Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 23 SELALULAH MERASA PUAS MAKA ENGKAU AKAN DIKASIHI TUHAN

PERCAKAPAN 23
SELALULAH MERASA PUAS MAKA ENGKAU AKAN DIKASIHI TUHAN

________________________________________

Bab kedua kitab Bhagawad Gita yang disebut Sangkhya Yoga membicarakan jalan pengetahuan. Prinsip yang mendasari Sangkhya Yoga adalah: hanya yang lahir akan mati. Apapun yang mengalami kelahiran dan kematian akan melalui enam tahap selama keberadaannya, yaitu: lahir, tumbuh, berkembang, layu, jompo, dan mati. Tetapi, bila tidak pernah lahir maka tahap-tahap yang lainpun tidak pernah ada. Apakah yang tidak pernah lahir? Ia adalah atma! Atma tidak lahir. Atma tidak mati. Atma tidak mengalami perubahan apa pun. Ia permanen, tidak berubah, abadi, dan tidak mempunyai sifat. Itulah sifatmu yang sejati. Hanya badan mengalami kelahiran, hanya badan mengalami keenam tahap kehidupan itu, hanya badan mengalami kematian. Tetapi penghuni badan, yaitu Dehi, tetap tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan badan ini. Penghuni ini adalah atma. Ia disebut nirmaya yaitu 'yang tidak memiliki maya', 'yang bebas dari khayalan'. Setelah engkau mengerti prinsip atma, engkau akan menyadari bahwa ialah satu-satunya yang mempunyai nilai sejati, satu-satunya yang perlu diketahui; yang lain-lain lekas berlalu dan tidak kekal. Engkau harus berusaha sungguh-sungguh agar mendapatkan pengetahuan atma dan dengan demikian engkau akan memperoleh kebahagiaan abadi.
Janganlah membiarkan dirimu terdorong oleh bermacam-macam nafsu. Sebaiknya engkau harus puas dengan apa yang telah diberikan. Dalam bab mengenai Bhakti Yoga, Krishna menyebutkan dua puluh enam sifat mulia seorang abdi Tuhan yang membuat ia disayangi Tuhan. Di antara sifat-sifat ini, sifat merasa puas merupakan ciri khas yang paling penting dan menonjol pada seorang bakta. Ini berarti tidak mengejar kesenangan duniawi. Setelah menikmati segala macam kemewahan dan memuaskan nafsu di dalam hidupmu tanpa memperoleh kedamaian dan kepuasan, sekarang engkau harus merasa puas dengan apa yang engkau miliki, anggaplah apa yang sudah kau miliki itu memenuhi seluruh kebutuhan.
Hati manusia yang tidak pernah puas dapat diumpamakan dengan keranjang bambu yang berlubang-lubang. Jika engkau mau menimba air dari sumur dengan keranjang bambu seperti it, begitu keranjang terangkat, seluruh air sudah keluar melalui lubang. Setetes air pun tidak akan tersisa untuk menghilangkan dahagamu. Begitu pula bila engkau diliputi oleh nafsu, keinginan, dan keserakahan, engkau akan mendapati bahwa seluruh rasa puasmu sudah hilang sebelum engkau sempat menikmati pemenuhan keinginanmu. Bila rasa puas itu lenyap dari hatimu, hanya kekecewaan yang tinggal.
Satu nafsu selalu menumbuhkan berbagai nafsu lain. Orang yang tidak mempunyai apa-apa sama sekali mungkin akan merasa bahagia dan puas bila ia mendapat Rp. 10.000,-. Tetapi orang itu juga setelah ia mendapat Rp. 10.000,-, berpikir lagi alangkah enaknya kalau mendapat seratus ribu Rupiah. Jika kebetulan ia mendapat seratus ribu rupiah, ia bernafsu untuk memiliki seratus juta Rupiah. Lalu ia ingin menjadi tuan tanah yang besar. Dari tuan tanah ia ingin menjadi anggota DPR, kemudian menjadi menteri, lalu menjadi perdana menteri. Akhirnya ia ingin dianggap sebagai Tuhan. Namun manusia tidak akan pernah mampu mencapai sifat ketuhanan dengan bantuan uang dan kekayaan. Sementara keinginan seseorang melampaui batas, ia akan merasa sangat tidak senang, sangat tidak puas, dan kekayaannya tidak akan memberikan kedamaian batin sama sekali. Engkau harus mempelajari cara untuk memperoleh kepuasan dengan apa yang engkau miliki, kekayaan apapun yang telah diberikan kepadamu, Tugasmu adalah memelihara kekayaan dan milik yang telah kau peroleh dengan rahmat Tuhan dan senantiasa merasa puas.
