menikmati hidup. Engkau mengetahui bahwa segala sesuatu ada batasnya, jika engkau tetap berada dalam batas-batas itu, engkau tidak akan mengalami kesulitan dalam hidupmu.
Engkau harus memperhatikan dua musuh manusia yang mengerikan ini, yaitu kama dan krodha 'nafsu' dan 'amarah', dan berusahalah mengendalikan mereka. Musuh-musuh ini tidak berada di luar dirimu, melainkan ada dalam dirimu. Jika engkau dikalahkan oleh musuh dalam dirimu, bagaimana engkau berharap dapat mengalahkan musuh di luar dirimu? Tetapi jika engkau mampu menguasai musuh dalam dirimu, musuh-musuhmu yang lain dapat ditaklukkan dengan mudah. Bhagawad Gita mengajarkan bahwa nafsu dan amarah merupakan hambatan utama menuju pembebasan, karena itu penting sekali mereka harus dikuasai. Pada hari mendatang akan kita bicarakan musuh-musuh lain yang menghalangi jalanmu, seperti kedengkian dan kekikiran.