Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 28 KEBERANIAN ADALAH MELIHAT DIRI SEJATI DI MANA-MANA DALAM SEGALA SESUATU

PERCAKAPAN 28
KEBERANIAN ADALAH MELIHAT DIRI SEJATI DI MANA-MANA DALAM SEGALA SESUATU
Bila engkau melihat siapa saja atau apa saja selain Tuhan, rasa takut dapat menghinggapi engkau. Hanya bila engkau mengetahui bahwa setiap nama dan setiap rupa yang terdapat di mana saja dalam alam raya ini, tidak lain adalah gabungan dari lima unsur, dan wujud apa pun yang terjadi dari kelima unsur itu, dasarnya dan pendukungnya selalu Tuhan...bila keyakinanmu sangat mendalam akan hal ini maka engkau tidak akan dihinggapi rasa takut dan engkau akan terbebaskan dari rasa takut itu untuk selama-lamanya.
________________________________________

Semua benda tanpa kecuali terbuat dari lima unsur. Tidak ada unsur lain yang dapat dijumpai dalam ciptaan yang kasat mata ini; tidak ada unsur keenam. Ini meja, ini kursi, ini podium; jendela dan pintu. Aneka ini hanya berbeda nama dan bentuknya; isinya, yaitu kayu, sama semua. Begitu pula gunung berbatu-batu, pohon terdiri dari kayu, bumi berisi tanah, badan terdiri dari daging, lautan dari air...semua itu berbeda nama dan bentuknya, tetapi komposisinya hanyalah kombinasi kelima unsur pokok itu; lima unsur ini adalah lima aspek atau pantulan Tuhan Yang Maha Esa. Selain kelima unsur ini tidak ada unsur lainnya di seluruh jagat raya. Dalam lima unsur ini hanya ada satu prinsip ketuhanan. Hanya satu, tidak ada duanya di luar itu. Bila engkau mengetahuinya tanpa ragu maka engkau tidak akan merasa takut.
Keberanian mendapat tempat yang penting dari semua sifat yang baik. Keberanian adalah suatu sifat baik yang ideal. Bila engkau tidak mempunyai keberanian, engkau tidak akan dapat hidup dengan senang. Baik dalam bidang keduniawian, dalam perjuangan hidup di dunia, maupun dalam pergulatanmu di bidang kerohanian, jangan sampai rasa takut mendapat peluang masuk dalam dirimu; rasa takut tidak boleh diberi tempat dalam hidupmu. Bila seseorang dihinggapi oleh rasa takut, ia menjadi pemalu. Pekerjaan sekecil apa pun tidak akan dapat ia selesaikan. Orang yang diliputi rasa takut tidak bersinar di dunia. Karena itu Bhagawad Gita mengajarkan bahwa kita tidak boleh takut sama sekali. Keberanian, abhaya, tidak dapat diartikan tidak adanya rasa takut semata-mata, yaitu yang dinamakan nirbhaya. Kedua hal itu tidak sama. Baik rasa takut dan tidak adanya rasa takut berkaitan dengan kesadaran badan. Tidak ada rasa takut kadang-kadang sama dengan gila, misalnya bila badan terancam bahaya. Sebaliknya keberanian lebih tinggi daripada kesadaran badan. Ini hanya dialami bila manusia menyadari kebenaran bahwa ketuhanan yang Maha Esa tanpa ada duanya, bersemayam sepenuhnya dalam hati setiap manusia.
Dikatakan bahwa orang yang takut, mati berkali-kali, sedangkan orang berani mati sekali. "Karena itu," Krishna berkata kepada Arjuna, "Enyahkan rasa takutmu dan jadilah seorang pemberani!" Hanya orang berani dapat mencapai kemenangan dalam usaha yang besar. Orang yang betul-betul berani tidak mempunyai keterikatan dengan benda-benda duniawi dan penuh dengan kasih kepada Tuhan. Sebaliknya, orang egoismenya besar dan terikat dengan keduniawian akan selalu merasa takut. Keterikatan dengan benda-benda yang bersifat duniawi dan rasa keakuan tidak dimiliki oleh orang yang bebas dari rasa takut.
