Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 3 MERAIH KASIH TUHAN

PERCAKAPAN 3
MERAIH KASIH TUHAN
Dalam Gita Tuhan menyatakan, "Orang yang berbhakti dengan mantap dan tidak tergoyahkan kepada-Ku, dialah yang amat Kucintai".
________________________________________

Engkau dapat memetik bermacam-macam buah di dunia. Engkau dapat mengumpulkan kekayaan, emas, dan harta benda. Dapat pula engkau meraih kehormatan, kedudukan, dan kewibawaan. Tetapi, Tuhan telah mengatakan dalam Gita bahwa semua hal ini bersifat sementara, nilainya tidak kekal. Satu-satunya hal yang permanen dan mempunyai nilai sejati yang dapat kau peroleh di dunia ini ialah kasih Tuhan. Cinta Tuhan ini luar biasa, tidak ternilai. Merupakan harta yang nilainya tidak dapat dihitung. Engkau harus berusaha keras menemukan cara-cara untuk memperoleh kasih Tuhan yang sangat berharga ini. Bagaimanakah cara mendapatkannya? Jalan mana yang harus kau ikuti untuk mendapatkan kasih Tuhan ini?
Jika engkau menanam benih tanpa terlebih dahulu menyiangi dan mempersiapkan ladang sebaik-baiknya, engkau tidak akan memperoleh hasil yang baik. Demikian pula dalam ladang hati kita, jika semua sifat buruk yang bersifat mementingkan diri sendiri tidak dibuang terlebih dahulu, engkau tidak akan memperoleh hasil yang baik. Gita mengajarkan bahwa rumput liar yang terutama harus dibuang ialah keterikatan dan penyamaan diri dengan badan kasar. Sekarang pun engkau mungkin membayangkan bahwa engkau mencintai Tuhan, tetapi, sekedar memiliki pikiran semacam ini tidak akan memberikan hasil yang berguna bagimu. Sama seperti menanam benih di tanah yang tandus dan tidak dipersiapkan. Yang terpenting ialah engkau harus mengetahui apakah Tuhan mencintaimu. Walau engkau mencintai Tuhan, jika Tuhan tidak mencintaimu, pengabdianmu tidak akan berarti.
Jadi, apakah yang harus dilakukan untuk mendapatkan cinta Tuhan? Engkau akan menemukan jawabannya dalam Bhagawad Gita pada bab 'Bhakti Yoga' 'Jalan Pengabdian'.
Bhakti Yoga berarti selalu menyatu dengan Tuhan. Bhakti Yoga mengajarkan perlunya pengendalian pikiran dalam segala keadaan. Ia memaparkan ketegasan, tekad yang teguh untuk hanya mengamalkan ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari, dan juga mengajarkan santrupti yaitu selalu merasa senang.
Ada perbedaan yang mencolok antara rasa puas yang disebut trupti, dan kegembiraan sejati yaitu santrupti. Untuk memahami ini, ingatlah perbedaan antara kirtan dan sankirtan. Kirtan yaitu musik vokal yang hanya keluar dari mulut, sedangkan sankirtan adalah musik gabungan yang keluar dari lubuk hati dengan lepas, spontan, dan penuh kegembiraan. Demikian pula trupti adalah kepuasan yang kau peroleh dari dunia ini yaitu kebahagiaan sementara yang berasal dari benda atau kejadian yang bersifat duniawi. Sebaliknya santrupti ibarat sankirtan adalah kebahagiaan sejati yang timbul dari lubuk hati. Ia memiliki kebenaran, sifatnya langgeng lepas dari hal-hal keduniawian yang bersifat sementara, dan menampilkan persatuan jiwa. Santrupti tidak mungkin berubah. Tidak ada apapun yang dapat ditambahkan pada kebahagiaan yang sejati. Ia sudah lengkap dan sempurna.
