Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 21 DEKATKAN DIRIMU DENGAN TUHAN UNTUK KEMULIAANMU

PERCAKAPAN 21
DEKATKAN DIRIMU DENGAN TUHAN UNTUK KEMULIAANMU
Krishna berkata, "Orang yang menjadi budak nafsunya menjadi budak seluruh dunia. Orang yang menguasai nafsunya menjadi penguasa seluruh dunia."
________________________________________
Yakinilah pengetahuan bahwa ketuhanan yang bersemayam dalam dirimu, atma yang merupakan sumber cahaya, adalah dasar segala kebahagiaan dan kesenangan yang bisa engkau alami di dunia. Kebanyakan orang mengalami penderitaan yang berat karena mempunyai anggapan yang keliru bahwa kesenangan indera dan kenikmatan benda-benda duniawi itu nyata dan kekal, tetapi semua ini hanya sementara dan tidak dapat berlangsung terus. Orang-orang belum menyelidiki dan belum memahami apa sesungguhnya dasar kebahagiaan yang berkaitan dengan objek indera dan segala kemewahan dunia.
Dalam Bhagawad Gita badan digambarkan sebagai sebuah periuk dengan sepuluh lubang, di dalamnya ada lampu yang tidak dapat dipadamkan. Jika engkau menutup periuk ini dengan kain tebal maka engkau tidak bisa melihat sinar lampu itu. Tetapi jika pelan-pelan engkau angkat kain penutup periuk, engkau dapat melihat cahaya keluar dari sepuluh lubang periuk itu. Pada saat itu seolah-olah ada sepuluh berkas sinar. Tetapi kalau periuk itu engkau pecah engkau menyadari bahwa hanya ada satu lampu di dalamnya. Atma yang bersinar adalah lampu yang memancarkan cahaya itu.
Sinar atma yang cemerlang ditutupi oleh badan dan sepuluh inderanya, lima kasar, dan lima halus, yang digambarkan sebagai sepuluh lubang periuk. Dan periuk badan ini ditutupi oleh kain tebal rasa kepemilikan dan keterikatan. Terlebih dulu engkau harus menyingkirkan kain egoisme dan rasa kepemilikan. Rasa memiliki ini bersumber pada ketidaktahuan: merupakan tipuan yang berasal dari maya. Maya dapat dianggap sebagai selubung luar bagi Tuhan; Tuhan digambarkan mempunyai khayalan sebagai bentuk luar-Nya yang menyelubungi dan menutupi-Nya dari pandangan. Bila engkau lepas dari kain khayal ini maka sinar yang ada di dalam akan tampak, bercahaya cemerlang melalui alat-alat indera.
Cahaya yang engkau lihat melalui mata adalah pantulan cahaya ketuhanan yang bersinar yang ada di dalam. Getaran engkau dengar dan rasakan dengan kulit dan telingamu adalah reaksi cahaya itu juga. Suara yang engkau buat dengan mulut adalah gema cahaya ketuhanan itu juga. Semua yang dapat engkau kerjakan dan alami melalui alat-alat indera, tidak lain hanya pantulan, reaksi, atau gema dari atma jyothi, sinar cemerlang yang merupakan dirimu yang abadi. Tetapi, selama engkau masih mempunyai periuk badan ini, engkau tidak dapat melihat sinar atma yang esa, engkau hanya mengalami pantulan-pantulan cahaya yang berlainan.
Sesungguhnya engkau melihat keanekaan dalam kesatuan. Engkau harus meluruskan pandangan yang keliru ini. Upanishad mengajarkan bahwa engkau harus melihat kesatuan dalam keanekaan. Bilakah engkau dapat melihat dan menghayati kesatuan? Hanya bila engkau memusnahkan rasa persamaan diri dengan tubuh maka engkau dapat menghayati kesatuan dari semuanya itu. Mayalah yang mengakibatkan pengalaman khayal sehingga engkau melihat keberagaman yang sebenarnya hanyalah kesatuan. Dalam Upanishad dituliskan pengalaman langsung para resi yang agung bahwa hanya ada satu kesatuan dalam keserbaanekaan dunia, kesatuan ini merupakan dasar segala-galanya dimanapun juga. Kesatuan ini adalah atma yang harus dihayati dalam setiap objek dan setiap mahkluk. Inilah intisari ajaran Bhagawad Gita yang juga menjadi intipati seluruh Upanishad.