Dalam Purana ada cerita tentang raja raksasa, Hiranyakashipu, seorang penakut, sedangkan anaknya, Prahlada, seorang yang sama sekali tidak mengenal takut. Hiranyakashipu berkiblat pada nama dan bentuk; ia percaya pada keduniawian. Prahlada berlindung pada kekuasaan Tuhan; ia percaya pada Tuhan. Guru-guru Prahlada, Chanda dan Amarka, menghadap raja raksasa itu dan berkata, "Yang Mulia, putra Anda Prahlada sama sekali tidak takut. Kesulitan apa pun kami berikan kepadanya, ia tidak pernah mengeluh dan tidak pernah keberatan atau menangis. Bukannya menitikkan air mata, ia bahkan terus menerus mengucapkan puji syukur kepada Narayana, menyanyikan kemuliaan serta keagungan Tuhan dengan tiada putusnya." Mengapa Prahlada tidak merasa takut sama sekali? Karena ia mempunyai keyakinan yang kuat bahwa di dunia ini tidak ada yang lain kecuali Narayana; keyakinan itu memberikan keberanian yang tak tergoyahkan kepadanya. Dalam Brihadaranyaka Upanishad, Yadnavalkya juga mengajarkan hal keberanian. Ia berkata kepada Janaka, "Oh Janaka, engkau tidak punya rasa takut karena itu engkau tidak usah khawatir mengenai apa pun juga. Hatimu menyatu dengan Tuhan. Engkau hidup hanya sebagai alat Tuhan di dunia ini, mengabdi kepada-Nya dalam segala hal. Engkau sama sekali tidak mempunyai keterikatan kepada benda-benda duniawi. Engkau percaya bahwa segala sesuatu di dunia adalah wujud Tuhan dan suci. Ke mana pun engkau memandang, engkau hanya melihat kemanunggalan dalam keanekaragaman; kesadaran ini membuat engkau tak kenal rasa takut.
Dari semua rasa takut yang menghantui manusia, takut mati paling menonjol. Bagaimana pun keberanian dan keperkasaan seseorang, bagaimana pun besar bakat dan kemampuannya, takut mati tetap menghantuinya; perasaan itu melenyapkan prestasinya dan menghancurkan rasa percaya dirinya. Ia merasa putus asa bila melihat orang meninggal. Jika mendengar seseorang meninggal, ia anggap itu berita sial dan ia tidak mau mendengar berita itu. Meskipun seseorang sudah mencapai usia lebih dari 100 tahun, ia tetap takut jika membayangkan kematian; ia ingin hidup lebih lama lagi. Tetapi bagaimana pun besar keinginannya untuk hidup lebih lama, kematian itu pasti. Semua benda di dunia dan semua orang di dalamnya akan tersapu oleh aliran maut. Apa gunanya manusia berlindung pada manusia lain yang juga akan mati? Keduanya, orang yang berlindung dan orang yang melindungi akan mati. Hanya bila engkau berlindung kepada Tuhan yang ibarat tanggul perkasa bagi aliran maut ini yang tidak terkikis oleh arus maut, engkau dapat berharap memperoleh keselamatan.
Takut akan mau dan membiarkan pikiranmu menggeluti kesenangan duniawi yang fana akan membuat sia-sia di kemudian hari. Keberanian dapat diibaratkan sebagai gunung yang perkasa, seperti Gunung Meru, sedangkan rasa takut seperti angin kecil yang berasal dari napasmu ini menggoyangkan gunung yang perkasa itu? Tentu tidak. Angin rasa takut tidak akan pernah dapat menggoyangkan gunung keberanian. Bila gunung keberanian yang kokoh dan tidak tergoyahkan dalam dirimu bersatu dengan pikiran yang bebas dari khayalan, pikiran yang berada dalam alam kebahagiaan, dan bila ia disertai oleh akal budi yang bersih dan suci, maka engkau akan dapat menghayati ketuhanan yang selalu ada dalam dirimu dan engkau pasti akan diselamatkan.
Engkau akan memiliki keberanian bila engkau meyakini keberanian bahwa hanya satu eksistensi yang ada di mana-mana, dan Yang Maha Esa itu adalah ketuhanan yang memenuhi segala sesuatu, Yang Maha Ada. Mengapa engkau harus takut akan sesuatu? Apa kiranya yang membuat engkau takut akan sesuatu? Kematian sebenarnya hanya semacam lelucon dalam drama hidup ini. Jika peranmu dalam sandiwara mengharuskan engkau jatuh dan mati di pentas, apakah engkau sebagai pemain akan terkena kejadian itu? Apa yang begitu menakutkan tentang kematian suatu tubuh yang dilahirkan untuk mati? Badan jasmani yang terbuat dari lima unsur itu pada suatu ketika akan hancur. Mengapa engkau harus merisaukan dirimu untuk sesuatu yang bersifat sementara itu? "Arjuna, engkau bukanlah orang yang akan membunuh, juga musuhmu tidak akan terbunuh. Yang dapat terbunuh adalah badan. Engkau sendiri adalah atma dan bukan badan." Keberanian inilah yang diajarkan kepada Arjuna oleh Krishna, dan karena itu membuat ia menjadi berani. Keberanian adalah sifat yang sangat vital dan penting seperti napas. Itulah kebajikan yang paling utama yang diajarkan dalam Gita. Perintah Tuhan adalah, "Jangan takut! Serahkan dirimu kepada-Ku. Aku akan menyelesaikan semuanya."