Arti yang lebih dalam dari semua ini ialah bahwa seorang bhakta tidak boleh terpengaruh atau mementingkan hal-hal duniawi. Gunakan waktu dan tenagamu untuk mengendalikan keresahan pikiran dan membina keteguhan hati. Santrupti adalah kebahagiaan sejati yang berasal dari keseimbangan batin, tidak terpengaruh baik oleh kemenangan atau kekalahan, keuntungan atau kerugian, kegembiraan atau kesedihan. Karena itu, pengabdian atau santrupti adalah perasaan kasih dan kepuasan batin yang mantap, bukannya hal yang selalu berubah bersama waktu. Terimalah apa yang terjadi, apa pun yang kau alami, sebagai karunia Tuhan untuk dinikmati dengan puas dan anggaplah hal itu sebagai anugerah kasih yang diberikan demi kebaikanmu. Sikap yang sama terhadap semua orang dan segala sesuatu disebut santrupti atau kebahagian sejati.
Ketetapan hati merupakan kualitas yang wajar bagimu, demikian pula keberanian dan kesungguhan. Dalam kehidupan, sifat-sifat ini dapat ditampilkan dalam berbagai cara. Engkau dapat menggunakannya untuk mendaki gunung. Petualangan dan keberanian ini juga dapat digunakan untuk mengarungi lautan atau melintasi hutan belantara. Engkau juga dapat bersikap berani dan tangguh dalam mencari kekayaan, harta benda, dan keuntungan. Atau mungkin engkau mempunyai keberanian yang tidak kepalang tanggung, tetapi menampilkan sifat ini secara kejam sehingga engkau meninggalkan semua keutamaan manusiawi dan Tuhan yang agung dan bertingkah laku seperti iblis. Tekad dan ketetapan hati ini dapat digunakan untuk hal yang baik atau pun buruk, cara penggunaannya tergantung padamu.
Ketika Walmiki hidup sebagai Ratnakara, ia menggunakan keberanian, keperkasaan, Kemampuan, dan segala kemampuan lainnya untuk berbuat jahat. Berkat pergaulannya dengan tujuh orang Resi, mendengarkan ajaran serta wejangan mereka agar ia selalu menyebut nama Tuhan dengan tiada putusnya, ia mampu mengubah hidupnya dan memanfaatkan kebulatan tekad serta segala kemampuannya untuk kebaikan umat manusia; ia selalu menyebut nama Rama. Karena itulah ia menjadi penggubah Ramayana. Karena itu jangan kau gunakan keteguhan hati dan kekuatanmu untuk melakukan hal-hal yang tidak baik, atau bahkan untuk urusan-urusan duniawi biasa; melainkan pakailah tenaga dan tekadmu untuk memperoleh rahmat Tuhan.
Bhakti Yoga menguraikan panjang lebar tentang pemujaan kepada Tuhan, baik dengan sifat maupun tanpa sifat, dengan wujud maupun tanpa wujud. Gita membandingkan kedua macam pemujaan ini dan menunjukkan mana yang lebih baik, lebih mudah dan lebih aman bagi seorang bhakta pada tiap jenjang kemajuan spiritualnya.
Gita menyatakan, tidak mungkinlah manusia mencapai tingkat tanpa sifat dan bentuk, sebelum ia melalui tahap memuja Tuhan dengan sifat dan wujud-Nya. Selama engkau masih memiliki keterikatan pada badan kasar dan masih tenggelam dalam kesadaran fisik, engkau tidak akan mampu memahami serta mencapai Yang Mahatinggi yang tanpa sifat dan tanpa bentuk. Engkau akan dapat memuja yang tak berwujud, bila engkau telah mampu mengatasi keterikatanmu dengan raga, keterikatanmu dengan keduniawian, dan semua keterikatan lain. Karena itu, selama engkau menyamakan dirimu dengan badan dan beranggapan bahwa engkau mempunyai wujud tertentu, engkau tidak akan dapat mencapai aspek Tuhan yang tanpa wujud.
Maka engkau harus mulai memuja Tuhan dengan sifat-Nya, artinya, engkau memuja inkarnasi atau perwujudan-Nya yang tertentu. Lambat laun, sesudah ini berjalan beberapa lama, engkau akan dapat mengubah latihan rohanimu dan menjadi pemuja Yang Mahatinggi dalam aspek-Nya yang tak berwujud. Orang-orang beranggapan bahwa mereka bisa saja memuja wujud Tuhan yang universal, tetapi ini pun pada hakikatnya merupakan pemujaan suatu wujud. Wishwarupa yaitu wujud kosmik Tuhan, sama dengan bhutakasha aspek alam semesta yang kasat mata. Demikian pula, alam jiwa yang dinamakan Chittakasha, atau aspek halus alam semesta adalah wujud halus Yang Mahakuasa. Keduanya, bhutakasha dan chittakasha mempunyai kaitan dengan indera dan pikiran. Chidaakasha berada di luar indera dan pikiran.
