Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 16 BUANG KETIDAKTAHUAN MAKA DUKA AKAN MENINGGALKAN ENGKAU

PERCAKAPAN 16
BUANG KETIDAKTAHUAN MAKA DUKA AKAN MENINGGALKAN ENGKAU

________________________________________

Kata sangkhya sebenarnya berarti 'kebijaksanaan'. Pada bab kedua kitab Bhagawad Gita yang berjudul Sangkhya Yoga, Krishna mulai mengajarkan jalan kebijaksanaan kepada Arjuna. Untuk mendapat kebijaksanaan, engkau harus melakukan penyelidikan batin. Pada waktu melaksanakan penyelidikan batin engkau harus memisahkan diri dari perasaan dan pikiranmu. Krishna berkata kepada Arjuna, "Arjuna, rasa takut, sedih, menderita, semua ketakutan dan kelemahan ini berhubungan dengan pikiran dan perasaan. Mengapa kelemahan ini ada pada dirimu? Akan Kuberitahukan kepadamu. Pikiran yang tidak murni dan (kekeliruanmu) menyamakan diri dengan pikiran yang tidak murni itu menyebabkan kelemahan hati dalam dirimu".
Krishna menamakan Arjuna seorang Kripanah yang kadang-kadang diterjemahkan dengan 'orang yang hina' atau 'orang miskin' bahkan 'orang yang kikir', tetapi arti ini tidak sesuai untuk menggambarkan Arjuna. Arjuna bukan orang kikir dan ia bukan fakir miskin; juga bukan orang yang keji atau berbudi rendah. Kata-kata yang dipakai sebagai arti kripanah tidak dapat digunakan untuk menggambarkan Arjuna. Tetapi dalam istilah Upanishad kata ini juga dipakai untuk menyatakan ketidaktahuan atau kekaburan batin. Maka yang dimaksud Krishna ketika Beliau menyebut Arjuna, Kripanah, ialah Arjuna masih berada dalam kekaburan batin. Karena kekaburan batinnya, Arjuna tenggelam dalam duka dan penderitaan, juga diliputi rasa takut. Rasa duka timbul bila mengalami perpisahan. Hidup dapat dianggap sebagai arus, sesaat manusia berkumpul kemudian berpisah lagi. Kehidupan manusia terus mengalami penggabungan dan pemisahan. Cara lain untuk menyatakan peralihan ini ialah dengan menganggap kejadian itu sebagai saat-saat sandhya.
Sandhya adalah saat ketika dua waktu yang berbeda dihubungkan. Sandhya adalah saat antara gembira dan sedih, atau saat antara siang dan malam, atau saat antara datang berkumpul dan berpisah lagi. Pada saat sandhya ini engkau berada dalam keadaan gembira sekaligus sedih. Namun keadaan itu tidak lama; mungkin engkau maju terus dan memasuki keadaan bahagia sepenuhnya, atau engkau jatuh dalam kesedihan. Sudah tentu engkau hanya menginginkan kebahagiaan, bukan kesedihan. Kebijaksanaan adalah jalan yang menolongmu agar tetap berada dalam kebahagiaan abadi. Sangkhya Yoga mengajarkan cara mencapai kebahagiaan yang kekal melalui ketidakterikatan dan kasih kepada Tuhan. Dalam Gita, bab Sangkhya Yoga, engkau temukan dua kata yaitu Rishikesha dan Gudhakesa. Rishikesa adalah penguasa indera, dan Gudhakesa adalah orang yang sudah belajar mengendalikan inderanya. Krishna adalah penguasa indera sedangkan Arjuna sudah mampu mengendalikan inderanya. Tetapi pada mulanya Arjuna tenggelam sepenuhnya dalam kesadaran tubuh dan sama sekali tidak menguasai inderanya.