Sesungguhnya manusia mempunyai sifat Tuhan dan keberanian adalah pembawaannya. Hakikat ketuhanan pada manusia ini tercakup dalam arti kata manawa yang digunakan untuk menyebut manusia. Ada cerita mengenai hal ini. Ada suatu hutan yang amat mengerikan dan dalam hutan ini hidup banyak binatang. Biasanya di hutan yang ada singanya tidak ada gajah; dan jika ada gajah berkeliaran, tidak akan ada singa. Tetapi dalam hutan ini ada segala jenis binatang: singa, gajah, serigala, anjing, pokoknya segala macam binatang ada di sana. Pada suatu hari seekor serigala yang cerdik berpikir, "Manusia membanggakan sifatnya yang unik. Kata mereka hampir tidak mungkin lahir sebagai manusia. Tetapi manusia dilahirkan sama seperti kita-kita ini. Kata jantu dipakai untuk menamakan segala makhluk yang lahir dari rahim ibu. Masalahnya adalah: mengapa manusia disebut manawa dan bukan jantu? Dalam hal apa kita lebih rendah daripada manusia?"
Serigala terus memikirkan berbagai alasan dan sanggahan terhadap persoalan yang membingungkan ini dan ia mengambil keputusan untuk membuktikan bahwa tidak ada perbedaan antara manusia dan binatang. Sejak itu ia mulai mengumandangkan masalah ini di seluruh kawasan hutan. Kepada binatang lain ia berkata, "Mengapa kita harus menerima keadaan seperti sekarang ini? Manusia menganggap kehidupan binatang lebih rendah daripada kehidupan manusia. Kita harus bertindak untuk mengubah pendapat yang keliru itu." Dengan cara ini ia membangkitkan semangat semua binatang yang ada di hutan agar memikirkan persoalan ini. Ia menunjukkan bagaimana pendapat yang keliru ini telah diajarkan dan diterima oleh semua binatang, bahkan oleh gajah yang lebih kuat daripada binatang-binatang lain dan oleh singa yang kenal takut, sang raja hutan. Serigala mau mengadakan rapat besar para binatang untuk membahas masalah ini dan membuat keputusan yang disepakati bersama. Nama yang diusulkan untuk rapat ini adalah Chatushapada mahasaba yang artinya 'rapat umum makhluk berkaki empat'. Telah ditentukan bahwa pada suatu hari tertentu, jam tertentu, semua binatang akan hadir di lapangan terbuka untuk mengadakan rapat khusus ini.
Mula-mula telah disetujui untuk membicarakan tiga hal. Yang pertama adalah bahwa manusia sama dengan binatang, lahir dari rahim ibu, karena itu sebutan untuk manusia dan binatang harus sama, satu nama. Jelasnya nama itu mestinya jantu 'yang lahir dari rahim ibu'. Apakah manusia harus disebut jantu atau binatang disebut manusia, tetapi tidak boleh ada dua nama yang berbeda atau sebutan berlainan. Itulah keputusan pertama yang akan dibahas dalam rapat. Acara kedua ialah bahwa binatang dikatakan bodoh, sedangkan manusia dikatakan memiliki pengetahuan, tetapi binatang tidak boleh menerima anggapan ini. Dalam hal apa kebijaksanaan manusia mengungguli binatang? Serigala amat berkeras untuk mengetahui hal ini. Ia bertanya, "Kepandaian apa yang dimiliki manusia yang tidak kita miliki? Kita harus menetapkan bahwa baik manusia maupun binatang punya kepandaian yang sama."
Acara ketiga yang diusulkan serigala adalah, "Manusia dianggap sebagai makhluk yang dapat berbicara sedangkan kita bisu; hal ini dianggap sangat merugikan pihak binatang, dan menurut kata manusia, ini merupakan perbedaan yang besar. Tetapi, meskipun kita tidak bisa berbicara, apa kekurangan kita? Dengan belajar bicara dan dengan memiliki kemampuan itu, kebahagiaan luar biasa macam apa yang diperoleh manusia dari kemampuan itu? Mari kita usulkan agar kemampuan bicara dan kebisuan dianggap kurang lebih sama."