Dalam keadaan jaga pengaruh pikiran dan indera sangat kuat. Dalam keadaan mimpi mungkin indera tidak berpengaruh, tetapi pengaruh pikiran tetap ada. Dalam keadaan tidur nyenyak atau sushupi, ketika kesadaran berada pada tingkat kausal, pikiran lenyap. Alam kasat mata yang berhubungan dengan panca indera adalah bhutakasha ialah alam pikiran yang berhubungan dengan alam mimpi. Alam tidur nyenyak sushupti adalah alam tanpa pikiran dan indera ini disebut chidaakasha. Dalam alam sushupti inilah, ketika pikiran dan indera tidak bekerja, kita dapat menghayati aspek ketuhanan yang tanpa sifat dan tanpa wujud.
Engkau tidak dapat selamanya mendasarkan pengalamanmu hanya atas prinsip ketuhanan yang diwujudkan dengan nama dan rupa. Aspek wujud dan aspek tanpa wujud sama pentingnya bagi seorang bhakta. Ibarat kedua sayap burung atau kedua kaki untuk berjalan. Tujuan dapat dicapai dengan kedua kaki itu yaitu dengan wujud dan tanpa wujud., dengan meletakkan satu kaki di depan yang lain, kaki yang melambangkan wujud ditopang oleh kaki lainnya yang melambangkan tanpa wujud. Perlu kita sadari bahwa penjelmaan Tuhan dengan wujud hanya bersifat sementara, sedangkan aspek ketuhanan tanpa wujud bersifat kekal, ada di mana-mana dan tak berubah. Contoh berikut menggambarkan hal ini.
Dalam Mandir Prasanthi Nilayam saat ini ada kira-kira seribu orang duduk mendengarkan dharma wacana ini. Keadaan ini akan berlangsung satu sampai dua jam. Swami berada di antara umat yang duduk di sini. Pengalaman ini berlangsung pada waktu tertentu dan merupakan kegiatan tertentu, tetapi pengalaman ini dapat diulang kembali walau engkau sudah pulang. Bila engkau ingin membayangkannya, pengalaman tersebut akan berada dalam chittakasamu, dalam pikiranmu.....seribu orang, Swami, Mandir Prasanthi Nilayam, dan Upanishad. Dalam penglihatan lahiriah dan dalam pengalamanmu pada keadaan jaga, engkau dapat melihat bahwa kalian semua sedang duduk dalam aula Prasanthi Nilayam. Apa yang terjadi ketika engkau mulai membayangkan peristiwa ini setelah engkau pulang? Jawabnya ialah Prasanthi Nilayam ini ada dalam hatimu.
Engkau ada di Prasanthi Nilayam selama satu jam, tetapi ini dapat menjadi pengalaman yang kekal bagimu, walau engkau telah pergi dari sini. Setelah pertama kali mengalaminya dalam keadaan jaga di alam bhutakasha, hal ini akan menjadi rekaman abadi dalam chidaakasha yang kemudian dapat ditimbulkan atau dikenang dalam Chittakasha. Tanpa pertama kali mempunyai pengalaman nyata dalam aula ini, tidak akan ada kesan yang menetap dalam hatimu yang kemudian dapat kau alami kembali dalam alam pikiran, tanpa perlu hadir atau melihat wujud fisik Swami. Demikian pula jika engkau telah mengalami Tuhan dalam aspek-Nya yang berwujud pasti engkau dapat mengalami Tuhan yang tak berwujud dikemudian hari. Apa yang berwujud bersifat sementara sedangkan yang tanpa wujud kekal abadi...namun yang tanpa wujud itu akan tetap ada dan menjadi kenangan yang abadi bagimu, jika sebelumnya engkau telah mendapat pengalaman dengan wujud Tuhan dan kau ukirkan dalam hatimu melalui pemujaan dan pengabdian. Ada lagi contoh lain.