Arjuna mulai khawatir setelah ia memikirkan akibat pertempuran yang akan terjadi melawan sanak keluarga dan kawan-kawan. Ia sangat prihatin dengan apa yang akan terjadi setelah orang-orang tersebut binasa secara jasmani, dengan kata lain, Arjuna hanya berpikir dalam kesadaran badan. Badan dikaitkan dengan tamas 'kelembaman'; dapat dianggap sebagai wadah, tempat atau pakaian yang dipakai oleh jiwa seperti lazimnya engkau melepaskan pakaian yang kotor atau usang dan mengenakan yang baru, begitu pula engkau membuang badan dan memakai yang baru. Krishna memperlihatkan bahwa kematian itu mirip sekali dengan membuang kain yang sudah usang. Nah, bila orang awam mendengarkan hal ini mungkin mereka merasa ragu-ragu.
Setelah delapan puluh atau sembilan puluh tahun, bila akibat keuzuran mulai terasa, engkau mudah menerima bahwa badan ini sudah seperti pakaian yang usang. Maka engkau akan setuju bahwa pakaian usang itu harus ditanggalkan. Tetapi bila seseorang meninggal waktu masih muda, sebelum menginjak usia tua, rasanya seperti meninggalkan pakaian baru. Misalnya tubuh yang baru berusia dua puluh tahun ditinggalkan, apakah itu pakaian usang? Jelas masih baru. Krishna menjawab keragu-raguan ini dengan memberikan sebuah contoh. Misalnya pada suatu waktu engkau pergi berziarah dan membeli sepotong kain. Kain itu engkau bawa pulang dan engkau simpan di lemari; kemudian setelah lima atau sepuluh tahun, ketika menaruh pakaian engkau temukan kain itu dan teringat bahwa engkau membelinya beberapa tahun yang lalu. Engkau bawa kain itu ke tukang jahit untuk dibuat kemeja. Engkau pakai kemeja itu. Pada suatu hari ketika engkau pergi ke tempat ibadat, engkau duduk dan membungkuk, tiba-tiba punggung kemeja robek. Engkau pikir kemeja itu baru, tetapi mengapa cepat sekali robek? Mengapa hanya tahan sebentar sekali? Kemejanya baru, tetapi bahannya sudah lama; kain itu stok lama. Badan yang digunakan hanya sebentar tampak seakan-akan engkau membuang badan baru, tetapi sebenarnya ia stok lama. Engkau peroleh dari kelahiran-kelahiran yang telah lalu.
Ada lagi contoh lain untuk menjelaskan hal ini. Ada dua orang, yang satu muda dan satu lagi tua. Pemuda yang berumur 18 tahun berulang-ulang memukuli sebuah batu, dua puluh pukulan dengan palu, tetapi batu itu tidak pecah. Ia lalu duduk beristirahat. Kemudian datang orang yang tua, hanya dengan dua pukulan dengan palu batu itu pecah. Apa yang membawa hasil yang menakjubkan ini? Batu itu tidak pecah setelah dipukuli dua puluh kali oleh si pemuda, tetapi segera pecah walau hanya dipukul dua kali oleh orang yang berumur 80 tahun? Kesalahan dalam berpikir yaitu engkau hanya menghitung beberapa pukulan oleh orang tua itu dan mengira bahwa batu pecah akibat dua pukulan itu, tetapi sebenarnya batu pecah setelah kena 22 pukulan. Dua puluh pukulan oleh anak muda, setelah itu ditambah 2 pukulan lagi oleh orang tua itu, maka pecahlah batu itu. Begitu pula mungkin engkau telah banyak melakukan latihan rohani dan menikmati berbagai pengalaman spiritual dalam kehidupan yang lampau, kemudian engkau meninggal. Dalam hidup ini engkau mulai lagi melakukan kegiatan spiritual dan sebelum mencapai usia tua mungkin engkau telah mencapai kesempurnaan. Ketika memikirkan hal ini, mungkin engkau hanya memperhitungkan kehidupan sekarang ini, hanya mempertimbangkan upaya dan hasil kegiatan dalam kelahiran ini, tetapi dalam pandangan Tuhan, seluruh kehidupanmu terdahulu, segala upaya dan hasilnya dipertimbangkan. Krishna berkata, "Nak, pada akhirnya setiap badan akan dihancurkan oleh waktu; ketahuilah engkau sudah pernah hidup dalam tubuh-tubuh yang tidak terhitung banyaknya dan telah melalui siklus kelahiran dan kematian yang tidak terhitung jumlahnya pada masa lampau, sejauh manusia dapat menghitung."
