Kamis, 03 Februari 2011

PERCAKAPAN 27 KEBAIKAN DAN BELAS KASIH ADALAH SIFAT MANUSIA YANG SEJATI

PERCAKAPAN 27
KEBAIKAN DAN BELAS KASIH ADALAH SIFAT MANUSIA YANG SEJATI
Cintailah semua. Itulah ajaran pokok Bhagawad Gita. Jangan bersikap bermusuhan atau menunjukkan kebencian kepada siapa pun juga. Ketuhanan yang utuh bersemayam dalam hati setiap manusia.
________________________________________

Bila engkau membenci seseorang, Tuhan sendirilah yang engkau benci. Bila engkau mencela atau memperingatkan seseorang, Tuhan yang engkau sembahlah yang engkau cela dan caci maki. Inilah ajaran persaudaraan yang universal yang dipaparkan dalam kitab-kitab suci India sejak zaman purba.
Tetapi Bhagawad Gita bahkan telah mencapai tingkat yang lebih tinggi dari ini. Gita tidak saja mengajarkan bahwa Tuhan ada di mana-mana sebagai kekuatan universal, tetapi juga satu dan sama dengan atma atau diri sejati yang merupakan penghuni (tubuh). Karena itu, di samping ajaran persaudaraan universal, Gita juga mengajarkan kemanunggalan diri sejati, yaitu atma yang esa yang ada di mana-mana. Gita menunjukkan bahwa atma yang ada sebagai diri sejati dalam dirimu, juga ada sebagai diri sejati dalam diri orang lain, dalam bintang, burung, dan setiap jenis makhluk lainnya. Seperti halnya Gita mengajarkan agar engkau menganggap kebahagiaan dan kesengsaraan itu sama, engkau juga diajarkan menyadari bahwa atma ada di semua makhluk, baik manusia, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan.
Karena itu engkau harus yakin bahwa dari serangga dan makhluk kecil-kecil sampai kepada Brahman, prinsip ketuhanan yang sama ada di dalam semuanya. Sebab itu penyair Thyagaraja memuja Rama dengan nyanyian, "Ya Tuhan, Engkau ada dalam semut dan juga Brahma, Engkau datang sebagai Krishna dan Rama, tetapi sesungguhnya Engkau ada dalam segala rupa." Dewasa ini sifat manusia sudah sedemikian rupa sehingga bila melihat semut ia dengan cepat membunuhnya; bersamaan dengan itu bila ia melihat patung yang menggambarkan perwujudan Tuhan, ia berdoa kepadaNya. Berbuat sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dikatakannya adalah ciri khas manusia sekarang. Karena itu bukannya tingkat mahatma 'orang suci' yang dicapainya, tetapi duratma 'orang jahat'. Namun Bhagawad Gita mengajarkan bahwa keselarasan perkataan, pikiran, dan perbuatan merupakan sifat sejati manusia, itulah yang menjadikannya seorang mahatma.