Gita menjelaskan kesatuan yang sama dan tidak berubah di mana pun juga ini sebagai yoga. Engkau harus menyelidiki, mengambil kejadian-kejadian dalam kehidupanmu sehari-hari, untuk mengetahui bagaimana engkau dapat menghayati kesamaan ini dalam keanekaragaman. Untuk mengetahui ketuhanan yang terkandung dalam segala sesuatu, perhatikan contoh penyediaan makanan. Misalnya, beberapa macam makanan manis seperti kue, cake, dan gula-gula yang kau buat. Bentuk dan nama kue serta gula-gula itu berbeda-beda, tetapi bahan pokoknya sama yaitu gula. Karena ada gula, semuanya mempunyai rasa manis. Tepung sendiri tidak manis, rasanya tawar, tetapi setelah dicampur gula, baru terasa manis. Tidak menjadi masalah apakah engkau memakai tepung beras tepung gandum, atau tepung lain, asalkan dicampur gula, rasanya manis, Begitu pula objek-objek di dunia ini tidak mempunyai rasa atau tawar, tetapi karena gula ketuhanan dicampurkan di dalamnya, engkau bisa menikmati macam-macam di dunia ini dan kau anggap semua itu menarik serta enak.
Tetapi janganlah, menyia-nyiakan hidupmu untuk mengejar kesenangan duniawi. Sadarilah kebenaran bahwa engkau memperoleh kelahiran sebagai manusia ini bukannya untuk sekedar menikmati makan dan tidur. Bila engkau memperhatikan sekelilingmu, engkau dapat melihat hewan, burung, dan cacing yang hanya hidup untuk makan. Mengapa harus hidup sebagai manusia kalau hanya untuk mengejar kesenangan seperti hewan, burung, dan cacing itu? Apa gunanya mencari pengetahuan yang tertinggi lalu menghabiskan waktumu untuk bersuka ria dalam kesenangan-kesenangan rendah yang juga dinikmati oleh hewan, burung, dan cacing tanpa memerlukan pendidikan tinggi? Apakah ideal khusus yang selama ini telah diberikan kepada umat manusia (untuk dicapai)? Apakah makna yang mendalam dari pernyataan bahwa sungguh sulit mendapatkan hidup sebagai manusia? Hidup sebagai manusia tidak diberikan agar engkau dapat berkelakuan seperti binatang. Dan juga tidak diberikan agar engkau dapat berkelakuan seperti iblis. Manusia dilahirkan sebagai manusia untuk mengembangkan sifat-sifat ketuhanan. Engkau telah diberi kehidupan sebagai manusia agar dapat mencapai tingkat yang tertinggi yaitu kesadaran Tuhan. Itulah yang juga diajarkan oleh Yesus ketika Beliau berkata, "Manusia hidup bukan dari roti saja".
Engkau harus mencapai sesuatu yang sangat berarti. Engkau telah diberi kehidupan agar engkau dapat menyadari sifat Tuhan yang ada pada dirimu. Tugasmu yang utama sebagai manusia ialah melepaskan hal-hal yang tidak kekal dan mencapai hal-hal yang kekal. Tetapi sekarang engkau tidak menginginkan sifat yang luar biasa itu, bahkan engkau hidup terikat. "Karena itu Arjuna", kata Krishna, "Kesadaran badan dan keterikatan kepada badan membelenggu engkau. Lepaskanlah keterikatanmu kepada badan".