Engkau semua memuji Tuhan, tetapi jauh lebih penting jika Tuhan yang memuji engkau. Engkau menyatakan bahwa engkau mencintai Tuhan, tetapi engkau harus mengetahui apakah Tuhan telah menyatakan cinta-Nya kepadamu. Engkau percaya bahwa Tuhan milikmu, tetapi apakah Tuhan telah mengatakan bahwa engkau adalah milik-Nya? Misalkan engkau mengirim surat tercatat kepada seseorang; baru setelah engkau menerima bukti penerimaannya engkau merasa bahwa pengiriman surat itu telah dilaksanakan dengan baik. Hanya dengan mengatakan bahwa Tuhan Mahabesar dapat dibandingkan dengan mengirim surat tercatat itu. Tetapi engkau dapat mengalami kepuasan yang mendalam hanya bila engkau mendapat jawaban positif dari Tuhan yang mengatakan, "Ya, tetapi engkaupun hebat!" Bila Ia mengatakan, "Engkau adalah milik-Ku, engkau sangat Kucintai." Maka engkau mendapat kepuasan. Pernyataan Tuhan ini menjadi kekayaanmu yang terbesar. Untuk mendapat hasil seperti ini engkau harus melaksanakan latihan rohani. Jika engkau tidak mendapatkan hasil ini pada akhirnya, seluruh usahamu sia-sia.
Harapan, keinginan, hasil seluruh latihan rohani yang kau lakukan adalah untuk mendapat pernyataan ini dari Tuhan, "Kekasih-Ku, engkau adalah milik-Ku". Arjuna mendapat jaminan itu. Mungkin ia pernah mempunyai sejumlah keinginan, tetapi ia meninggalkan segala keinginan dan nafsunya dan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan. Arjuna berkata, "Swami, Engkau adalah segala-galanya bagiku, aku milik-Mu". Itulah yang harus engkau capai, yang menjadi satu-satunya tujuan, satu-satunya sasaran, satu-satunya keinginan. Hidupmu akan mencapai penyempurnaan dan pemenuhan jika engkau mendapat rahmat Tuhan.
Bila engkau pergi ke luar negeri, apakah engkau seorang yang sangat terpelajar, apakah engkau memiliki jabatan yang amat tinggi, apakah engkau sangat kaya, apapun kedudukan dan keadaan hidupmu, tetap engkau harus memiliki paspor untuk perjalanan di luar negeri. Seseorang mungkin berkata, "Saya orang yang sangat terpelajar, saya kaya sekali, saya tuan tanah besar. Saya ingin punya paspor". Tetapi hanya dengan berkata demikian ia tidak akan mendapat paspor. Semua hal ini mungkin merupakan hasil karya dan prestasi pribadi, tetapi jika engkau ingin pergi ke luar negeri, ada prosedur khusus yang harus engkau tempuh. Prosedur ini tidak berbeda bagi orang terpelajar dan bagi orang yang tidak terpelajar, bagi orang kaya dan orang miskin. Untuk hal kecil sekalipun seperti mengadakan perjalanan dengan bus, kereta api, atau pesawat terbang, tidak ada yang akan mempedulikan kedudukan dan prestasimu. Asalkan engkau mempunyai karcis, tidak seorangpun akan bertanya apakah engkau kaya atau terpelajar dan jabatan apa yang engkau miliki. Mereka sudah puas jika mereka tahu bahwa engkau punya karcis dan mereka akan membawamu ke tempat tujuan. Jika engkau tidak mempunyai karcis, engkau akan ditinggalkan apapun jabatanmu.
Begitu pula jika engkau ingin masuk ke dalam kerajaan moksha, engkau harus mempunyai rahmat Tuhan, barulah engkau boleh masuk ke situ. Rahmat itu merupakan paspormu. Tetapi jika engkau hanya mempunyai paspor, masih ada penolakan, masih ada kesulitan. Di samping itu engkau juga harus mempunyai visa; itu memberimu hak untuk memasuki tempat tujuan. Di samping rahmat Tuhan engkau harus pula mempunyai rahmat kesadaran batinmu, yaitu antaratma. Sang pemberi mungkin siap memberikan, tetapi orang yang akan menerima hadiah harus mampu menerimanya. Untuk memasuki alam moksha engkau harus mempunyai kasih Tuhan dan juga harus mempunyai pahala usaha spiritual. Kalau kedua hal ini berjalan seiring barulah engkau dapat mencapai kebebasan.