"Ada lagi acara keempat yang perlu diperhatikan," kata serigala. "Manusia menganggap kita bersifat rajasik sedangkan mereka bersifat satwik. Kita tidak boleh menyetujui pandangan ini. Kitalah yang mempunyai sifat sattvik, manusia tidak memiliki. Kita lebih berhak mendapat nama baik dan pengakuan bahwa kita jauh lebih bersifat sattvik daripada bangsa manusia." Mereka semua setuju dengan keempat mata acara yang akan dibicarakan dalam rapat. Kemudian mereka berpikir, siapa yang akan diminta untuk memimpin rapat mereka.
Serigala mengingatkan bahwa ada beberapa resi dan mahatma yang selama ini bertapa di hutan. "Kita harus memilih resi yang sangat terkenal untuk memimpin rapat kita," sarannya. Mereka semua setuju dan mengutus serigala untuk mencari maharesi dan minta agar mengetuai rapat. Serigala pergi ke suatu gua dan di sana ia melihat seorang resi sedang bertapa. Dengan penuh hormat ia mendekati resi itu serta memohon, "Swami, dalam dunia binatang kami bermaksud mengadakan rapat yang amat penting, chatushpada mahasabha, dan kami mohon Swami yang memimpin rapat itu." Resi yang melihat segala sesuatu sebagai perwujudan Tuhan berkata, "Baik, dengan senang hati aku akan datang memimpin rapatmu itu." Maka mereka menyiapkan lapangan yang luar untuk rapat besar itu.
Di hutan itu setiap binatang dari yang paling kecil hingga yang paling besar datang dengan membawa anak-anaknya, banyak pula yang membawa cucu nya. Semua ikut dalam rapat besar itu dengan hati gembira, dan mereka sangat menghormati presiden mereka. Suatu podium disediakan untuk presiden. Di sebelah kursi presiden disediakan tempat untuk singa. Maharesi yang memimpin rapat itu juga sangat gembira dan sama sekali tidak merasa takut pada singa yang duduk disebelahnya. Maharesi ini menyadari bahwa Tuhan ada di setiap makhluk, karena itu ia tidak punya rasa takut. Setelah semua hadirin duduk dirasakan perlu memberi penghormatan kepada maharesi yang ada di tengah-tengah mereka. Sekretaris rapat besar ini adalah sang serigala. Serigala menyampaikan kata sambutannya.
"Yang mulia Bapak presiden, yang terhormat raja hutan, rapat menteri dan saudari-saudari sekalian! Hari ini akan ditandai dengan tinta emas dalam sejarah kerajaan hutan dan segenap penghuninya. Ini adalah hari bersejarah yang tidak akan pernah dilupakan dalam sejarah kerajaan binatang, karena pada hari ini kita akan mencapai sesuatu yang sangat berharga dalam pertemuan penting yang kita adakan ini. Untuk datang ke tempat ini saudara-saudari meninggalkan berbagai pekerjaan dan telah menyisihkan waktu di sela-sela kesibukan saudara-saudari untuk menghadiri rapat ini. Maka izinkanlah saya pertama-tama menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada saudara sekalian." Kemudian sekretaris memberikan penjelasan mengenai acara rapat. Sesudah itu sang singa bangkit dan menyampaikan amanatnya.
Singa berkata, "Kalian telah mendengar apa yang disampaikan oleh saudara kita. Ketahuilah bahwa sifat utama yang kalian miliki seperti keberanian, tidak dimiliki oleh manusia. Hal ini saya buktikan sendiri. Jika kalian membayangkan keberanian dan keperkasaan saya, kegagahan dan kekuatan saya, yang hebat, adakah manusia yang dapat menyamai saya? Meskipun saya raja binatang, saya tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak benar atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Saya tidak akan membunuh binatang tanpa alasan. Hanya kalau saya lapar, saya makan sedikit. Saya tidak membunuh binatang untuk rekreasi; saya tidak membuang-buang makanan. Pertimbangkan keberanian kita, kode etik kita, tingkat moral kita yang tinggi; apakah manusia mempunyai nilai-nilai yang mulia itu? Tidak! Sama sekali tidak. Karena itu mengapa kita harus takut kepada manusia? Mengapa kita dianggap lebih rendah daripada manusia? Hari ini marilah kita bertekad menghapuskan noda pada nama baik kita ini."
