Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 18 KETAHUILAH BAHWA ENGKAU ADALAH PENGHUNI BADAN, BUKAN BADAN

PERCAKAPAN 18
KETAHUILAH BAHWA ENGKAU ADALAH PENGHUNI BADAN, BUKAN BADAN
Krishna berkata, "Arjuna, pusatkanlah pikiranmu selalu kepada-Ku karena Aku tidak lain adalah atma, dirimu yang sejati. Dengan pikiranmu terpusat kepada-Ku, laksanakanlah kewajibanmu."
________________________________________

Orang yang bekerja dengan menyadari kenyataan dirinya yang sejati akan mampu menyelesaikan karya-karya yang agung. Kegiatan semacam itu, yang dilakukan dengan kesadaran atma, bebas dari keterikatan. Agar dapat melaksanakan tugasmu dengan menyadari sepenuhnya bahwa dirimu adalah atma, diperlukan pengendalian indera secara sempurna. Ini persyaratan yang sangat penting. Jika engkau telah mampu menguasai inderamu sepenuhnya, engkau dapat dilukiskan sebagai seorang stithaprajna, yaitu orang yang memiliki pengetahuan tertinggi. Bila engkau menerima dua hal yang berlawanan seperti kesenangan dan kesedihan, panas dan dingin, laba dan rugi, kehormatan dan penghinaan dengan pikiran yang seimbang serta tetap teguh dalam kesadaran dirimu yang sejati, maka engkau telah memiliki sifat-sifat orang bijaksana. Sifat orang bijaksana ialah memperlakukan segala sesuatu tanpa perbedaan. Bila engkau mengetahui sifat Indera yang sesungguhnya akan mudah bagimu mengikuti jalan untuk menjadi benar-benar bijaksana. Tetapi, jika engkau tidak menyamakan dirimu dengan atma, melainkan terus menyamakan dirimu dengan badan saja, tidak mungkinlah engkau mencapai keadaan mulia itu.
Krishna berkata kepada Arjuna, "Ingat, sebenarnya engkau adalah sang penghuni, dehi, dan bukan badan, deha. Engkaulah yang memakai baju, engkau bukan baju itu. Engkau penghuni rumah, bukan rumah. Engkau yang mengetahui lapangan, kshetrajna, tetapi engkau menganggap dirimu medan itu, kshetra. Menikmati hal-hal yang sementara hanya akan memberimu hal-hal yang berubah-ubah; kesenangan dan kenikmatan yang sementara ini hanya akan mengakibatkan kesedihan. Hal yang berubah-ubah akan menyebabkan pikiranmu berubah-ubah. Karena itu, tetapkan pikiranmu dan laksanakan kewajibanmu dengan mengingat atma. Jangan memikirkan atau merisaukan masalah kelahiran dan kematian atau kesenangan dan kesedihan yang selalu engkau alami. Kelahiran dan kematian hanya berkaitan dengan tubuh, hal itu tidak terjadi pada dirimu yang sejati. Engkau bukan tubuh; engkau adalah eksistensi yang kekal yang bebas dari kelahiran dan kematian. Engkau tidak memiliki awal atau akhir. Engkau tidak pernah lahir dan tidak akan pernah mati, tidak pula engkau membunuh siapa pun. Engkau atma. Engkau memenuhi segala sesuatu. Sesungguhnya engkau adalah Tuhan sendiri; atma adalah Brahman dan Brahman adalah atma."
Setelah menyadari bahwa sifat api menghasilkan panas, adakah orang yang merasa sedih akan kenyataan bahwa api membakar? Adakah orang yang menderita setelah tahu bahwa es itu dingin? Sifat api membakar dan sifat es mendinginkan apa saja yang menyentuhnya. Begitu pula segala sesuatu yang lahir pada suatu saat akan mati. Ini wajar. Apa yang datang begitu saja, akan pergi begitu saja. Karena itu janganlah menyedihkan hal-hal yang wajar, hal yang alami seperti lahir dan mati, senang dan susah. Kenalilah cacat dan kelemahan segala sesuatu; pada suatu saat, apapun juga yang ada di dunia ini akan mengalami perubahan. Kelima unsur yang ada dimana-mana, juga ada dalam dirimu dan ada dalam setiap orang.