Bhagawad Gita mengajarkan bahwa jika engkau ingin memasuki kerajaan kebebasan dan mencapai moksha, engkau harus memiliki 26 sifat mulia. Namun jika engkau memiliki satu saja, engkau berhak masuk. Dari semua sifat itu yang paling penting adalah kepuasan batin. Hanya orang yang mempunyai kepuasan batin dapat dianggap agung. Swami sering bertanya, "Siapakah manusia yang teragung di dunia ini?" Jawabnya adalah, "Orang yang senantiasa puas; ialah manusia yang teragung." Karena itu, engkau harus membina rasa puas dan senang dalam hatimu. Janganlah engkau tersesat di dunia karena bernafsu mengejar kebahagiaan sementara, kekayaan sementara, jabatan dan kemewahan sementara. Selama engkau masih hidup engkau bisa menikmati kebahagiaan yang kau peroleh. Selama engkau masih mempunyai keterikatan pada tubuhmu, engkau juga akan terikat pada suatu tempat atau negara. Selama engkau menganggap dunia yang terbuat dari lima unsur ini sebagai kenyataan, engkau harus mengurus badanmu yang juga terdiri dari lima unsur ini. Tetapi sesungguhnya jangan menghabiskan waktumu untuk menggeluti hal-hal ini. Engkau harus selalu ingat tujuan. Ada sebuah contoh yang sederhana.
Ada seseorang yang amat kaya; ia telah menjelajahi seluruh dunia. Ia ingin membangun sebuah rumah yang tidak ada bandingannya di manapun juga, rumah yang begitu megah yang tidak pernah dibayangkan orang. Rumah itu harus sangat besar dan mewah, tidak pernah terpikirkan, tidak pernah terlihat, bahkan tidak pernah termimpikan orang. Ia bertekad akan membangun rumah yang permanen dan unik ini meskipun menelan biaya milyaran rupiah. Sejumlah insinyur dan arsitek dikerahkan dari berbagai negara untuk pembangunan itu. Akhirnya berdirilah sebuah rumah yang sangat indah dan ia kini memiliki rumah yang memuaskan hati orang dipandang dari segala segi dan nilai budaya. Berjuta-juta orang datang menyaksikan rumah itu. Orang kaya ini menyiapkan segala sesuatunya untuk meresmikan pembukaan rumahnya yang unik itu secara besar-besaran. Sebelum peresmiannya ia mengundang sejumlah insinyur serta ahli bangunan dan bertanya kepada mereka, "Apakah ada kekurangan di sana sini, atau kekeliruan sekecil apapun pada bangunan ini?" Mereka itu tidak menemukan kekurangan apa-apa. Tampaknya bangunan itu benar-benar sempurna.
Ia mengundang orang-orang dari berbagai kalangan, termasuk banyak orang kaya dan para pejabat tinggi. Ia juga mengundang para resi yang agung agar mendapat restu mereka. Di antara pada undangan ada beberapa stithaprajna, orang-orang yang sungguh bijaksana. Penampungan para tamu telah dipersiapkan dengan baik. Setelah mereka berkumpul, ia mohon dengan segala kerendahan hati kepada mereka, "Mohon diberitahukan barangkali ada cacat atau suatu kekurangan dalam rumah ini?" Para insinyur yang ada di sana menyatakan, "Siapa yang dapat menunjukkan cacat sekecil apapun dalam rumah ini?" Rumah ini betul-betul tanpa cacat, begitu megah, sangat unik, dan benar-benar mutakhir."