Engkau harus menyelidiki mengapa engkau mempunyai keterikatan kepada badan. Perhatikan contoh ini. Setiap orang tahu bahwa tidak benar berkata bohong. Banyak orang, pada suatu saat mengucapkan sumpah bahwa mereka tidak akan berbohong. Tetapi, setelah itu, ketika terlibat dalam percakapan, mereka berbohong lagi. Ambil contoh seorang pedagang yang tahu bahwa ia tidak boleh menipu. Ia bertekad akan membatasi dirinya untuk mencari untung yang sedang-sedang saja secara jujur. Tetapi keesokan harinya ia melakukan kecurangan. Atau seseorang memutuskan tidak akan bergunjing atau melukai hati orang dalam pembicaraan, namun dalam beberapa menit saja ia lupa akan janjinya dan mulai mencela seseorang. Rupanya pikiran orang tidak tetap sama sekali, dan tanpa pikiran yang teguh serta tetap ia tidak dapat mengendalikan perbuatannya. Pada hari suci ia berpendapat bahwa ia tidak boleh memikirkan hal-hal lain kecuali Tuhan dan berpuasa tidak makan. Tetapi tak berapa lama kemudian ia mulai melonggarkan puasanya dan berkata, "Baiklah saya makan kue dan minum teh saja".
Bila seseorang terus melakukan pelanggaran seperti itu terhadap apa yang telah diputuskannya, pastilah ada sesuatu yang amat kuat yang mendorong dari dalam dirinya dan selalu mengalahkannya. Jika tidak ada insting atau dorongan yang kuat itu dari dalam, pasti ia tidak akan mengubah ketetapan hatinya dan dengan kemauan yang kuat dapat mempertahankan disiplin yang telah dinyatakannya. Jadi dalam dirinya ada tenaga atau kekuatan yang tersembunyi yang tidak dapat dikendalikan atau dipahaminya. Jika ia berpikir lebih dalam dan mencoba menemukan apa gerangan kekuatan itu, ia akan mendapati bahwa kekuatan itu ada hubungannya dengan tiga guna 'sifat yang dimiliki manusia'. Guna atau sifat ini adalah satwa, rajas, dan tamas, yaitu sifat yang selaras, yang aktif atau bernafsu, dan yang lamban. Ketiga sifat ini hidup dan tumbuh karena makanan dan tidur. Di antara tiga sifat itu, rajo guna dan tamo guna cenderung mendorong manusia mengikuti jalan yang salah. Rajo guna mempunyai anak yang bernama kama atau 'nafsu'. Tamo guna mempunyai anak perempuan yang bernama krodha atau 'amarah'. Dorongan pertama yang kuat yang menyebabkan manusia melanggar keputusannya adalah anak rajo guna, yaitu nafsu. Nafsu menjadi pemimpin atau kapten semua sifat yang buruk.
Kini engkau bisa membuat program untuk menundukkan musuhmu yang datang dari luar, tetapi ini akan sia-sia jika engkau belum mengalahkan musuh yang ada dalam dirimu. Kalau engkau sudah menyerah kepada musuh dalam dirimu, bagaimana engkau berharap mengalahkan musuh di luar dirimu? Bila musuh dalam dirimu telah menundukkan kemauanmu dan mengalahkan segala niat yang baik, bagaimana engkau dapat menghadapi dan menaklukkan musuh di luar dirimu. Kapten sifat-sifat buruk atau nafsu ini telah membuat lubang dan memasuki rumah; yang lain-lain seperti kebencian, amarah, keserakahan, dan kecemburuan lalu ikut masuk rumah itu. Pada saat musuh-musuh ini ada dalam dirimu, engkau kehilangan rasa pertimbangan dan kebijaksanaanmu. Pada saat engkau kehilangan kebijaksanaanmu engkau juga membatalkan keputusanmu. Karena itu, alasan utama mengapa engkau tidak mematuhi ketetapan hatimu adalah dorongan nafsu. Coba kita berusaha mendalami hal ini.