Misalkan engkau ingin mengajarkan kata "kursi" kepada anak kecil. Jika engkau hanya mengucapkan kata "kursi", anak itu tidak akan mempunyai gambaran yang jelas tentang bentuk kursi itu. Tetapi engkau dapat menunjukkan kepadanya sebuah kursi dan menyuruhnya memperhatikan benda itu baik-baik. Pada waktu ia sedang melakukan hal ini, ulanglah kata "kursi". Kelak, jika ia melihat kursi, ia akan ingat pada kata yang berkaitan dengan bentuk yang telah kau tunjukkan kepadanya dan ia akan berkata dalam hati, "kursi". Bentuk kursi tertentu yang kau gunakan untuk mengajarnya mungkin tidak permanen. Kursi itu akan berubah, tetapi kata "kursi" dan jenis benda yang memberikan pengertian kursi tidak berubah. Jika ia tidak melihat bentuk kursi yang tidak permanen itu, ia tidak akan memahami kata "kursi" yang permanen. Unsur yang tetap dapat dimengerti melalui unsur yang tidak tetap. Karena itu, meskipun Tuhan itu tidak berwujud, engkau harus menghubungkan-Nya dengan suatu wujud tertentu agar engkau dapat memahaminya.
Pertama, banyak orang tidak mempunyai keyakinan yang teguh mengenai adanya Tuhan. Hampir sepanjang waktu mereka bimbang dan bertanya-tanya dalam hati, "Apakah Tuhan ada? Benarkah ada yang disebut Tuhan?" Keteguhan hati amat perlu untuk menanamkan kepercayaan yang kuat kepada Tuhan. Engkau bisa beralih dari pikiran yang goyah menuju keyakinan yang teguh melalui proses pemujaan Tuhan dalam suatu wujud. Ada lagi satu contoh kecil.
Ini adalah bantal yang diisi dengan kapas. Apakah yang membungkus bantal ini? Selembar kain. Dari apakah kain ini? Kapas. Jadi, di bagian luar ada kain, dan di dalamnya ada kapas. Tetapi, sesungguhnya bagian luar dan bagian dalam adalah kapas belaka. Kapas yang tidak berwujud dijadikan benang, dari benang dijadikan kain, dan kain ini membungkus kapas. Kain berwujud dan kapas tanpa wujud; dari tak berwujud jadi berwujud an kemudian dari wujud jadi tanpa wujud, inilah perubahan yang merupakan proses ketuhanan. Untuk membuah bantal, engkau tidak bisa menggunakan kapas saja yang tanpa wujud. Pertama engkau harus mengubah kapas menjadi kain, dan kain yang berwujud ini kemudian dapat membungkus kapas yang tak berwujud. Selama engkau masih mempunyai kesadaran jasmani dan merasa bahwa engkau adalah badan, tidak mungkinlah engkau menghilangkan aspek wujud ini.
Menurut tradisi, untuk memuja Tuhan dalam perwujudan-Nya, engkau dapat melakukan salah satu dari 16 jenis ritual pemujaan. Engkau mempersembahkan bunga kepada Tuhan. Engkau memandikan patung-Nya dengan air suci. Engkau membakar dupa dan menggunakan bermacam-macam bentuk pemujaan yang lain. Semua ini akan memberikan kepuasan kepadamu. Wujud tersebut menghasilkan trupti 'kepuasan'. Secara lahiriah engkau memuja wujud (Tuhan), tetapi jika engkau telah menempatkan Dia dalam hatimu, kemudian dengan bunga imajinasi dan perasaan engkau dapat memuja Tuhan tanpa wujud yang berada di hatimu. Tuhan Yang Maha Esa pula yang kemudian dipuja dengan bunga perasaan, setelah kesadaran badani dan kekaburan batin yang dikaitkan kepadanya dimusnahkan.