Gajah yang duduk di samping singa bangkit lalu berkat, "Manusia bahkan tidak ada separo kaki saya besarnya. Jelas badan saya sangat besar, kuat, hebat, dan agung. Dalam kecerdasan saya terkenal sangat hebat. Raja, maharaja, para pemimpin terkenal, semuanya hormat dan mempercayai saya. Kalau ada penobatan, tetapi saya tidak hadir, maka acara itu harus ditunda. Kalau saya demikian hebat, bagaimana bisa dikatakan bahwa manusia lebih unggul daripada saya? Kecerdasan saya luar biasa, karena itu, dengan dua hal itu saja, kecerdasan dan badan saya, kalian dapat meyimpulkan bahwa manusia tidak akan pernah dapat menyamai saya."
Serigala berdiri dan berkata, "Singa, maharaja kita, telah menyampaikan wejangannya, dan Gajah, menteri kita, telah pula menyampaikan buah pikirannya. Sekarang kami minta wakil dari golongan binatang yang kecil untuk memberi sambutan." Pada kesempatan ini anjing hutang diminta bicara. Ia memberi penghormatan kepada presiden, maharaja, menteri, sekretaris, dan semua yang hadir dalam rapat. Anjing hutan berkata, "Meskipun saya kecil dan lemah, dalam hal kesetiaan tidak ada yang dapat dibandingkan dengan saya. Saya sangat hormat, percaya, dan setia kepada orang yang membesarkan serta memelihara saya. Saya akan selalu berterima kasih dan setia, bahkan seandainya saya korban jiwa. Kalau pun saya dilukai atau disakiti oleh majikan saya, saya tidak akan membalas dengan kekejaman. Semua tahu kalau manusia tidak memiliki kesetiaan yang dimiliki anjing. Dalam hal kesetiaan saya tidak dianggap lebih rendah daripada manusia. Manusia sering menyusahkan orang yang telah memelihara dan membimbingnya dengan penuh kasih seperti majikan atau orang tuanya. Manusia tidak peduli melakukan kejahatan untuk membalas kebaikan yang diterimanya. Ia mencela dan membuat rencana untuk menipu dan menjahati orang yang telah memeliharanya dengan baik. Manusia tidak punya rasa terimakasih sama sekali. Ia tidak punya kesetiaan. Hanya selama kepentingannya terpenuhi ia akan pura-pura patuh dan taat. Pada saat kepentingannya yang egois terpenuhi, ia mulai menggerogoti majikannya. Bila demikian keadaannya, bagaimana kita dapat dikatakan lebih rendah daripada umat manusia?"
Rapat berjalan terus dengan pembicara demi pembicara secara bergiliran memberikan pendapatnya. Sesuai dengan status dan pengalaman mereka, mereka berbicara, mengagungkan sifat-sifat mulia yang dimiliki binatang, yang tidak diindahkan oleh manusia. Akhirnya tiba giliran presiden yang berbicara. Resi memberi sambutan, "Margasatwa yang kucintai. Semua yang kalian katakan itu benar. Bila seorang master (guru) mengerjakan sesuatu atau mengatakan sesuatu kepada kita, tujuannya adalah untuk kebaikan kita. Semuanya dimaksudkan untuk menggalang persaudaraan dan pngertian bersemi, manusia menjadi curiga dan mengira ada sesuatu yang tidak baik yang diperbuat kepadanya. Di depan Master ia hormat, tetapi di belakangnya ia mencela. Di depan Master ia mengucapkan kata-kata pujian di belakangnya ia akan melontarkan kata-kata cemohan dan celaa. Dengan melakukan hal-hal yang bertentangan seperti itu dan menggunakan kecerdikannya untuk hal yang bersifat rendah, ia menyia-nyiakan kemampuan akal budinya dan hidupnya. Segala cacat cela yang dikemukakan di sini memang benar ada pada manusia. Mengenai makanan, tidur, bernapas, dan lain-lain, sama sekali tidak ada perbedaan antara manusia dan binatang."
Resi melanjutkan, "Namun aku ingin menyampaikan bahwa ada sesuatu yang unik pada manusia yang tidak dapat dibandingkan dengan binatang. Binatang mewarisi sifat kejam, kalau sifat itu telah dimiliki, tidak dapat diubah lagi. Seekor harimau misalnya bagaimanapun laparnya, tidak akan makan nasi dan sayur. Ia hanya menginginkan daging. Ia tidak akan minum teh dan makan kue. Bagaimana keras usahanya untuk mengubah kebiasaannya, ia tidak akan berhasil. Sebaliknya, jika manusia berusaha keras, ia dapat mengubah sifatnya yang kejam dan sifat-sifat buruk lainnya. Perbedaan yang sangat penting antara manusia dan binatang adalah bahwa manusia, dengan berusaha, dapat mengadakan perubahan yang menyeluruh pada dirinya, sedangkan binatang tidak akan dapat mencapai hal itu. Kemampuan dan keterampilan khusus untuk mengubah diri sendiri hanya ada pada manusia.