Istana-istana yang dibangun untuk tempat tinggal para kaisar agung dan raja-raja biasanya dikelilingi oleh tembok yang kuat untuk menahan serbuan dari luar. Di tembok itu ada beberapa pintu yang dijaga. Begitu juga sebuah tempat ibadat biasanya terletak pada tempat yang dikelilingi tembok pengaman dan ada beberapa gerbang atau pintunya. Badan dapat dianggap sebagai tembok pekarangan yang mengelilingi Tuhan yang tinggal di tempat ibadat dalam hati sebagai atma. Benteng atau tempat ibadat dibangun dengan bata, semen, pasir, dan adukan, tetapi tempat ibadat ini dibangun dengan darah, tulang, dan daging. Dalam tembok daging dan tulang ada juga beberapa gerbang atau pintu dalam bentuk alat indera. Melalui pintu-pintu indera inilah nafsu dan sifat-sifat buruk lain menyerbu ke dalam tempat suci.
Badan memperoleh cahayanya dari penghuni yaitu Tuhan. Selama penghuni bersemayam di dalam badan, keharuman dan kegairahan hidup tetap memancar. Pada saat penghuni meninggalkan badan, ia menjadi berbau busuk dan buruk. Tanpa penghuni ini badan merupakan barang yang menjijikkan, sama sekali tidak harum, dan terus menerus mengeluarkan bau busuk. Proses mengubah badan dengan kualitas yang menjijikkan itu menjadi alat untuk mengabdi umat manusia dan menyadari sifat ketuhanan dapat memberikan kebahagiaan dan kepuasan batin. Tetapi orang menganggap tubuhnya hanya sebagai alat untuk memperoleh kesenangan badani sehingga ia memakai badannya untuk hal-hal yang tidak benar. Krishna memperingatkan Arjuna bahwa ini bukan sifat manusia sejati. Ia berkata kepada Arjuna, "Nak, badan diberikan agar mengerti Dehi 'penghuninya' (Tuhan). Gunakanlah dia untuk tujuan yang suci itu. Hewan dan burung tidak diberi kemampuan membedakan ini".
Selama ini engkau dapat menikmati berbagai hal karena engkau mempunyai kemampuan yang unik untuk mencari pengetahuan dan mawas diri. Engkau harus menggunakan segenap kemampuanmu untuk memahami prinsip-prinsip yang menjadikan sifat manusia. Mula-mula engkau harus mengerti kekuatan keinginan yang membuat engkau melanggar keputusanmu. Tentu engkau mempunyai keinginan, tanpa keinginan engkau tidak dapat hidup sesaatpun. Tetapi engkau harus menggunakan segala keinginanmu untuk kebaikan. Dalam hal ini engkau harus memberi contoh yang baik kepada orang lain. Itu berarti hidup sebagai manusia sejati. Jika engkau tidak menjadikan kesejahteraan seluruh masyarakat sebagai tujuanmu, engkau tidak bisa dinamakan manusia. Karena engkau lahir dalam masyarakat, karena engkau hidup dalam masyarakat dan memperoleh banyak manfaat dari masyarakat, engkau harus mengabdi kepada masyarakat. Dalam pengabdian kepada masyarakat, engkau mengabdi kepada Tuhan. Apakah itu tugas kecil atau pekerjaan besar, apapun yang engkau kerjakan harus kau lakukan demi Tuhan. Pekerjaan apapun yang engkau lakukan harus diubah menjadi pekerjaan yang suci, pekerjaan itu harus dijadikan ibadah.
Apapun yang engkau kerjakan, engkau harus bertanya, "Adakah manfaatnya?" Kesepuluh sinar yang memancar dari badan berasal dari satu sumber, yaitu cahaya dari Tuhan. Sinar-sinar ini adalah pantulan cahaya atma dalam dirimu, yaitu cahaya Tuhan Yang Mahakuasa. Engkau harus selalu menyadari hal ini. Engkau bisa langsung melihat badan kasar dengan roman muka dan ciri-cirinya, tetapi karena engkau tidak bisa melihat atma secara langsung, engkau tidak mempunyai pengertian yang benar tentang kecemerlangan Tuhan yang bersemayam di dalamnya. Ada sebuah contoh tentang ini. Pada suatu hari turun hujan yang lebat secara mendadak. Curahan ari jatuh dari pohon, air tercurah dari atap dan talang, ada lagi air dari serambi, juga air dari atap rumah sebelah, air membanjiri tanah, mengakibatkan anak sungai dan sungai-sungai banjir. Air ada dimana-mana dan seolah-olah datang dari berbagai tempat, tetapi setiap tetes air ini hanya berasal dari satu sumber, yaitu awan tebal yang menutupi seluruh langit.