Selama engkau memuja Tuhan dengan wujud, engkau akan menggunakan jenis kembang tertentu seperti mawar, kenikir, dan melati, meskipun raga yang melakukan pemujaan dan kembang yang digunakan semuanya tidak kekal. Tetapi, jika engkau ingin memuja Tuhan tanpa wujud dalam hatimu, harus kau gunakan bunga yang lain; bunga-bunga ini akan langgeng. Kedelapan jenis bunga itu adalah sifat-sifat mulia yang kau kembangkan dalam hatimu dan kau persembahkan kepada Tuhan. Mereka adalah bunga tanpa kekerasan, pengendalian hawa nafsu, kebenaran, kesabaran dan ketabahan, keuletan, kasih dan belas kasihan, amal dan pengorbanan. Semua bunga ini dimaksudkan untuk pemujaan rohaniah. Untuk meningkatkan dirimu ke pemujaan Tuhan yang tidak berwujud, engkau harus menumbuhkan bunga-bunga kebajikan ini dalam hatimu dan menggunakannya untuk memuja Tuhan. Maka engkau akan mengalami santrupti, kebahagiaan batin yang kekal dan tak terlukiskan, dan engkau akan memasuki jalan untuk kembali menuju ke asalmu yang Ilahi.
Dalam Gita bab 12 Krishna mengajarkan sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh bhakta yang sejati. Inilah sifat-sifat yang harus dikembangkan bila engkau ingin dicintai Tuhan. Pertama, jika engkau ingin menjadi pengabdi Tuhan, engkau harus mengembangkan kedamaian batin dan keteguhan hati. Engkau harus selalu merasa puas. Engkau tidak boleh memberi kesempatan pada rasa susah atau khawatir, dan membiarkan rasa sakit masuk mengganggu ketentraman batinmu.
Dalam Srimad Bhagawatham, kitab kebhaktian yang mulia, Prahlada, seorang putra raja raksasa, dinyatakan sebagai abdi Tuhan yang ideal karena ia memiliki semua sifat luhur ini. Ketika para raksasa menyusahkan Prahlada, ia tidak pernah merasa sakit hati, apa pun juga cobaan atau kesulitan yang harus dihadapinya. Ia hanya terus menyebut nama Narayana berulang-ulang, berlindung kepada-Nya, pembela dan juru selamatnya. Ia tidak pernah mengeluarkan air mata setetes pun dalam kesulitan ini. Karena itu, Prahlada digambarkan sebagai seorang yang telah sempurna dalam yoga atau manunggal dengan Tuhan. Meskipun ia hidup dalam dunia yang fana dan mempunyai wujud, ia tidak mengizinkan keinginan atau keterikatan duniawi menguasai batinnya.
Pengabdi Tuhan yang sejati tidak mengenal sifat buruk seperti kebencian, iri hati, amarah, dan ketagihan. Bila memasuki dirimu, sifat-sifat semacam itu menjadi hambatan utama bagi pengabdian. Engkau harus menumbuhkan rasa kesatuan dengan setiap orang. Bila engkau benci terhadap seseorang, berarti engkau membenci Tuhan sendiri yang engkau puja. Karena rasa keakuan serta keangkuhan maka engkau bertindak terhadap orang lain yang sekaligus menimbulkan kebencian, kedengkian, dan kemarahan. Karena itu, peringatan penting yang diberikan dalam Bhagawad Gita adalah, "Adveshta sarva bhutanam," 'jangan membenci sesama makhluk'.
Tanpa menyiangi rumput di ladang dan menyiapkan tanahnya untuk ditanami, benih yang ditebarkan tidak akan menghasilkan panen yang baik. Demikian pula tanpa menghilangkan rerumputan liar egoisme dari dalam dirimu, segala usaha pengamalan spiritual akan sia-sia. Hal yang penting dipelajari dari Bhakti Yoga ialah bahwa engkau jangan hanya mencintai Tuhan, tetapi juga semua makhluk, dan memperlakukan setiap orang sebagai Tuhan. Memuja Tuhan di satu pihak, tetapi di lain pihak merugikan atau menyakiti makhluk lain, tidak dapat dinamakan pengabdian. Hal itu hanya menunjukkan kedunguan seseorang. Orang semacam itu tidak akan pernah maju dalam bidang spiritual.
Di masa mendatang engkau akan mempelajari cara mengembangkan keyakinan, dan melalui perbuatan yang baik, sucikan hidupmu. Dengan mengembangkan sifat-sifat yang terpuji ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, engkau akan memperoleh kasih dan rahmat Tuhan.