Tingkatkanlah imanmu dan sadarilah bahwa prinsip ketuhanan yang sama ada dalam setiap makhluk. Limpahkan cinta kasihmu, yaitu intisari sifat ketuhananmu dan sifat ketuhanan pada semua makhluk. Tunjukkan belas kasihan dan cinta kasih kepada setiap orang. Bila engkau tidak bersikap seperti itu terhadap orang lain, seluruh latihan rohani atau kegiatan spiritualmu akan sia-sia. Bila engkau memuja Tuhan, tetapi menjahati orang lain, engkau tidak akan sampai ke tujuanmu. Gita mengajarkan bahwa manusia itu sendiri adalah (perwujudan) Tuhan dan Tuhan adalah (diri sejati dalam) manusia. Kemanunggalan Tuhan dan manusia ini berkali-kali ditandaskan dalam Gita. "Hanya orang yang memperlakukan semuanya sama adalah manusia sejati," demikian kata Krishna. Pendidikan apapun yang telah engkau capai, jika engkau tidak memiliki kebaikan manusiawi, pendidikan itu tidak berarti apa-apa, nol kosong. Kebaikan kepada semua makhluk merupakan salah satu sifat baik yang sangat penting pada manusia. Engkau harus menggunakan kemampuan pertimbanganmu dan temukan cara untuk mengembangkan sifat baik ini serta terapkan dalam hidupmu sehari-hari. Bhutadaya atau kebaikan kepada makhluk hidup berarti memperhatikan orang atau makhluk hidup lain yang sengsara dan menolong mereka. Engkau harus melakukan usaha yang diperlukan untuk meringankan penderitaan, kesedihan, dan kesulitan mereka. Tidak ada gunanya mengulang-ulang kata Kebaikan, Kebajikan, kebaikan dengan tiada putusnya; engkau harus menerapkannya dan menjadikannya bagian dari hidupmu. Engkau harus percaya bahwa kebaikan sama dengan ketuhanan. Engkau harus yakini bahwa hati yang berisi kebaikan adalah tempat persemayaman Tuhan.
Ada beberapa kelemahan yang bersarang pada diri manusia; akibatnya manusia kehilangan kebaikan hatinya dan menjadi kejam. Mereka bertingkah laku seperti binatang buas yang tinggal di hutan. Krishna mengajarkan bahwa hal semacam itu bukan sifat manusia yang sejati, melainkan kebalikan dari kemanusiaan. Kata kemanusiaan atau manusiawi diartikan sebagai kebaikan. Dari berbagai kembang kebaktian, Tuhan hanya menerima kembang kebaikan hati manusia dengan penuh kasih. Bila manusia membawa bunga yang bisa dan memuja Tuhan dengan disertai pikiran dan keinginan biasa, ia tidak akan membangkitkan kasih Beliau. Persembahan itu tidak dapat menyenangkan Tuhan dan Beliau tidak akan menerima sajian seperti itu. Apa yang mau Beliau terima? Apakah yang Beliau hargai? Tuhan akan menerima dan sangat menyukai bunga kebaikan manusia, bunga cinta kasih, bunga belas kasihan yang mekar di hatimu. Bagaimana caranya engkau menyatakan kebaikan ini? Bukan sekedar dengan berbuat baik. Yang diperlukan ialah keyakinan yang mendalam, keimanan. Engkau harus mengubah hatimu. Engkau harus yakin bahwa Tuhan ada dalam hati setiap manusia. Engkau harus mengembangkan keyakinan akan kemahaadaan Tuhan. Maka engkau akan dapat merasakan penderitaan dan kesedihan orang lain sebagai penderitaan dan kesedihanmu sendiri.
Di suatu desa hidup sepasang suami istri yang mempunyai seorang anak perempuan. Dalam keluarga itu hanya ada tiga orang. Keluarga itu tidak kaya, bahkan sangat miskin. Walaupun keluarga itu miskin, mereka bertekad menyekolahkan anak mereka. Karena di kampung itu tidak ada sekolah, maka anak itu disekolahkan di kampung lain. Setiap hari anak perempuan itu harus melalui hutan untuk mencapai kampung tempat sekolahnya. Orang kota mungkin takut berjalan melewati hutan, tetapi orang desa sudah biasa; sudah menjadi bagian dari hidup mereka sehari-hari. Jadi anak kecil ini setiap hari berangkat ke sekolah di desa tetangga, belajar di sana, lalu pulang ke rumah petang hari.