Kata badan dalam bahasa Sanskerta ialah sarira, artinya 'yang menjadi usang'. Lahir dalam bentuk segumpal daging; selama pertumbuhannya ia menjadi badan yang indah dan menarik, tetapi akhirnya ia menjadi tua, habislah kekuatan dan daya tariknya. Badan merupakan barang yang lembam dan tidak punya kesadaran; selama hidup ia mengalami berbagai perubahan dan akhirnya jompo. Tetapi sekarang mungkin engkau merasa ragu. Mengapa dikatakan lembam atau tidak sadar? Ia berbicara, ia berjalan, ia hidup, dan ia bekerja; badan yang hidup ini tidak bisa dikatakan lembam. Tetapi kalau engkau memutar kunci sebuah jam, ia juga akan bekerja dan bergerak. Dari saat itu jarum jam akan berputar dan belnya berdenting setiap jam. Namun, belum cukup alasan untuk mengatakan bahwa jam itu hidup. Karena tenaga yang diperolehnya setelah engkau putar, jam itu bekerja dengan semestinya. Begitu pula karena adanya tenaga hidup yang diberikan oleh Tuhan, badanmu dapat berbicara dan melakukan berbagai kegiatan. Tanpa prinsip ketuhanan yang menghidupkannya, badan tidak dapat berfungsi, sama seperti jam tidak dapat hidup tanpa diputar.
Tetapi, kini timbul pertanyaan lagi. Jam bekerja, tetapi bentuk dan ukurannya tidak berubah, sedangkan badan tumbuh. Bagaimana penjelasanmu dalam hal ini? Jika ia lembam, mengapa ia tumbuh? Barang yang lembam tidak tumbuh. Tetapi, jika engkau menyapu lantai dan mengumpulkan debunya serta membuangnya ke tempat sampah, tumpukan debu itu pun akan makin tinggi. Bila engkau terus memberi makan badan ini dengan segala macam makanan, badan ini pun akan tumbuh. Karena makanan menumpuk dalam badan, makan badan tumbuh. Tumpukan sampah dapat tumbuh, tetapi tidak dapat dikatakan hidup. Begitu pula hanya karena engkau lihat badanmu tumbuh engkau tidak dapat menyimpulkan bahwa ia hidup. Badan itu sendiri hanya merupakan barang yang tidak giat atau lembam, tetapi penuh dengan kesadaran, karena dasarnya ketuhanan. Ingatlah selalu asas itu; kesadaran Tuhan itulah yang menunjang dan menggiatkan asas kehidupan pada setiap makhluk. Dengan pengertian itu lakukanlah tugasmu.
Bila Krishna mengatakan Arjuna seorang yang bodoh apakah ini berarti bahwa Arjuna tidak berpendidikan? Tidak, sama sekali tidak demikian. Arjuna menguasai bermacam-macam ilmu; ia mahir dalam ilmu perang, dalam ilmu administrasi, dan banyak keterampilan profesional lainnya. Tetapi, dalam bidang kerohanian ia tidak terlatih. Setiap orang mempergunakan kemampuan dan bakatnya untuk menekuni satu bidang tertentu dan mengembangkan kemahirannya dalam bidang itu. Ada orang yang menggunakan kemampuannya untuk menguasai musik, ada yang menulis buku puisi, lainnya pula mengembangkan bakatnya dalam bidang seni lukis dan seni ukir. Bayangkan pada profesor di universitas kita. Salah seorang sangat ahli dalam bidang fisika, yang lain kimia, lainnya lagi matematika, dan ada lagi yang menguasai bidang biologi. Demikianlah mereka unggul dalam bidang masing-masing, tetapi mereka tidak tahu banyak bidang akademis lainnya. Umpamanya dalam hal mempelajari Weda; beberapa orang mempergunakan segala kemampuannya untuk mempelajari Weda hingga mencapai keahlian mengidungkan ayat-ayat Weda dengan lancar dan baik sekali. Kamaldhani kita sangat tersohor dalam bidang ini. Tidak ada yang menyamainya dalam bidang ini; ia mencapai keahlian luar biasa dalam Weda. Tetapi jika engkau bertanya kepadanya, "Siapakah Sita?", ia akan menjawab, "Ia istri Krishna". Ia tidak banyak mengetahui ilmu duniawi. Hal ini dikarenakan setiap orang mengerahkan segenap kemampuannya untuk satu bidang ilmu tertentu dan mencapai spesialisasi. Begitu pula Arjuna sebagai putra raja mencapai keahlian luar biasa dalam ilmu panahan, tetapi dalam bidang lain pengetahuannya tidak begitu mendalam.