Serigala berdiri dan berkata, "Swami, kami mau mengakui bahwa manusia mempunyai kemampuan khusus untuk mengubah sifatnya, tetapi jika ia tidak memanfaatkan kemampuan itu, apakah ia patut menikmati kedudukan yang lebih tinggi?" Presiden menjelaskan, "Jika seseorang mempunyai kemampuan untuk mengubah dirinya, tetapi tidak melakukannya, maka ia jauh lebih buruk daripada binatang." Atas pernyataan ini semua binatang bertepuk tangan. Maharesi mengulang pokok penting yang baru saja diucapkannya...bahwa manusia yang mempunyai kemampuan berbuat baik, tetapi tidak menggunakan kemampuannya itu untuk memperbaiki kelakuan dan mengembangkan nilai-nilai mulia pada dirinya, sudah tentu lebih buruk daripada binatang. Resi menambahkan, "Apa gunanya segala ilmu yang ia pelajari? Apakah sifatnya berubah? Kalau pikiran buruk masuk di kepalanya, pikirannya jadi buntu dan ia menjadi idiot. Dalam hal ilmu dan kemampuan manusia telah mencapai status yang tinggi. Tetapi ilmu ini hanya untuk mencari nafkah, ia menggunakan ilmunya itu untuk mengisi perutnya saja dan untuk menambah penghasilan.
Pada saat itu serigala bangkit dan menambahkan apa yang telah diuraikan oleh presiden, "Dalam proses kegiatannya mencari nafkah, manusia menggunakan segala cara yang tercela. Dalam hal ini jelas bahwa kita binatang jauh lebih baik daripada manusia." Serigala terbawa oleh semangat dan kepandaiannya berpidato, ia melanjutkan tema yang sama untuk sementara waktu. "Kita selalu adil dalam mencari makan. Dalam segala hal, bila dibandingkan dengan manusia, kita jauh lebih baik. Sungguh, kitalah yang terbaik!" Ia mendapat sambutan tepukan yang gegap gempita dari hadirin yang berkaki empat. Tetapi serigala sudah melampaui batas waktunya sehingga presiden harus memukulkan palu dan minta agar tenang. Pada saat itu Resi menjelaskan perbedaan besar kedua yang membuat manusia makhluk yang unik. Ia berkata, "Manusia mampu mengalahkan maya, yaitu khayalan. Kalau ia telah berhasil, ia dapat menghayati atma, kemudian ia dapat mencapai tingkat nirwana. Inilah perbedaan utama antara manusia dan binatang."
"Manusia mempunyai kemampuan dan juga kekuasaan untuk menaklukkan maya. Jika manusia mau berusaha dan bersusah payah, ia akan dapat langsung menghayati atma. Dengan bantuan latihan rohani ia dapat mencapai nirwana. Kalian binatang tidak memiliki kemampuan itu." Maharesi melanjutkan, "Anak-anakku, dalam bahasa Inggris bangsa manusia dinamakan umat manusia, memakai kata m-a-n. Dalam bahasa Sanskerta juga digunakan kata manawa. Arti yang lebih mendalam kata m-a-n adalah bahwa manusia dapat memisahkan dan menghilangkan khayalan (m)aya; manusia dapat memperoleh penampakan (a)tma, dan mengalami kebijaksanaan serta kebahagiaan dalam keadaan yang disebut (n)irwana. Itulah arti kata m-a-n. M berarti memusnahkan maya. A berarti melihat atma, dan N artinya mencapai nirwana. Mencapai nirwana artinya manusia manunggal dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Jadi, manusia sejati adalah orang yang telah melenyapkan ketidaktahuan maya, orang yang telah menghayati atma, dan telah manunggal dengan kebahagiaan yang tertinggi.
Sesudah Resi selesai bicara, semua binatang menundukkan kepala mengakui bahwa ketiga hal tersebut tidak dapat mereka capai. Lalu timbul pertanyaan, "Apakah semua manusia sudah berhasil mencapainya?" Jawabnya, "Tidak!" "Hanya beberapa." Orang yang sama sekali tidak berusaha ke arah itu, sama saja dengan kita dan sama sekali tidak ada alasan untuk membedakan mereka dari binatang," demikian keputusan mereka. Maharesi setuju. Ia berkata, "Walaupun manusia mempunyai kemampuan yang hebat untuk mencapai kebijaksanaan dan kebahagiaan, mereka belum mengembangkan dirinya ke arah itu, karena itu mereka belum dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidup mereka."