Pada saat itu seorang yogi yang berdiri di pojok, tampil dan berkata kepada orang kaya yang menjadi tuan rumahnya. Kata yogi itu, "Bapak yang terhormat, kami melihat dua kekurangan besar dalam rumah ini." Semua orang yang ada di tempat itu sangat heran dan ingin sekali mengetahui apa kiranya cacat itu. Orang kaya itu menangkupkan tangannya dan mohon kepada sang mahatma, "Swami, mohon saya diberitahukan cacat apa yang Swami temukan? Semua yang hadir di sini menunggu jawaban Swami." Sang yogi berkata, "Oh orang kaya, engkau tidak mampu memperbaiki kekurangan ini. Salah satu cacatnya ialah, lama kelamaan seluruh bangunan ini akan runtuh dan rusak sama sekali. Inilah cacat yang tidak bisa dibetulkan. Cacat yang kedua adalah orang yang membangun rumah ini juga akan musnah. Ini pun tidak bisa diubah walaupun bisa ditunda sebentar. Karena tidak menyadari hal ini engkau mengira bahwa engkau telah mencapai sesuatu yang hebat, dan bahwa hasil karyamu sempurna, tetapi pada akhirnya kerusakan tadi pasti akan terjadi.
Begitulah keadaan orang yang lupa kalau suatu ketika ia akan mati dan mengira bahwa ia tidak akan berubah. Hanya bila engkau selalu mengingat eksistensi yang kekal, hanya jika engkau memusatkan pikiranmu kepada atma, engkau akan merasakan kepuasan dan selalu senang serta bahagia. Bila engkau memiliki sifat itu, engkau memiliki rumah yang tidak akan pernah runtuh karena berarti engkau memiliki rumah atma. Rumah (atma) ini tidak bisa dibandingkan dengan apapun juga. Berbeda dengan rumah-rumah y7ang engkau lihat di dunia, rumah atma itu sempurna, kekal, dan tidak bercacat. Karena itu engkau harus menyadari kebenaran bahwa dalam dunia yang fana ini segala sesuatu tidak kekal. Teruslah melakukan latihan rohani agar engkau dapat mencapai penghayatan batin itu.
Dengan dasar ini Krishna berkata kepada Arjuna, "Arjuna, engkau mengira bahwa engkau akan membunuh orang, pikiranmu itu keliru. Engkau adalah eksistensi yang kekal. Orang yang kau kira akan engkau bunuh adalah eksistensi yang kekal juga. Engkau adalah perwujudan atma. Atma tidak lahir, atma tidak mati." Hanya bila engkau mengerti dan melaksanakan kebenaran ini engkau mengikuti ajaran Sangkhya Yoga. Kata Krishna, "Engkau bukanlah orang yang akan mati dan engkau bukanlah orang yang akan membunuh. Begitu juga orang-orang lain yang engkau kenal, tidak mati, juga tidak membunuh. Inilah yang harus kau pahami dengan jelas. Arjuna, ketahuilah arti yang lebih mendalam tentang prinsip ini dan lakukan tugasmu. Selama engkau masih hidup, lakukan semua kewajibanmu dengan baik."
Kemudian Arjuna berkata, "Krishna, saya sama sekali tidak mempunyai keinginan apa-apa, juga saya tidak menginginkan surga." Tetapi Krishna bertanya kepada Arjuna, "Apakah engkau mengatakan ini karena engkau sudah memahami kebenaran utama di balik eksistensi badaniah, ataukah karena engkau takut dan perasaan lemah menghinggapi dirimu? Kata-kata yang engkau ucapkan karena keterikatan pada sanak keluarga, merasa bahwa engkaulah yang akan membunuh mereka, tidak bisa dihubungkan dengan atma. Jika engkau benar-benar mengerti prinsip atma, menyadari sifat kekekalannya, mengetahui bahwa tidak akan ada cacat atau kekurangan apapun padanya, maka pikiranmu tidak akan terganggu dan keragu-raguan tidak akan menyelubungi pengertianmu."
Semua ini telah diajarkan dalam bab kedua Bhagawad Gita dan perlu dimengerti maknanya yang lebih mendalam. Ajaran bahwa seseorang tidak membunuh dan ia tidak akan terbunuh mudah diterima oleh orang yang membaca Bhagawad Gita dalam arti yang dangkal, tetapi mereka tidak berusaha memahami artinya yang lebih dalam yaitu dalam hubungannya dengan atma. Jika engkau bertanya bagaimana engkau akan mengamalkan ajaran ini dan melihat bagaimana orang lain menerapkannya, engkau akan melihat bahwa mereka sama sekali tidak mengamalkannya, walaupun mereka mengulang-ulang pernyataan ini dengan bebas, bahkan menceramahi orang lain tentang ajaran itu. Ada sebuah contoh sederhana.