Satu-satunya yang menguasai serta ahli dalam segala bidang adalah Tuhan. Itulah sebabnya Beliau disebut Mahatahu. Yang Mahatahu juga Mahakuasa dan Maha Ada. Hanya Tuhanlah yang memiliki ketiga sifat ini, Mahatahu, Mahakuasa, dan Maha Ada. Karena mengetahui masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang, dan mengetahui bahwa Arjuna telah siap, Krishna mengajarkan kebenaran spiritual yang mulia kepada Arjuna. Krishna berkata kepada Arjuna, "Ketahuilah sifat badan yang sementara dan ingatlah selalu asasnya; dengan asas ketuhanan itu sebagai pusat perhatianmu, lakukanlah tugasmu. Mula-mula lepaskanlah segala keterikatanmu. Engkau diliputi oleh kesadaran badan (menganggap tubuh sebagai diri yang sejati). Keterikatan ini sangat berbahaya. Ia dapat menghancurkan seluruh kemampuan pertimbanganmu". Ada suatu cerita mengenai hal itu.
Pada suatu hari Indra, dewa tertinggi, dikutuk sehingga menjadi babi di bumi. Karena lahir sebagai babi, ia melewatkan seluruh waktunya dengan hidup berkeluarga dalam air yang kotor dan berlumpur. Ketika Batara Narada lewat dan melihat babi ini beserta keluarganya, ia mengenali Indra dalam wujud itu. Narada sangat kasihan kepadanya. Narada berkata kepada babi itu, "Indra, lihatlah betapa merosot martabatmu, wujud badan apa yang engkau pakai itu? Mengapa ini bisa terjadi? Tetapi, tidak apa, jangan khawatir, akan kubebaskan engkau dari kutuk ini. Aku bisa menggunakan segala kemampuan tapaku untuk menolong engkau". Ia berkata kepadanya dengan penuh rasa simpati, dengan mengatakan bahwa tokoh yang seharusnya menikmati segala kesenangan surgawi telah dijadikan wujud yang amat menyedihkan seperti itu. Alangkah malang hidupnya sekarang. Indra dalam wujud babi menjawab, "Narada, mengapa engkau menghalangi kebahagiaanku? Kebahagiaan yang aku peroleh dari air kotor ini tidak akan dapat kuperoleh di tempat lain. Hidup yang amat menyenangkan yang aku nikmati bersama istri dan anak-anakku dalam air yang berlumpur ini tidak dapat kuperoleh di surga. Tolong jangan mencampuri urusan hidupku dang menghalangi kebahagiaan yang kunikmati sepenuhnya di tempat ini. Silahkan urus dirimu sendiri". Indra yang terbius oleh khayal keterikatan, tidak menyadari nasibnya yang menyedihkan itu.