Begitu pula segala suara, segala kekuatan, segala keindahan, segala keahlian yang tampak dalam diri siapapun, semuanya berasal dari satu sumber, yaitu Tuhan Yang Maha Esa yang ada di mana-mana. Engkau harus menyadari kesatuan yang mendasari semua sifat yang berlainan ini. Kalau engkau telah memahami kesatuan ini, segala perbedaan akan lenyap, dan kalau keanekaragaman itu lenyap, segala keinginan lenyap pula. Maka bila keinginan musnah, tidak ada lagi amarah. Dan bila engkau telah mengalahkan keinginan (nafsu) dan amarah, engkau akan mencapai pengetahuan suci itu. Melalui latihan rohani, terutama dengan penyelidikan batin engkau akan dapat menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam dirimu. Kerinduan untuk memperoleh terang pengetahuan suci ini, untuk menghayati Yang Maha Esa dalam keberagaman, dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyhur.
Asatoma satgamaya
Tamasoma jyothir gamaya
Mrityorma amritam gamaya
Tuntunlah kami dari yang palsu ke yang sejati
Tuntunlah kami dari yang gelap ke yang terang
Tuntunlah kami dari kematian ke kekekalan.
Nilai berbagai objek di dunia didasarkan pada tempat yang diduduki. Pekerjaan apapun yang engkau lakukan, jika kau kerjakan demi Tuhan dan kau persembahkan kepada Tuhan, maka pekerjaan itu mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan pekerjaan itu dengan Tuhan, ia menjadi suci dan mempunyai kekuatan yang besar. Engkau bisa mengerti hal ini dari contoh berikut. Jika engkau melihat seekor tikus dalam rumahmu, engkau akan mengambil tongkat dan mencoba membunuhnya. Engkau merasa jijik melihat tikus. Tetapi menurut tradisi tikus adalah kendaraan Dewa Ganesha. Bila engkau menganggapnya demikian, engkau menghormatinya sebagai wahana yang suci untuk dewa. Apakah alasannya? Nilai yang tinggi yang didapat oleh tikus sebagai kendaraan Ganesha ialah karena ia dihubungkan dengan suatu perwujudan ketuhanan. Begitu pula bila engkau melihat ular mungkin engkau merasa takut lalu mengambil tongkat untuk mengusirnya. Atau engkau mungkin mencari pawang ular untuk menangkapnya. Tetapi kalau ular itu melingkar di leher Shiwa, engkau menyembahnya dan memberikan penghormatan kepadanya. Apakah alasannya? Alasannya ialah ular itu telah mempersembahkan dirinya kepada Shiwa dan mengabdi kepada-Nya. Karena itu ia menjadi suci seperti Shiwa. Walaupun ia seekor ular yang berbisa, karena ia mempersembahkan dirinya kepada Tuhan, ia memperoleh keharuman dan kemuliaan.
Pada suatu hari Wishnu mengirim berita kepada Shiwa. Berita itu dikirim melalui Garuda, burung yang menjadi kendaraan Wishnu. Garuda datang kepada Shiwa, mengepak-ngepakkan sayapnya. Ular yang menghiasi leher Shiwa merasakan angin yang dihasilkan kebasan sayap Garuda; ia mulai mendesis. Walaupun burung Garuda adalah musuh bebuyutan ular dan ular biasanya bersembunyi atau lari bila ada Garuda, kini si ular mendesis kepada Garuda. Ia berani melakukan hal ini karena kekuatan yang diperolehnya berkat posisi yang ditempatinya di leher Shiwa. Ketika ular yang menderita egoisme ini terus mendesis kepada Garuda, Garuda berkata, "Oh, engkau ada di leher Shiwa, karena itu aku memaafkan engkau. Tetapi, coba bergeser sedikit, lepas dari leher Shiwa barang sesaat." Pada saat ular meninggalkan tempatnya, ia menjadi mangsa burung. Selama ia tetap berada pada tempatnya, ia mempunyai kekuatan yang hebat karena kedekatannya dengan Tuhan.