Ada seorang pemburu; orang yang sangat jahat yang telah membunuh banyak binatang. Lama kelamaan ia juga membunuh manusia. Ia mulai membunuh orang yang dijumpainya sehingga ia bisa mengambil barang korban. Ketika ia tertangkap dan diadili, hakim menjatuhkan hukuman mati di tiang gantungan sebagai ganjaran atas segala kejahatan yang telah dilakukannya. Diumumkan bahwa keputusan akan dibacakan dalam sidang pengadilan hari berikutnya. Ketika ia dibawa ke pengadilan untuk divonis, penjahat ini membaca kita Bhagawad Gita yang ia taruh di kantongnya. Hakim menyatakan bahwa pukul 7.00 keesokan harinya ia akan digantung. Saat itu dengan lancang si penjahat berbicara, katanya, "Bapak Hakim, mengapa saya dijatuhi hukuman yang begitu dahsyat?" Hakim menjawab, "Karena engkau telah membunuh banyak orang yang tidak bersalah maka hukuman ini dijatuhkan."
Saat itu orang tersebut mengeluarkan Bhagawad Gita dari kantongnya. Ia memperlihatkan Bhagawad Gita itu kepada hakim seraya berkata, "Menurut kitab suci ini, Bapak Hakim, saya bukan pembunuh orang-orang itu, juga mereka tidak terbunuh!" Dan dengan kurang ajar ia menambahkan, "Mengapa Bapak hakim membantah kata-kata yang diwahyukan oleh Tuhan sendiri?" Hakim sama pintarnya dengan orang ini; tanpa ragu-ragu Hakim berkata, "Ya, benar sekali bahwa engkau tidak membunuh, juga mereka tidak terbunuh. Begitu pula mengenai keputusanku, aku tidak membunuh engkau, juga engkau tidak terbunuh. Namun demikian engkau harus siap menjalani hukuman pukul 7 besok pagi."
Engkau tidak bisa menggunakan Bhagawad Gita untuk mengubah keadaan guna mengenakkan dirimu. Engkau harus melaksanakan kebenaran yang terkandung dalam pernyataan Bhagawad Gita setelah menyadari maknanya yang lebih mendalam. Gita tidak hanya diajarkan kepada Arjuna. Dharma yang suci ini diajarkan kepada semua manusia yang lahir di dunia. Gita diajarkan kepada seluruh dunia dengan Arjuna sebagai alat. Arjuna bertindak sebagai wakil umat manusia. Semua ajaran agung ini, yang telah diajarkan kepada wakil umat manusia, berlaku untuk umat manusia itu sendiri. Untuk mengikuti ajaran ini engkau harus berangsur-angsur mengurangi nafsu serta keinginanmu dan berusaha memahami prinsip atma; hal itu akan memberimu kepuasan yang abadi. Engkau harus memeriksa hidupmu untuk mengetahui apakah engkau telah melaksanakan ajaran ini dalam kehidupanmu sehari-hari. Hanya dengan menghafal 700 bait Bhagawad Gita engkau tidak bisa menghayati kebenaran agung yang terkandung di dalamnya. Kebenaran yang lebih dalam ini akan terungkap dalam kehidupanmu sehari-hari. Kebenaran itu ada dalam situasi hidup sehari-hari sehingga engkau akan dapat mengalaminya secara langsung. Engkau harus mengerti benar nilai-nilai yang harus kau amalkan dalam melaksanakan tugas-tugasmu; engkau harus mengenal bagaimana masing-masing dari ke-26 sifat itu dapat menolong engkau mencapai tujuan, kemudian engkau harus menerapkannya dalam kehidupanmu sehari-hari.
Pokok terpenting dalam pelajaran hari ini yaitu engkau harus mengendalikan keinginan dan keserakahanmu dan dengan demikian mencapai kepuasan, serta engkau harus berusaha sekuat tenaga memperoleh kasih Tuhan. Tidak banyak manfaatnya jika engkau hanya mencintai Tuhan. Engkau harus tahu bagaimana mendapatkan cinta serta rahmat-Nya, dan membuat kasih-Nya terarah kepadamu. Tidak ada gunanya berteriak menyatakan bahwa Tuhan milikmu; engkau harus mendambakan pernyataan Tuhan bahwa engkau milik-Nya. Itulah hal yang piling penting yang harus engkau capai.
Mulai saat ini binalah sifat-sifat luhur yang akan mengundang pernyataan semacam itu dari Tuhan; dengan demikian hidupmu akan tersucikan.