Bila engkau diliputi moha atau 'keterikatan', engkau akan tertipu mentah-mentah. Kesan atau pandangan yang keliru ini disebabkan oleh kekuatan maya yang tidak terpatahkan. Jika engkau ingin menghancurkan kekuatan maya ini, engkau harus mengembangkan kekuatan atma. Karena itu, Krishna mengambil prakarsa untuk mulai mengajarkan atma vidya atau pengetahuan tentang diri sejati kepada Arjuna. Hanya setelah engkau memperoleh pengetahuan tentang atma, engkau dapat melakukan tugasmu dengan baik. Tanpa pengetahuan ini engkau bahkan tidak bisa memahami tugas harian yang menyangkut keduniawian dengan sepatutnya. Tetapi, sekedar mendengarkan ajaran spiritual hanya sedikit manfaatnya. Bila engkau mendengarkan ajaran Gita, engkau merasa sangat bahagia dan penuh kegembiraan; semuanya tampak sangat sederhana. Tetapi kegembiraan yang engkau alami hanya bersifat sementara. Bila engkau mencoba melaksanakan ajaran itu akan timbul banyak masalah dan kesulitan. Tetapi engkau harus tetap berusaha. Ajaran itu tidak banyak artinya jika tidak engkau amalkan; apa yang engkau dengar dan apa yang engkau baca harus betul-betul kau resapi dan kau hayati. Maka engkau akan memperoleh sesuatu yang benar-benar bermanfaat dari ajaran itu.
Krishna Chaitanya, ketika berziarah, sampai di Srirangapatnam, sebuah desa di India Selatan. Dalam sebuah pura di desa ini telah berkumpul sejumlah orang. Seorang guru, pendeta yang sangat ahli, sedang mengajar dan menjelaskan Gita. Pendeta itu membaca teks, murid menirukan, lalu pendeta memberikan penjelasannya. Salah seorang murid duduk di pokok sambil mencucurkan air mata, murid-murid lainnya memegang buku Gita dan mengulang setiap bait, dengan penuh perhatian mendengarkan penjelasan pendeta. Air muka mereka selalu berubah waktu teks dijelaskan. Kadang-kadang mereka gembira, kadang-kadang serius. Tetapi murid yang duduk di pokok tidak demikian; air mukanya tidak berubah. Ia hanya mengeluarkan air mata terus menerus.
Chaitanya melihat hal ini. Ia mendekati orang itu dan bertanya, "Mengapa engkau menangis? Ketika Gita dijelaskan dengan begitu gembira, apa sebab engkau sedih?" Orang itu menjawab, "Swami, saya tidak tahu siapakah Anda. Saya tidak mengerti bahasa Sanskerta. Saya tidak bisa mengucapkan ayat-ayat itu. Karena saya tidak mengerti bahasa Sanskerta, saya tidak ingin mengulang ayat-ayat itu dengan ucapan yang salah, karena mungkin nanti saya berdosa karenanya. Karena itu, saya hanya membayangkan dalam pikiran saya Krishna mengajarkan Gita kepada Arjuna, dengan menoleh ke belakang untuk berbicara kepada Arjuna yang duduk di belakang-Nya di atas tempat duduk kereta. Saya menangis karena saya membayangkan Krishna memutar kepalanya seperti itu begitu lama untuk meyakinkan Arjuna. Memutar kepala seperti itu tentu menimbulkan rasa sakit. Kalau saja Arjuna duduk di depan dan Krishna di belakang maka tidak menyebabkan Tuhan merasa sakit. Pikiran itulah yang sangat menusuk hati saya. Itulah sebabnya saya menangis". Chaitanya merasa bahwa inilah abdi Tuhan yang sejati. Orang itu sangat mencintai Krishna dan menghayati Krishna begitu mendalam dalam cerita Krishna mengajarkan Gita kepada Arjuna, sehingga ia merasa menjadi bagian dari Krishna sendiri. Chaitanya menyimpulkan bahwa penghayatan semacam itu jauh lebih mulia daripada hanya mendengarkan dan mengulang-ulang ayat-ayat Gita.