Bila engkau mencari-cari sesuatu di seluruh pelosok dunia ini engkau akan mendapatkan bahwa sebenarnya yang engkau cari hanyalah kelima unsur ini. Hanya kelima unsur ini yang akan engkau temukan dalam setiap benda di dunia. Tetapi karena unsur-unsur itu sudah ada dalam dirimu, apa gunanya mencarinya dalam benda-benda di luar dirimu? Kalau mencari atau menginginkan sesuatu yang tidak engkau miliki, itu wajar. Tetapi tidak wajar kalau mencari dan menginginkan barang yang telah engkau miliki. Hanya ada satu eksistensi yang melebihi kelima unsur itu yaitu Tuhan. Inilah yang harus engkau cari. Jnana atau 'kebijaksanaan' adalah melihat yang Esa itu di mana-mana. Kesatuan yang memenuhi segala sesuatu itu adalah atma. Carilah dia dan pegang teguh. Bila segala perbuatanmu dilandaskan pada atma maka perbuatanmu itu menjadi suci dan murni. Bila segala kegiatanmu kau lakukan demi atma atau untuk kesenangan Tuhan maka engkau akan tersucikan dan penuh kebijaksanaan. Banyak resi sejak jaman dulu telah berusaha keras untuk mencapai keadaan stithaprajna ini, untuk selalu menetap pada alam spiritual yang tertinggi.
Pada suatu hari Raja Yunani, Alexander, tiba di tepi sungai Sindhu. Ia bermaksud menaklukkan dan menjarah India, untuk itu ia datang dengan sejumlah besar tentara. Pada masa itu tidak ada jalan raya; jalan yang ada tidak banyak dan hanya berupa jalan setapak. Raja menyeberangi sungai Sindhu dan bersama tentaranya memasuki hutan. Penunjuk jalan yang mendahului tentara itu menemukan seorang yogi tertelentang di bawah pohon dalam keadaan tidur nyenyak dengan kaki lurus. Yogi ini telah mencapai keadaan stithaprajna; ia orang yang bijaksana. Seorang tentara menghampiri, membangunkan yogi itu, dan menyuruhnya pindah agar tidak menghalangi jalan, tetapi sang yogi tidak mempedulikan himbauan tentara itu. Ia tidak bergeser. Tentara Yunani menakut-nakuti yogi itu seraya mengatakan Kaisar Agung Yunani, Alexander, akan datang dengan bala tentaranya untuk menduduki India dan merampas seluruh negeri. Sementara tentara itu menghardik sang yogi, Raja Alexander tiba di tempat tersebut. Tentara Yunani itu sangat marah melihat sikap sang yogi yang sama sekali tidak mempedulikan perintahnya walaupun raja telah datang. Yogi itu tidak menunjukkan rasa hormat sebagaimana mestinya kepada kaisar. Karenanya tentara itu mengancam akan memenggal kepala sang yogi.