Di jalan, di dalam hutan, ada sebuah dangau yang didirikan untuk tempat berteduh bagi orang-orang yang lewat. Pada suatu hari ketika lewat di sana, anak perempuan ini menjumpai seorang tua di dangau itu. Orang itu rupanya sedang sakit. Anak kecil ini menyadari bahwa orang tua itu tidak akan mampu lagi berjalan ke desa berikutnya untuk mendapat pengobatan dan perawatan. Karena kurang makan, badannya sangat lemah dan si anak ini bisa melihat kalau keadaan orang tua itu kurang sehat. Setiap hari saia biasa membawa bekal makanan dan sejak hari berikutnya ia memberikan makanannya kepada orang sakit itu, yang masih terus terbaring di dalam dangau di hutan. Setiap pagi dalam perjalanannya ke sekolah ia meletakkan makanannya dan petang hari ia mengambil tempat makanan yang sudah kosong itu dalam perjalanannya pulang. Sesudah sepuluh hari mengurus orang tua itu, kesehatan kakek itu mulai membaik.
Pada suatu hari ketika anak itu lewat dalam perjalanan pulang, orang tua itu memegang tangannya dan bertanya, "Anak yang baik, engkau memberi aku makanan setiap hari. Katakanlah dari mana engkau peroleh makanan itu. Apakah orang tuamu tahu kalau engkau membawakan aku makanan setiap hari? Atau engkau ambil dari suatu tempat tanpa sepengetahuan mereka? Barangkali makanan itu disediakan untuk makan siangmu dan engkau berikan kepadaku? Ceritakanlah semua itu. Jawablah pertanyaanku." Anak itu menjawab, "Kakek, saya telah dididik tidak mengambil barang tanpa izin. Dan saya katakan yang sebenarnya bahwa orang tua saya tahu kalau saya membawakan makanan untuk Kakek. Kami keluarga yang amat miskin dan tidak punya banyak uang, namun kami masih menyediakan makanan untuk keluarga kami dan untuk mereka yang membutuhkan. Maka saya membawa makanan dari keluarga saya khusus untuk Kakek." Ia bertanya lagi, "Tetapi jika uangmu sedikit bagaimana mungkin engkau membeli makanan ini?" Anak itu menjawab, "Dalam hutan ini di sebelah sana ada pohon yang sedang berbuah. Dalam perjalanan ke sekolah saya mengambil buah dari pohon itu dan menjualnya. Dengan sedikit uang yang saya peroleh, saya belikan makanan. Keesokan harinya setelah makanan siap, saya bawakan untuk kakek." Orang tua yang sakit itu sangat gembira atas pengorbanannya dan kecerdasan serta kejujurannya. Ia bertanya lagi, "Bagaimana engkau bisa mendapat sifat yang mulia seperti itu?" Anak itu berkata, "Semua ini karena asuhan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua saya. Seingat saya, orang tua saya selalu mengatakan bahwa kita harus berbagai dengan orang lain dan menolong serta melayani orang lain. Keluarga kami sangat miskin, namun kami tetap berusaha menolong orang lain. Saya belajar kebaikan itu sejak kecil, hal itu memberi kepuasan yang besar kepada saya." Dengan cerita ini ia memberitahu orang tua itu sedikit tentang keluarganya, lalu pulang.
Kesehatan orang tua itu berangsur-angsur membaik dan ia dapat berjalan ke kampung tempat tinggal anak perempuan serta keluarganya. Apakah hasil dari segala perbuatan baik yang telah ditunjukkan kepada orang tua yang sakit itu oleh si gadis kecil? Orang tua itu menyatakan kepada keluarga si anak bahwa ia telah berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, karunialah orang tua anak ini kesehatan dan kemakmuran. Ketika aku sakit dan tidak berdaya, aku tidak berguna bagi masyarakat. Kini aku sudah agak sehat dan dapat membantu orang lain. Aku berdoa kepadaMu dengan hati yang penuh rasa terima kasih agar Engkau memberkati keluarga ini." Dengan cara ini ia memberitahu mereka doa yang selama ini diulang-ulangnya agar Tuhan memberkati keluarga yang baik dengan ikhlas menolong mereka yang membutuhkan pertolongan.