Kemudian sebagai pernyataan pribadi presiden menjelaskan mengapa ia tinggal di hutan. Ia berkata, Manusia kurang memperhatikan sifat-sifat yang mulia ini. Binatang hanya mengganggu mereka yang menganggunya. Kalau tidak, binatang hidup damai. Tetapi manusia menyakiti orang dan makhluk lain yang tidak menyakiti dia sama sekali. Tanpa alasan ia menyalahkan orang lain dan menimbulkan kesulitan, mencelakakan orang yang tidak bersalah dan orang yang tidak pernah menganggunya. Manusia juga melakukan berbagai pekerjaan yang tidak benar, yang tidak patut dan tidak berhak ia lakukan." Maharesi mengakhiri pembicaraannya, "Karena alasan-alasan ini para resi meninggalkan pergaulan dengan manusia dan tinggal di hutan. Manusia makin mementingkan diri sendiri, apa pun yang dikatakannya, apa pun yang dilakukannya, apa pun yang dipikirkannya, penuh dengan sifat mementingkan diri sendiri. Binatang tidak mementingkan diri seperti itu. Binatang tidak mencelakakan binatang lain dan tidak menumpuk kekayaan. Karena itu dalam banyak hal manusia berperilaku lebih jahat daripada binatang."
Dalam hubungan inilah Krishna berkata, "Arjuna! Jadilah manusia sejati, bukan manusia yang lebih jahat daripada binatang. Bangkitlah, tinggalkan sifat kebinatanganmu dan capailah sifat kemanusiaanmu yang sejati. Ada dua sifat kebinatangan yang harus engkau buang jauh-jauh. Engkau bukan domba yang penakut dan pengecut, juga engkau bukan macan yang selalu kejam terhadap yang lain. Engkau manusia. Engkau pantas mencapai hal-hal yang lebih tinggi. Jangan takut. Jangan biarkan dirimu diliputi rasa takut!" Arjuna lalu menangkupkan tangan seraya berkata, "Ya Tuhan, saya akan melaksanakan perintah itu."
Manusia memiliki kemampuan yang tidak terbatas dalam dirinya. Walaupun demikian, ia tidak percaya pada dirinya sendiri. Mengapa demikian? Itu dikarenakan ia merasa terpisah dan ia percaya bahwa ia berbeda dengan prinsip ketuhanan yang sesungguhnya selalu ada dalam dirinya sebagai hakikat dirinya. Prinsip ketuhanan ini juga meliputi seluruh alam semesta. Bila engkau menumbuhkan keyakinan yang teguh kepada Tuhan, engkau tidak akan mempunyai rasa takut sama sekali; engkau akan menyadari bahwa Tuhan yang engkau puja adalah Tuhan yang ada di mana-mana, dalam setiap manusia, dalam segala sesuatu, dan juga dalam dirimu. Keyakinan ini akan menghapuskan rasa takut pada dirimu. Tetapi bila engkau tidak mempunyai keyakinan itu engkau akan diliputi oleh rasa takut. Setiap saat, setiap langkah, engkau akan ketakutan. Engkau takut menghadapi ujian. Engkau takut naik pesawat terbang. Engkau takut kalau ada kendaraan datang dari arah yang berlawanan. Sejak bangun tidur sampai engkau akan tidur lagi, engkau merasa takut. Bahkan di tempat tidur pun engkau takut kalau-kalau ada pencuri yang masuk rumah dan mengambil barang-barangmu. Engkau melewatkan seluruh waktumu dalam ketakutan. Ini tidak benar. Engkau harus menghilangkan rasa takut.
Keyakinan pada kemaha-adaan Tuhan adalah kunci untuk memupuk keberanian. Hanya bila engkau kehilangan kepercayaan, rasa takut akan berkembang; hanya bila engkau melupakan dirimu yang sejati, timbul rasa takut. Engkau telah melupakan sifatmu yang sejati; engkau melupakan atma. Engkau menganggap dirimu tubuh kecil yang tingginya 150 cm ini, tetapi sesungguhnya wujudmu tidak terhingga dan kekuasaanmu tidak terbatas. Bila engkau berusaha menghilangkan khayalan itu dan mendapatkan penghayatan atma, engkau mencapai nirwana, maka engkau dapat menamakan dirimu manusia sejati. Jika engkau tidak berusaha sama sekali ke arah itu, engkau bukan manusia (Inggris-man), melainkan nam, hanya namanya manusia. Bila seseorang memiliki rasa percaya diri, dengan kata lain, bila ia menyadari dirinya yang sejati, ia dinamakan sakshara. Orang yang demikian itu menguasai nafsunya; itulah makna sakshara. Sakshara terdiri dari tiga suku kata Sanskerta sa ksha ra. Sebagai kebalikan jiwa mulia semacam itu, ada orang yang tidak dapat menguasai nafsunya; ia adalah ra ksha sa, dengan kata lain iblis atau rakshasa.