Ketika sang yogi mendengar bahwa tentara Yunani itu mau memenggal kepalanya, ia tertawa terbahak-bahak seraya berdiri. Wajah yogi itu sedikitpun tidak menunjukkan rasa takut; ia sangat tenang. Kaisar melihat cahaya pada wajah yogi lalu berkata, "Tentaraku mengancam akan memenggal kepalamu, namun engkau kelihatan gembira. Jika engkau orang biasa pasti engkau segera menyerah, menyembah-nyembah minta ampun. Tetapi engkau hanya tersenyum. Apa artinya ini?" Sang yogi menjawab, "Aku perwujudan sat chict ananda, Aku kebenaran, kesadaran, dan kebahagiaan abadi. Aku senantiasa bebas. Senjatamu tidak akan bisa melukai aku. Api tidak akan bisa membakar aku. Air tidak bisa membasahi aku. Angin tidak bisa menerbangkan aku. Aku tidak pernah lahir dan tidak akan pernah mati. Aku adalah atma yang kekal, itulah kenyataan ku yang sejati. Tentara ini mengancam akan membunuh aku dengan memenggal kepalaku. Sungguh menggelikan, karena mendengar itu aku tertawa." Ketika kaisar mendengar kata-kata itu, ia sangat keheranan. Pikirnya, "Biasanya orang takut sekali menghadapi kematian atau bila diancam akan dibunuh, jarang sekali orang tertawa dan gembira menghadapi kematian. Di India ada orang-orang yang telah mencapai tingkat rohani yang begitu luhur sehingga mautpun bukan merupakan ancaman. Bagaimana mungkin aku menjarah bangsa seperti itu? Tidak aku batalkan niatku." Setelah mengambil keputusan ini ia bersama bala tentaranya kembali dan meninggalkan India.
Sejak dahulu orang agung seperti yogi ini sudah ada di India. Dengan cara hidupnya mereka mengajarkan kepada bangsa-bangsa lain kebenaran yang tertinggi mengenai kehidupan rohani. Kebanyakan orang yang tidak mengetahui metode untuk mengendalikan indera, tersesat serta mengikuti jalan yang keliru. Tetapi sesungguhnya mengendalikan indera itu mudah sekali. Bagi orang yang tidak tahu, apa saja dirasakan sulit; bagi orang yang tahu, apa saja dirasakan mudah. Berusahalah memahami; engkau akan menyadari bahwa segala kesenangan dan kenikmatan indera akan menimbulkan kesedihan. Langkah pertama untuk mengendalikan nafsu adalah mengetahui cacat dan permasalahan yang berhubungan dengan segala benda duniawi. Hanya untuk kenikmatan dan kesenangan yang bersifat sementara, engkau membiarkan dirimu dirundung kesulitan dan masalah yang akan terus menghantui engkau setelah kenikmatan yang sesaat itu terlupakan. Seseorang yang menderita suatu penyakit makan makanan yang tidak sesuai dengan dietnya dan merasa senang sementara. Setelah melanggar pantangan dalam dietnya dan memakan yang dilarang mungkin ia merasakan kepuasan yang sifatnya sementara, tetapi tidak lama kemudian ia akan mengalami akibatnya yang tidak menyenangkan dari perbuatannya; bahkan hal itu dapat menimbulkan keadaan yang membahayakan. Begitu pula orang yang menyerah pada godaan kenikmatan sementara akhirnya kelak akan menderita berbagai masalah. Banyak raja yang sangat berkuasa mendirikan rumah-rumah yang besar dan istana, menikmati kemewahan, makan beraneka ragam makanan yang lezat-lezat, bepergian dengan mobil mewah, dan memanjakan dirinya dengan berbagai kemewahan yang tidak berguna. Namun bila engkau memikirkan lebih mendalam apakah raja yang menikmati kemewahan atau sebaliknya kenikmatan yang menikmati raja, engkau akan dapat mengambil kesimpulan bahwa sesungguhnya kemewahanlah yang menikmati dia. Dialah yang dinikmati oleh objek-objek indera. Sebenarnya kemewahan itu yang memakan dia sampai habis. Ia akan cepat menjadi lemah, terserang penyakit, dan menjadi tua. Jika benar ia menikmati objek indera maka mestinya ia mendapat kesehatan dan kekuatan objek-objek itu, tetapi karena dia yang dinikmati oleh objek indera, kesehatannya merosot dan masa hidupnya makin pendek. Karena tidak menyadari kebenaran ini, ia mengejar kebahagiaan sementara. Ia memusatkan pandangannya pada objek-objek indera yang tidak kekal tanpa menyadari akibat mengerikan yang akhirnya pasti akan datang karena keinginan yang membabi buta untuk memenuhi nafsu.