Dalam berbuat kebaikan anak ini tidak pernah mengharapkan imbalan atau perbuatannya itu. Tanpa mengharapkan pahala, dengan setia ia meladeni orang sakit itu setiap hari. Kini Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepadanya. Pada suatu malam Tuhan datang ke rumah itu membawa sebongkah emas dan bertanya, "Apakah ini rumah anak kecil yang telah memberikan demikian banyak makanan dan minuman kepada orang yang menderita? Tuhan berkata, "Akulah yang pergi ke dangau itu dalam wujud orang sakit. Nah, Aku berikan uang ini agar anak itu dapat tumbuh dan mendapat pendidikan tinggi. Aku tinggal dalam dangau itu selama sepuluh hari untuk menguji anak perempuan itu. Hati anak ini sangat suci dan bersih, sangat lembut; hatinya adalah tempat tinggal-Ku, pura-Ku sendiri." Ia memberikan uang itu kepada orang tua si anak sambil memberitahukan mereka agar menggunakannya untuk kebahagiaan dan kesejahteraannya.
Tetapi orang tua anak itu tidak terlalu bergembira dengan kekayaan yang akan diperoleh itu. Mereka bersujud kepada orang suci ini yang telah memberkati mereka dengan kunjungan-Nya. Mereka berkata, "Oh Mahatma, kami tidak membutuhkan begitu banyak harta. Kekayaan yang di luar kemampuan seseorang akan membahayakan, mengganggu ketenteraman hati. Kekayaan itu dapat memperbesar rasa keakuan dan membuat orang melupakan Tuhan. Kami tidak menginginkan kekayaan sebegitu banyak." Tetapi setelah memberkati mereka, Beliau menghilang dengan meninggalkan seluruh harta itu. Orang yang datang itu bukan hanya seorang yang mulia. Keluarga itu menganggapnya sebagai perwujudan Tuhan sendiri. Mereka tidak menggunakan uang itu untuk kepentingan mereka sendiri, melainkan harta itu mereka gunakan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat di kampung tersebut. Mereka minta kepada setiap orang agar mendasarkan tingkah laku mereka pada keyakinan bahwa Tuhan bersemayam dalam setiap makhluk. Mereka memberi contoh dengan hidup mereka sendiri bahwa Tuhan dapat dicapai bila manusia memberikan kasih, belas kasihan, dan kebaikan hati kepada semua makhluk yang membutuhkannya.
Jangan engkau mempersempit keyakinanmu kepada Tuhan dengan beranggapan bahwa Ia hanya berada di tempat tertentu. Engkau harus menghayati Tuhan di mana-mana. Bagaimana engkau dapat mengembangkan perasaan ini? Seperti dikatakan oleh para pelajar dan mahasiswa dalam doa mereka beberapa saat yang lalu, Tuhan berada di dalam dan di luar. Jika Tuhan hanya berada di dalam, kesucian batin sudah cukup. Karena Tuhan juga berada di luar, kesucian lahir juga diperlukan. Maka karena Tuhan ada di dalam dan di luar, engkau perlu memiliki kesucian lahir batin; Kemudian barulah engkau dapat menghayati kemaha-adaan Tuhan. Apa yang dimaksud dengan kesucian lahir ini? Sudah tentu kesucian lahir berarti mengucilkan (membersihkan) badan dan memakai pakaian yang bersih. Tetapi ada arti yang lebih luas. Tempat tinggalmu harus bersih. Buku-buku yang engkau baca juga harus tetap bersih. Baik badan atau pikiranmu jangan dibiarkan menumpuk kotoran dan sifat-sifat yang buruk. Pernyataan bahwa engkau harus mandi dua kali sehari berarti setiap kotoran pada badan dan dalam pikiran harus dibersihkan. Kalau daki menebal, kuman akan bersarang dan membawa penyakit. Karena itu jangan kau biarkan kotoran apa pun juga tetap berada pada dirimu.