Sesungguhnya satu-satunya keakuan yang dapat diterima adalah bila engkau menghubungkan aku dengan Tuhan, dan bila engkau berkata, "Aku adalah Dia. Aku satu dengan Tuhan." Tetapi jika engkau menjauhkan diri dan tidak mencintai Tuhan, jika ego meliputi jiwamu, maka engkau menjadi hina, lemah, dan rapuh. Walaupun hanya hal yang kecil, hal yang tidak berarti, kalau ia berlindung kepada Tuhan, nilainya akan jauh lebih tinggi. Batu biasa mungkin tergeletak di jalan, tetapi bila ada seorang pematung yang membuat patung suci darinya, batu tadi akan dihormati dan disembah di tempat ibadat. Engkau dapat merenungkan atau membayangkan nilai luar biasa yang akan kau peroleh jika engkau menghubungkan dirimu dengan ketuhanan dan engkau sendiri menyatu dengan Tuhan.
Apapun juga yang rendah atau memalukan tidak mungkin berada dalam Tuhan. Ketika menyekap Sita di taman Ashoka, Rawana sangat menderita batin. Meskipun sepuluh bulan telah berlalu, Sita tidak menyerah kepadanya. Ia bahkan tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun kepada Rawana. Ancaman apa pun yang ditujukan kepadanya, Sita tetap tidak memperdulikannya sama sekali. Hal ini diperhatikan oleh Mandodari, istri Rawana, lalu ia mendatangi suaminya dan mencoba memperbaiki tindakannya. Ia berkata, "Rawana, kekuasaanmu tidak terbatas. Engkau sangat berbhakti kepada Shiwa. Engkau telah banyak melakukan tirakat. Engkau mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk menyamar. Engkau punya kekuatan untuk menyamar menjadi apa saja. Karena engkau bisa menjadi apa saja sekehendak hatimu, mengapa engkau tidak menemuinya dengan menyamar sebagai Rama? Dengan begitu Sita akan segera menyambutmu. Mengapa engkau belum melakukan ini?" Rawana berkata kepada Madodari, "Mandodari, jika aku menyamar sebagai Rama dan memakai wujud-Nya yang suci, tidak mungkin aku tetap memiliki nafsu birahi!"
Bila engkau menyatu dengan sifat ketuhanan, segala pikiran dan gagasan yang hina akan lenyap. Pikiran dan gagasan semacam itu tidak akan muncul lagi dan mengganggu ketenanganmu. "Karena itu," kata Krishna kepada Arjuna, "Bila engkau terjun ke medan pertempuran, bertempurlah, tetap sementara bertempur ingatlah Aku. Itulah cara yang benar untuk melaksanakan tugasmu. Dengan cara demikian, engkau menjunjung cita-cita luhur untuk mempertahankan dharma dan engkau memberi teladan yang baik kepada orang lain, di samping itu engkau akan mendapat kemasyhuran. Jika engkau mempersembahkan segala sesuatu kepada Tuhan, engkau akan berhasil dalam setiap usaha. Untuk melakukan hal ini engkau harus mampu mengendalikan semua inderamu sampai mereka dapat kau kuasai sama sekali. Maka engkau akan dapat mewujudkan kemampuanmu sepenuhnya sebagai manusia. Di samping itu engkau akan mampu mencapai keseimbangan batin dan dapat disebut stithaprajna.
"Sekarang engkau masih hidup dengan berbagai keterikatan; bila engkau masih terbelenggu seperti itu, bagaimana engkau bisa mencapai ketenangan? Engkau menjauhkan kedamaian hati. Segala hubungan dan ikatan yang engkau pupuk akan selalu berubah. Semua itu tidak kekal dan tidak mungkin menolong engkau mencapai tujuan akhir. Ketahuilah kebenaran yang kekal itu; ikatan dirimu kepada Tuhan. Tuhan selalu bersama engkau dan tidak akan pernah meninggalkan engkau."