Seseorang mendatangi ahli nujum yang dapat membaca guratan tangan. Ia memperlihatkan tangannya. Ahli nujum itu mengatakan bahwa ia mempunyai garis-garis tertentu yang berarti bahwa ia akan menjadi kaya sekali. Ketika mendengar hal itu ia sangat gembira. Setelah memeriksakan tangannya lebih lanjut, ahli nujum mengatakan bahwa ia akan mendapat banyak kehormatan. Orang itu bertambah gembira. Kemudian setelah memeriksakan tangannya lebih teliti lagi, ahli nujum itu berkata, "Engkau akan menduduki jabatan yang sangat tinggi." Orang itu merasa amat senang, seakan-akan ia dikatakan akan menjadi perdana menteri hari itu juga. Tidak lama kemudian ahli nujum memberitahukan bahwa ia akan mempunyai banyak anak. Kegembiraan orang itu bertumpuk-tumpuk. Setelah mengatakan semua itu, ahli nujum itu berkata, "Tetapi masa hidupmu sangat pendek." Ketika mendengar hal ini, segala kegembiraannya sirna; ia menjadi sangat sedih dan lemas karena putus asa. Sebab itu, berapa pun banyaknya kekayaanmu, apa pun jabatan yang engkau duduki, kehormatan apapun yang engkau peroleh, dan berapa pun banyaknya anak yang kau punyai, jika masa hidupmu terbatas, apa artinya semua ini? Kalau engkau sudah tidak ada lagi, apa nilai benda-benda itu bagimu?
Berapa banyak raja dan berapa banyak kaisar pernah hidup? Dalam keadaan bagaimanakah mereka meninggalkan dunia ini? Contohnya Harischandra yang memerintah seluruh India; bukankah ia harus meninggalkan dunia ini? Raja Nala yang memerintah seluruh dunia; dapatkah ia membawa segenggam tanah sekalipun? Mandata, contoh yang cemerlang dari jaman Krita, adakah suatu yang dapat dibawanya? Raja Rama membuat jembatan di atas laut, apakah ada bekasnya? Raja-raja itu muncul dan meninggalkan dunia. Tidak seorang pun dapat membawa walau hanya segenggam tanah. Jika engkau merenungkan sejarah umat manusia pada masa lampau engkau akan mengerti betapa tidak kekalnya sesungguhnya dunia ini. Karena itu, hal yang sejati dan kekal tidak bisa didapat serta tidak akan pernah bisa diketemukan dalam dunia ini.
Semua yang engkau lihat dalam dunia fana ini hanya bayangan apa yang ada dalam dirimu. Hanya ada satu hal dalam dirimu yang memenuhi segala sesuatu yaitu sathyam, Shivam, dan sundaram, 'kebenaran, kebajikan, dan keindahan' yang kekal. Berusahalah untuk mencapai kebenaran yang kekal itu. Berusahalah hidup yang baik; menyatulah dengan sifat Tuhan yang merupakan perwujudan keindahan itu sendiri. Setelah menjelaskan sifat-sifat orang yang bijaksana kepada Arjuna, Krishna membawa Arjuna ke medan laga. Krishna berkata kepadanya, "Pusatkan seluruh perhatianmu kepada-Ku. Pusatkan pikiranmu hanya pada-Ku. Patuhi perintah-Ku dan lakukan tugasmu. Untuk melaksanakan kewajibanmulah badan ini diberikan kepadamu. Karena perbuatanmu pada masa lalu, engkau mendapat kelahiran ini; kini dengan menyucikan dan meluruskan semua perbuatanmu engkau dapat menyucikan hidupmu."