Setiap pagi engkau harus membersihkan gigi dengan sikat dan pasta gigi, juga membersihkan lidahmu. Jangan kau biarkan ada kotoran di pintu utama. Kalau ada air kotor di luar, nyamuk, cacing, belatung, dan bakteri-bakteri akan bersarang. Begitu pula kalau ada kotoran di badanmu, kuman-kuman dan kutu akan bersarang. Bukan hanya itu, sekitar rumahmu juga harus bersih. Apa peribahasa di negara Andhra, "Lihat rumahnya dan engkau akan mengetahui penghuninya," dengan kata lain kebersihan rumah mencerminkan kebersihan itu dimaksud untuk kebaikanmu. Baik rumah maupun daerah sekitarnya, kalau semuanya bersih, engkau akan berbahagia. Engkau harus menjaga kebersihan dan ketertiban dirimu sendiri dan tempat sekitarmu agar dapat menikmati hidup yang sehat; bila engkau sehat engkau akan selalu bahagia.
Mungkin engkau hanya mempunyai dua setel pakaian, tetapi bila sat setel engkau pakai, engkau harus menyimpan yang lain dalam keadaan bersih. Kemudian engkau dapat mengganti pakaian dan mencuci yang pertama. Sebenarnya bahkan tidak perlu mempunyai dua setel pakaian; satu setel cukup asal dijaga agar tetap bersih setiap hari. Apa pun yang engkau miliki harus dijaga agar tetap bersih; jangan biarkan dirimu menjadi kotor. Tetapi hanya membersihkan bagian luar dan memakai pakain bersih, sementara membiarkan hatimu kotor tidak ada gunanya. Engkau juga harus berusaha keras memelihara kesucian batin. Untuk ini engkau perlu menjaga kesucian pikiran dan perasaanmu. Arahkanlah pikiranmu kepada pengabdian bagi orang lain. Jangan biarkan kedengkian dan kebencian memasuki dirimu. Berusahalah selalu membina perasaan riang. Tidak perlu engkau ikut meributkan urusan orang lain. Selalulah memikirkan yang baik-baik mengenai orang lain. Dalam hubungan ini Weda menyatakan, "Semoga seluruh dunia berbahagia." Membantu meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh dunia adalah dasar keyakinan Weda dan merupakan tujuan pengalaman Weda. Karena itu nama Tuhan yang suci harus kau renungkan dengan tiada putusnya sehingga hatimu tersucikan. Hanya bila engkau menjaga baik-baik kesucianmu lahir dan batin, engkau akan mampu mencegah masuknya pikiran buruk serta sifat-sifat jahat seperti kedengkian dan kebencian.
Prahlada menyatakan bahwa hanya bila engkau mengalahkan keenam musuh dalam dirimu, engkau dapat dianggap orang yang mulia. Ia berkata kepada ayahnya, "Ayah hanya seorang raja sekarang, tetapi jika Ayah dapat menguasai enam musuh dalam diri Ayah, maka Ayah dapat menjadi adiraja yang besar." Keenam musuh itu adalah keinginan (nafsu), kemarahan, ketamakan, khayalan, kecongkakan dan kedengkian. Jangan kau biarkan enam musuh ini bersarang di hatimu; jika engkau buang mereka jauh-jauh, engkau akan lepas dari segala kesulitan dan kesusahan. Untuk mencapai hal itu, engkau harus memperlakukan suka dan duka, laba dan rugi, panas dan dingin, dengan sikap seimbang; bila engkau memiliki keseimbangan seperti itu, keenam musuh itu tidak akan menjamahmu. Tetapi memang sulit menganggap suka duka, kesengsaraan dan kebahagiaan itu sama, kecuali bila engkau benar-benar yakin bahwa Tuhan berada di setiap hati manusia. Bila engkau menyadari hal itu maka semua pasangan yang bertentangan ini akan terkalahkan dan tidak lagi mengganggu ketenteramanmu. Kemudian engkau akan dilimpahi rahmat Tuhan dan bagaimana pun buruk nasibmu, engkau tidak akan terjamah oleh nasib buruk itu.