Sekarang pun sementara Gita dijelaskan, beberapa diantara kalian menulis dengan tekun dan khidmat dalam buku catatannya sementara yang lain memegang Gita dan mengikuti ayat-ayat itu agar mengerti. Namun, semua ini hanya kegiatan lahir saja dan tidak akan menimbulkan rasa bhakti yang mendalam. Jika engkau ingin agar hatimu sarat dipenuhi dengan intisari ajaran ini, engkau harus mengusahakan pengalaman batin yang sebenarnya. Lakukanlah ini dengan melaksanakan makna ayat-ayat Gita dalam kehidupanmu sehari-hari; walaupun engkau hanya mengamalkan salah satu ayat, itu lebih dari cukup. Apa gunanya mencatat seratus ayat? Jika engkau mengisi kepalamu dengan seluruh isi buku, maka kepalamu itu merupakan buku pula. Yang penting adalah apa yang terukir dalam hatimu. Jika dari seluruh ajaran ini hanya ada satu yang terukir di hatimu, cukuplah sudah, hanya itu yang diperlukan. Penuhilah hatimu dengan cinta kasih; itu sudah cukup. Tidak perlu engkau mengisi kepalamu dengan ilmu yang tinggi-tinggi dan pengetahuan buku, melainkan jauh lebih baik bila engkau mengisi hatimu dengan cinta kasih.
Krishna berkata kepada Arjuna, "Kesedihan dan ratap tangismu tidak ada artinya jika engkau melandasi segala pemikiranmu hanya pada ikatan jasmani dan hubungan keluarga. Bersikaplah mawas diri, maka engkau akan mampu memahami hal-hal yang Aku jelaskan. Engkau merasa sedih untuk orang-orang yang tidak perlu disedihkan. Engkau membuat dirimu sendiri sengsara tanpa alasan. Engkau tidak perlu menderita seperti itu. Engkau merasa sedih karena ketidaktahuanmu. Lenyapkanlah ketidaktahuan ini. Hanya bila ketidaktahuan ini tidak tersisa sedikitpun dalam hatimu, engkau akan mampu memahami pengetahuan ini".
Ketidaktahuan itu laksana api. Api itu mungkin hampir padam sepenuhnya kecuali beberapa bara api. Tetapi kalau ada angin, percikan api dari bara itu bisa menjadi lautan api. Karena itu, tidak boleh ada sisa api yang tertinggal sedikitpun juga. Ketidaktahuan juga seperti penyakit. Misalnya penyakitmu hampir sembuh, tetapi masih ada sisa sedikit. Jika setelah pulang dari rumah sakit engkau tidak melakukan diet sebagaimana mestinya, penyakit akan segera kambuh dan menjalar lagi. Jangan sampai ada sisa penyakit sedikitpun. Dapat pula engkau bandingkan ketidaktahuan itu dengan hutang. Misalkan engkau telah membayar semua hutangmu, hanya tersisa hutang kecil sebesar seratus ribu rupiah. Tetapi kalau engkau biarkan bunganya menumpuk, apa yang akan terjadi? Hutang itu akan mulai menumpuk lagi. Karena itu hutang harus dibayar seluruhnya. Begitu pula bila masih ada bekas keterikatan dan nafsu dalam hatimu, rasa dukamu mungkin bisa menyala dan berkobar lagi. Itulah sebabnya Krishna memperingatkan Arjuna, "Kalau engkau membiarkan sisa keterikatan sekecil apa pun dalam hatimu, apa pun yang Aku ajarkan akan sia-sia. Engkau harus memusnahkan sama sekali seluruh rasa keterikatanmu yang telah dipelihara begitu lama oleh ketidaktahuan yang menutupi hatimu. Untuk membantumu melakukan hal ini, Aku mengajarkan engkau Sangkhya Yoga".
Bab Sangkhya Yoga, bab kedua, merupakan bagian Gita yang amat penting. Kalau engkau dapat memahami perbedaan antara atma dan anatma, perbedaan antara diri sejati dan diri khayal yang bersifat keduniawian, maka semua bab-bab lainnya akan sangat mudah dipahami. Karena itu, engkau harus mempelajari bab kedua ini bait demi bait, dan bila perlu selama dua atau tiga hari gunakan untuk konsentrasi, cobalah memahami Sangkhya Yoga dari lubuk hatimu. Setiap kata dalam setiap bait pada bab ini, mulai dari ajaran Krishna, dapat dianggap sebagai permata yang langka. Hanya bila engkau mengerti sepenuhnya isi dan makna Sangkhya Yoga engkau akan mampu memahami seluruh Gita.