Satu-satunya cahaya yang tidak dapat dimatikan di dunia ini adalah cahaya diri yang sejati, atma jyothi. Seperti halnya listrik, selama ada listrik bola lampu akan menyala. Kalau tenaga listrik mati, bola lampu tidak bersinar lagi. Hanya kalau ada baterai dalam lampu senter, senter itu berfungsi. Begitu pula bila indera tidak mendapat tenaga, ia tidak bekerja. Matahari dan bulan pun, yang tidak memerlukan minyak, baterai, atau listrik, akhirnya akan kehilangan cahayanya, apa lagi engkau. Kalau hal ini berlaku bagi gunung-gunung yang perkasa, apa lagi bagi sebuah batu krikil seperti engkau ini yang terperdaya dalam kesadaran badan? "Karena kesedihan yang bersumber pada keterikatanmu dengan sanak keluarga dan handai taulan, engkau tenggelam dalam ketidaktahuan. Engkau dihanyutkan oleh air matamu sendiri. Bangkitlah! Bangunlah! Jangan berhenti sebelum tujuan tercapai!" Demikian ajaran Krishna kepada Arjuna.
Matahari dan bulan bersinar di dunia ini. Tetapi mereka tidak bisa menyinari Tuhan. Cahaya dalam rumah dapat menyinari benda-benda yang ada di dalamnya, tetapi ia tidak dapat menyinari Tuhan. Bagaimana engkau tahu bahwa matahari dan bulan bersinar dan api membakar? Karena memiliki mata engkau dapat melihat kecemerlangannya. Jika engkau tidak mempunyai mata, cahaya matahari dan bulan tidak dapat engkau lihat. Tetapi apa yang menyebabkan mata dapat melihat? Walaupun engkau sedang tidur atau bila matamu dipejamkan masih ada cahaya dalam kesadaranmu. Karena itu engkau mengambil kesimpulan bahwa yang bersinar lebih cemerlang daripada matamu adalah budi. Dengarlah cerita ini.
Ada dua orang, yang satu buta dan yang lain pincang. Mereka berkawan dan bersama-sama mengemis dari kampung ke kampung. Si Buta punya kaki yang baik dan si Pincang punya mata yang baik. Si Pincang duduk di atas bahu di Buta. Dengan saling tolong mereka bisa berjalan dari satu kampung ke kampung lainnya. Pada suatu hari dalam perjalanan mereka menjumpai ladang mentimun yang indah. Si Pincang berkata kepada si Buta, "Bung, ada mentimun di ladang ini. Ayo kita masuk dan makan sedikit; kita istirahat sebentar lalu jalan lagi." Kata si Buta kepada si Pincang, "Bung, hati-hati mungkin ada yang menjaga ladang ini." Si Pincang berkata, "Tidak, tidak ada siapa-siapa." Kata si Buta lagi, "Tolong beritahu saya apakah ladang ini dipagari atau ada pintunya." Si Pincang berkata, "Tidak ada pintu dan tidak berpagar. Kita bisa makan." Si Buta segera berkata, "Bung, mentimun ini pasti pahit sekali, kalau tidak masakan tidak ada penjaganya, tidak ada pagar dan tidak ada pintu untuk melindunginya?"
Seseorang mungkin tidak dapat melihat, tetapi jika ia menggunakan budinya, ia lebih luhur daripada orang yang melihat. Karena itu, sesungguhnya budilah yang memberikan sifat yang bercahaya kepada mata. Dari manakah budi memperoleh kekuatannya itu? Budi bercahaya karena kekuatan atma. Maka karena atma budi bersinar dan karena budi, mata bersinar dan dapat melihat, dan karena mata melihat, cahaya matahari dan bulan dapat dilihat, dan karena matahari dan bulan seluruh alam bersinar. Kita mengetahui sekarang bahwa sumber utama yang menyinari segala-galanya ialah atma. Ia merupakan tombol yang paling penting. Karena itu, atmalah yang harus engkau sembah.