Bila engkau mempunyai keyakinan kuat bahwa prinsip ketuhanan yang sama ada di setiap hati manusia maka segala hambatan akan dapat diatasi. Bila engkau percaya sepenuhnya pada Tuhan yang bersemayam dalam dirimu maka segala sesuatu, apa saja, menjadi milikmu. Keyakinan itulah kuncinya merupakan akar kehidupan spiritual. Peganglah prinsip itu. Itulah tujuanmu. Jika engkau mau menebang pohon, tidak perlu engkau memotong cabang-cabang dan daunnya. Jika engkau memotong akarnya, seluruh pohon akan tumbang. Jika engkau telah memegang prinsip ketuhanan itu, semuanya akan dapat engkau kuasai. Agar dapat menghayati ketuhanan dalam hidupmu sehari-hari, engkau harus melaksanakan sadhana mengembangkan rasa belas kasihan kepada semua makhluk. Juga engkau harus meningkatkan kesucian lahir dan batin, menjaga agar jasmani dan rohani selalu bersih cemerlang. Hanya dengan demikianlah engkau akan dapat menyadari prinsip ketuhanan yang ada di mana-mana.
Engkau harus menyadari bahwa jika dalam baktimu engkau memanjatkan doa kepada Tuhan dan menyampaikan sembah sujudmu; Tuhan itu jugalah yang bersemayam dalam hati semua makhluk. Maka engkau harus berhati-hati sekali, jangan sampai mencela orang lain; engkau harus meyakini benar-benar bahwa setiap celaan yang engkau lontarkan kepada orang lain akan langsung mengenai Tuhan yang bersemayam di hati itu. Hidup dapat dibandingkan dengan sungai. Jika engkau biarkan air sungai kehidupan ini mengalir tanpa kendali dan tanpa batas, engkau akan merusak kampung-kampung. Engkau harus mengambil tindakan apa saja yang perlu agar air sungai ini tidak meluap dan dapat mengalir ke laut. Hanya laut yang dapat menahan dan menyerap air sungai itu. Bagaimana caranya agar sungai kehidupan itu sampai di laut? Telah dikatakan dalam Bhagawad Gita, engkau harus membuat dua tanggul. Bila sungai mempunyai dua tanggul, airnya akan mengalir ke laut dengan selamat.
Apakah yang dimaksud dengan dua tanggul itu? Yang dimaksud ialah dua mantra yang sangat ampuh. Satu mantra berbunyi, "Ia yang ragu-ragu akan hancur." Mantra yang lain berbunyi, "Ia yang imannya kuat akan mencapai kebijaksanaan." Jadi kedua tanggul sungai kehidupan itu akan melenyapkan keragu-raguan dan menyemikan iman. Bila engkau mempunyai kedua tanggul itu untuk menyalurkan hidupmu maka engkau akan dapat mencapai tujuan dan menyatu dengan laut. Ajaran yang diberikan Krishna ini adalah intisari pengabdian kepada Tuhan; yang mengantar engkau ke samudera anugraha, lautan rahmat yang tidak terbatas.
Krishna berkata, "Nak, lautan rahmat Tuhan itulah tujuan umat manusia, tujuan akhir segala kehidupan. Jangan melupakan tujuan itu. Jangan percaya pada keduniawian dan jangan takut pada kematian, tetapi senantiasa ingatlah Tuhan yang merupakan alasan mengapa engkau lahir. Aku berikan kepadamu tiga prinsip ini:
Jangan pernah melupakan Tuhan.
Jangan Pernah mempercayai keduniawian.
Jangan pernah takut pada kematian.
Ukirlah tiga mutiara ini dalam hatimu dan ingatlah selalu padanya karena ia akan menyucikan hidupmu dan mengantar engkau kepada-Ku.