Bila engkau membaca kata itu dari depan dan dari belakang, engkau akan melihat dua jenis manusia yang berbeda, orang yang diliputi shanti 'kedamaian' dan orang yang tidak mempunyai apa-apa kecuali ashanti 'kekacauan', orang yang benar-benar dapat menamakan (man) dan orang yang palsu, hanya namanya manusia. Karena itu engkau harus mengatur hidupmu agar engkau dapat menyebut dirimu benar-benar manusia dan hidup sesuai dengan ideal yang mulia yang menyertai anugerah besar ini, yaitu karena engkau telah dikaruniai kelahiran suci sebagai manusia.
Salah satu nama yang diberikan oleh Krishna kepada Arjuna ialah Kurunandana, artinya 'orang yang senang bekerja'. Kebanyakan dari kalian bila diberi pekerjaan merasa lekas bosan. Jika hari minggu tiba dan engkau libur sehari, engkau gembira. Tetapi jika Arjuna sehari tidak bekerja, ia sangat tidak senang. Arjuna selalu merasa bahagia bila bekerja. Ia dinamakan Kurunandana karena ia senang sekali bekerja. Nama-nama yang diberikan oleh Krishna kepada Arjuna dalam Gita ada kaitannya dengan berbagai sifat mulia dan kebaikan. Engkau akan dapat memahami sifat Tuhan bila setiap engkau menerapkan satu kebajikan dalam hidupmu.
Kesadaran, ketabahan, belas kasihan, dan tanpa kekerasan adalah sifat baik yang dibicarakan dalam percakapan-percakapan ini. Kini engkau juga telah mempelajari keberanian. Masih ada sejumlah sifat yang penting. Hanya bila engkau membina sifat-sifat ini dalam kegiatan sehari-hari, engkau akan mendapat karunia Tuhan. Tanpa mengembangkan sifat-sifat mulia ini, engkau tidak akan memperoleh tempat dalam persemayaman Tuhan, terlepas dari pendidikan, kedudukan, dan kekayaan yang kau miliki. Seseorang tidak diizinkan pergi ke negara lain tanpa paspor; begitu pula untuk mendapat rahmat Tuhan, sifat-sifat yang baik dianggap sebagai paspor. Engkau harus membina sifat-sifat ini. Sementara mengejar ilmu pengetahuan engkau juga harus membina kebiasaan yang baik dan waktu yang mulia. Tanpa itu semua, pendidikanmu akan sia-sia. Ilmu dan pengetahuan yang sekarang kau kejar hanya berguna untuk hidup di dunia yang fana; pengetahuan duniawi tidak akan mengantar engkau kepada Tuhan. Dewasa ini para sarjana telah mampu menyingkap banyak rahasia alam. Tetapi apakah mereka memperoleh ketenteraman batin? Apakah mereka memperoleh kebahagiaan dari mesin yang mereka buat? Kebahagiaan dan kedamaian tidak dapat diperoleh dari benda-benda itu. Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dari Tuhan.
Kebahagiaan dan ketenteraman duniawi yang engkau peroleh hanya bersifat sementara dan tidak kekal. Engkau tidak mendapat kebahagiaan abadi dari padanya. Dalam Gita bab Sangkhya Yoga, kata sangkhya diartikan 'kebijaksanaan'. Sangkhya adalah prinsip yang membantu engkau untuk memahami ketuhanan Yang Maha Esa yang memenuhi segala sesuatu dan selalu ada di dekatmu. Bab Sangkhya luas sekali, di dalamnya ada 72 ayat. Tetapi engkau tidak akan dapat menghapuskan kesedihanmu hanya dengan mempelajari ayat-ayat itu dan dengan mengidungkannya setiap hari; cara itu tidak banyak manfaatnya. Engkau harus berusaha sungguh-sungguh untuk mengamalkan makna ayat-ayat itu dan menerapkannya terus menerus dalam hidupmu sehari-hari. Hanya bila engkau melaksanakannya dalam kehidupanmu sehari-hari dan menjadikannya bagian dari hidupmu, engkau akan mendapat karunia Tuhan dan manunggal dengan-Nya selama-lamanya.