Ingatlah selalu pada atma, karena dengan selalu mengingat atma dalam segala hal yang kau lakukan engkau akan dapat mencapai tingkat kebijaksanaan yang sejati. Kata stithaprajna yang kita pakai, yang berarti orang bijaksana, oleh beberapa orang dianggap ada kaitannya dengan orang bersifat duniawi. Kekacauan pikiran ini terjadi karena dikatakan bahwa, "Bila semua orang jaga (melek), stithaprajna tidur, dan bila ia jaga semua orang lainnya tidur." Menurut batasan semacam itu engkau akan mengambil kesimpulan bahwa mereka yang bekerja atau giliran malam seperti petugas jaga malam dan kepala stasiun yang jaga pada malam hari ketika orang lain sedang tidur, dan tidur pada siang hari ketika orang lain jaga, semua adalah stithaprajna. Tetapi tentunya tidak begitu maksudnya.
Orang-orang yang melandaskan hidupnya pada dunia yang fana ini akan sadar sepenuhnya pada dunia ini dan objek-objeknya. Sebaliknya stithaprajna akan tidur, tidak terpengaruh, dan kebal terhadap barang-barang duniawi. Orang awam tidak tergugah oleh keindahan atma, ia tidur dalam keindahan itu. Tetapi terhadap keduniawian dan objek-objek nafsu ia sadar dan matanya terbuka lebar. Karena itu stithaprajna adalah orang yang tidur dalam hal keduniawian dan sadar sepenuhnya akan asas atma. Stithaprajna tidak berarti orang yang menjauhi keduniawian dan masuk hutan. Krishna berkata, "Kerjakanlah tugasmu di dunia ini. Hiduplah di tengah kesibukanmu sehari-hari, tetapi tetap pusatkan perhatianmu pada atma, maka engkau akan menjadi seorang stithaprajna."
Di sini bisa timbul keragu-raguan. Mengapa orang semacam itu perlu bekerja? Tetapi jika seorang stithaprajna mempunyai sikap demikian dan tidak bekerja, ia tidak akan dapat mengilhami orang lain supaya bekerja. Orang bijaksana harus memberi contoh kepada orang awam untuk dijadikan teladan. Ia sendiri tidak mempunyai kepentingan kerja, juga tidak mempunyai ambisi apapun mengenai kerja, tetapi demi kebaikan umat manusia ia harus bekerja. "Karena itu Arjuna," kata Krishna, "Jadilah orang yang ideal. Engkau sangat dekat dengan Krishna. Engkau sanak keluarga-Nya dan engkau sangat dicintai-Nya. Camkanlah makna yang mendalam semua ajaran ini. Aku ingin menjadikan engkau contoh bagi dunia. Aku akan menggunakan engkau sebagai alat-Ku. Engkau akan menolong melaksanakan beberapa hal yang besar bagi-Ku di dunia ini."
Apapun yang dikatakan Krishna adalah untuk kesejahteraan seluruh dunia dan untuk memberi contoh yang ideal kepada umat manusia. Semua Avatar melaksanakan tugas yang sangat suci, tetapi orang biasa tidak dapat mengetahui ke-Ilahi-an tugas-tugas itu. Dalam hal ini Krishna berkata kepada Arjuna, "Arjuna, Aku menerima tugas sebagai kusir keretamu bukan karena Aku senang dengan pekerjaan ini dan sangat menginginkannya. Juga bukan untuk kepentingan kuda Aku melaksanakan ini. Apakah engkau kira Aku sendiri tidak mempunyai kereta dan kuda sehingga Aku perlu mengendarai kereta dan kudamu? Kesadaran badan yang engkau miliki memenuhi seluruh pribadimu; sudah mendarah daging dalam dirimu. Aku memainkan seluruh lakon ini agar engkau sembuh selamanya dari penyakit kesadaran badan ini."
Tuhan tidak ingin dipuji oleh siapa pun. Arjuna selalu memanggil Krishna, "Bhava, Bhava, Bhava," sebutan kesayangan yang juga berarti abang ipar. Pada suatu ketika, waktu sedang duduk-duduk di pasir di tepi sungai Yamuna, Krishna memberitahu Arjuna, "Arjuna, Aku tidak senang dipanggil Bhava begitu saja tanpa alasan". Di dunia ini banyak orang memuji-muji Tuhan dengan menggunakan kata-kata seperti itu, tetapi Tuhan tidak akan menyetujui dan menerima pujian ini. Pujian semacam itu sudah umum dan wajar diucapkan orang untuk mendapatkan perhatian dan pertolongan, seperti orang yang menghadap pejabat untuk mencari muka. Pujian yang tidak berdasar itu seperti air yang dicampur minyak wangi, bisa dibaui saja, tidak bisa diminum. Engkau dengar pujian itu, tetapi tidak bisa kau masukkan ke dalam hati. Tuhan hanya menerima perasaan sejati yang dengan tulus timbul dari lubuk hatimu.
Krishna berkata kepada Arjuna, "Aku tidak mau dipuja tanpa alasan, tetapi Aku tidak ingin engkau berhenti memanggil-Ku Bhava. Walaupun Aku melarang engkau, engkau tetap memanggil Aku dengan kata itu. Karena itu Aku sungguh-sungguh ingin menjadi abang iparmu". Maka Krishna memberikan Subhadra, adik-Nya, untuk menikah dengan Arjuna dan dengan demikian Ia benar-benar menjadi ipar Arjuna. Balarama, kakak Krishna, tidak menyetujui pernikahan Subhadra dengan Arjuna. Bahkan Balarama tidak mau menghadiri upacara perkawinannya, melainkan ia pergi ke hutan. Sejak itu Balarama tidak begitu mencintai Krishna. Satu sifat yang luar biasa yang kita lihat pada Krishna ialah bahwa perbuatan-Nya selalu sesuai dengan perkataan-Nya. Inilah sifat manusia yang sejati. Apa yang engkau pikirkan harus selaras dengan apa yang engkau katakan, dan apa yang engkau katakan, itu harus kau lakukan. Ketuhanan adalah satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dan itulah sifat manusia yang sejati. Itu juga arti yang lebih dalam dari perkataan Swami yang sering diucapkan, yaitu, "Studi yang baik bagi umat manusia adalah mempelajari manusia".
Krishna berkata kepada Arjuna, "Aku hendak menjadikan engkau teladan, karena itu Aku mengajarkan sifat-sifat stithaprajna kepadamu di sini, di medan pertempuran. Pertama Aku hendak menjadikan engkau orang yang bijaksana, lalu dengan menjadikan engkau sebagai contoh, Aku akan mengajar orang-orang lain. Pertama-tama engkau harus mengerti prinsip yang amat penting ini bahwa engkau bukan badan, engkau penghuni. Kalau engkau telah mengerti itu, engkau tidak akan dibingungkan lagi oleh kesadaran badan. Badan bersifat sementara. Tuhan kekal dan abadi. Engkau bukan baju, tetapi orang yang memakai baju. Karena itu dikatakan bahwa badan adalah rumah Tuhan dan penghuninya adalah Tuhan sendiri. Dunia ini tidak kekal dan penuh dengan penderitaan, tidak ada gunanya bernaung di dalamnya. Semua orang yang engkau kenal akan berubah. Hanya Tuhan merupakan perwujudan yang kekal. Ia bagaikan lampu yang tidak dapat dipadamkan. Berlindunglah kepada-Nya. Ia cahaya yang maha utama, Paramjyothi;
Ia cahaya setiap jiwa, Jiwanjyothi;
Ia cahaya yang tidak terbatas dan tidak terpadamkan, Akhandajyothi;
Ia satu-satunya cahaya, tiada duanya, Adwaitajyothi"
Dengan jalan ini Krishna mengubah hati Arjuna yang tadinya penuh dengan kekotoran. Dengan menjelaskan seluruh pengetahuan yang mulia ini kepadanya, Beliau membuat hati Arjuna suci dan bersinar serta mengubahnya menjadi seorang stithaprajna.